“Dan aku jatuh cinta, akan upayamu...” –Kurniawan Gunadi-
5 Agustus 2015
Aku masih ingat hari itu. Hari dimana tanpa basi basi, kau
mengutarakan maksudmu, untuk mengenalku lebih jauh.
Tidak masuk akal pula sebenarnya kau berbicara padaku tanpa
pengantar atau basa basi. Kau memutuskan ingin mengenalku, tanpa khawatir-akan
ku tolak, apalagi kau belum atau sama sekali tidak mengenalku.
Kita bukan teman karib, bukan pula adik atau kakak kelas yang
pernah menuntut ilmu di tempat yang sama, pun kau bukan tetanggaku. Kita tidak
pernah bertukar cerita panjang. Bahkan kita belum pernah bertatap muka. Aku
yakin kau bahkan tak mengenalku sama sekali. Begitu pula aku.
Ternyata itu kamu.
Seseorang yang bicara apa adanya, tak membingkai kata dengan
indah. Ucapmu lugas, ingin bertemu denganku. Dan sekarang aku tahu, kau memang
tidak suka berbasa basi. Karena kamu memang begitu, lugas.
27 September 2015
Aku belum pernah jalan berdua dengan lelaki sebelumnya. Sampai
ketika kau mengajakku untuk bertemu, jujur aku masih sangat ragu – bahkan
terkesan mengulur waktu atau mungkin justru tidak mau. Tiga hari sebelum aku
berlebaran di Pangandaran, aku harus memutuskan pun sebelum kau terbang ke
negeri gingseng itu. Dan akhirnya aku mengiyakan, tentu dengan beberapa
pertimbangan. Aku harus menyampaikan segala kondisi diri dan keluargaku
kepadamu begitupun kamu. Karena dari awal aku mengatakan, orientasiku bukan
hanya untuk bersenang-senang. Sebelum bertemu orang tuaku, ku harap kau sudah
mempunyai keputusan. Untuk melanjutkan atau bahkan mundur menjemput takdir
Allah yang lain.
Dengan segala ketidak siapanku bertemu denganmu, banyak sekali
kisah lucu. Jarak kita tidak lagi 200 KM, sudah 1 meter sekarang, namun kita
justru semakin sedikit berbicara. Aku lebih sering melirik diam-diam lalu
menunduk. Hahaha.
23 Januari 2016
Aku pernah bermimpi, akan memiliki seseorang yang kata-kata
romantisnya membuat aku tidak bisa tidur semalaman. Namun nyatanya, Allah terlalu
baik. Ia menghadirkanmu justru untuk mendengarkan, memberi nasehat yang jauh
lebih bermanfaat dibanding dengan kata-kata romantis yang aku harapkan.
Aku pernah bermimpi, akan memiliki seseorang yang kata-katanya
mampu melengkapkan tulisanku di novel atau di laman blogspotku. Namun nyatanya,
Allah terlalu baik. Ia menghadirkanmu justru untuk memuliakanku tanpa banyak
memproduksi jutaan kata indah yang mampu membuatku mabuk kepayang.
Kau harus tahu, dari mu aku belajar. Bahwa laki-laki yang baik tidak
akan membuat wanita yang dicintainya menunggu lama tanpa ada kepastian. Karena
Allah mempertemukanku dengan orang yang siap mempertanggung jawabkan rasa itu
ketika kamu memang benar-benar siap.
Kau juga harus tahu, saat kau ketuk pintu rumahku saat itu, aku
merasa itu mimpi. Aku tidak pernah membayangkan, ada seseorang yang berani ke
rumahku, yang jika aku lanjutkan prosesi itu, jelas itu akan mengubah semua
mimpiku. Dan kamu datang sendiri. Memintaku yang tidak sempurna ini untuk
menjadi pendamping hidupmu. Memintaku membantumu menyempurnakan separuh agama.
Kali ini kusampaikan, bahwa keberanian laki laki itu selalu mampu
menghasilkan minimal 50% pertimbangan perempuan untuk berkata “iya”. Kau
berhasil memudarkan segala keraguanku tentang laki-laki, bahkan berani
membuatku menyampaikan tentang segala yang kurasa kepada orang tua yang
sebelumnya saja tidak pernah kuungkapkan bahkan kepada orang tuaku sendiri.
Jujur, aku tidak pernah merasa trauma akan kisahku. Namun aku
trauma mendengar teman temanku bercerita tentang sekian banyak kisah lelaki
yang bisa seenak hati memberikan harapan dan pergi begitu saja. Aku sungguh
tidak pernah merasa trauma akan kisahku. Namun aku begitu trauma melihat sekian
banyak lelaki dengan mudahnya meninggalkan perempuan dengan melegalkan alasan
atas ketidak setujuan orang tua mereka. Aku tidak pernah merasa trauma akan
kisahku, namun aku trauma menyaksikan sekian banyak perempuan ditinggalkan atas
rasa yang sedang mekar tanpa lelakinya menaruh simpati untuk bertanggung jawab
atas apa yang ditinggalkannya.
Dari kisah diatas, aku memang jarang bisa menghormati lelaki
kecuali lelaki tersebut bisa memuliakanku. Memang benar kata sebagian
perempuan, menilai lelaki haruslah menggunakan asas praduga bersalah, sampai
kita akhirnya menemukan bukti bahwa laki-laki tersebut memang baik.
Sampai akhirnya aku berbincang dengan kedua orang tuaku, bahwa aku
harus memutuskan masalah ini dengan tegas. Aku mengiyakan namun dengan syarat
bisa menerimaku yang masih berstatus mahasiswi, yang juga tidak bisa 24 jam ada
disampingmu. Begitupun kamu, yang begitu sibuk dengan urusanmu.
Lalu, aku yang masih sering mempertanyakan keseriusanmu. Dan kamu
yang dengan persisten dan sabar meyakinkanku, tak pernah ragu.
Dari kehadiranmu, aku selalu yakin, bahwa Allah selalu menyiapkan
rencana yang lebih indah dan tidak pernah terduga dari yang aku harapkan.
5 Agustus 2016
Terima kasih, telah begitu (sabar) mengupayakanku.
Terima kasih, karena kau telah memilih untuk mempertanggung
jawabkan rasa itu setelah kau benar-benar siap.
Terima kasih telah begitu sabar menghadapi aku yang lebih (sering)
bersifat kekanak-kanakan.
Terima kasih untuk semua waktu waktu pentingmu yang telah kau
korbankan untukku.
Dan terima kasih, telah membuktikan bahwa laki-laki baik itu
memang selalu ada meski untuk semua itu kita harus mampu menjadi perempuan yang
baik pula.
Semoga Allah selalu mampukan dan mengabulkan niat mulia kita, Mas.
Selamat 5 Agustus.
See you when i see you :)
5 komentar:
Cinta...
Tiba-tiba ia datang kek tukang obat nyamuk bubuk yang suka ngotot biar dagangannya dibeli. Ia terus terus meyakinkanku dengan usahanya."Dan aku jatuh cinta, akan upayanya...tapi aku tetap tidak tertarik dengan... mmm itutuh" Wkwkw
Apaan sih akyu. Dia-mu tentu tak seperti tukang obat nyamuk bubuk itu, 'kan? Apa yang dia-mu bawa untukmu pun berbeda juga. Sikapmu terhadapnya juga tidak sepertiku.
*gue ngomong apaan* Gajelas banget
Iyaa apaaan sih kamu ga jelas banget :p yang jelas seperti katamu dia seperti pangeran untuk sang putri Nabil *apaan sih gue ga jelas bgt*
Ya! Pangeran emang cocok dengan sang putri, bukan raja *lah dikira pasukan LGBT*
Tapi kalau sang dayang (aku) pengin juga boleh laaaah (?) wkwkwk
Semoga deh, Bil. Dia yang 'tergreget' buat kamu.
Wkwwk ini komen apaan deh soll
Tapi amiiin yaaa makasih loh yaa
Ku bukan Merry Riana yang bisa berkomentar dengan bijak. Ku juga bukan "Marry me", yang bisa kamu terbang kek balon bocah. Balon bocah itu lho, yang tali diiketin ke batu. Kalo lepas iketannya 'kan bisa terbang.
Note : "Marry me" adalah sebuah partikel yang bermuatan ion negatif *eh bukan*, tapi sebuah ucapan tergreget yang ada di dunia ini. Untuk penjelasan lebih lanjut buka di Nabilapedia.
Posting Komentar