Sedalam
dan sebanyak apapun manusia melakukan test untuk mengenal dirinya, tidak ada
yang lebih tahu bahkan manusia itu sendiri selain Penciptanya. Karena Allaah
mengetahui lebih dalam bahkan ketika kita tidak mengetahui hal-hal yang ada
pada diri kita, termasuk mengetahui setiap kekurangan dan kelemahan yang ada
pada diri kita. Maka disitulah letak ujian kita berada. Allaah menguji secara
tepat, secara valid. Pada hal-hal yang memang perlu diuji dari dalam diri kita.
Ketergantungan
kepada manusia, diuji dengan meninggalkan atau ditinggalkan. Perasaan serba
bisa, diuji dengan kegagalan-kegagalan yang berkali-kali menghampiri, hingga
tak ada daya dan upaya selain kehendakNya. Ketakutan akan kehilangan harta,
diuji dengan kekurangan makanan serta uang. Keinginan mewujudkan impian, diuji
dengan kerikil-kerikil yang ada di sepanjang perjalanan. Pengorbanan menjaga
kesucian diri, diuji dengan ujian-ujian perasaan. Keinginan melepaskan, diuji
dengan dipertemukan bahkan didekatkan di berbagai kesempatan. Begitu,
seterusnya..
Begitu
pula aku. Hampir semua orang-orang terdekatku tahu bahwa beberapa bulan
terakhir, aku sedang diuji olehNya. Aku sedang sangat disayang olehNya. Masalah
yang begitu berat untukku. Masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah.
Tapi aku tahu, Allaah selalu sigap menggenggam tanganku erat ketika aku hendak
jatuh karenanya.
Hari-hari
yang begitu berat dan mengerikan yang harus kujalankan. Tak terhitung sudah
berapa banyak air mata yang terjatuh karenanya. Tak terhitung berapa malam yang
harus kulalui dengan beban sehingga tak dapat tidur semalaman. Berat badanku
yang berangsur turun. Tak pernah aku tidur dibawah jam 2 pagi. Aku menangis,
aku memohon kepada Allaah, supaya menyembuhkan luka-luka hatiku yang basah
menganga. Aku sempat kehilangan arah. Sakit. Dan, aku harus tak masuk beberapa
mata kuliah di perkuliahanku. Namun disisi lain, aku tahu. Bahwa ada seseorang
yang lebih terluka hatinya. Dialah ayahku. Ayahku yang dalam diam, aku tahu
ayahku memendam duka dan marah yang mendalam atas perlakuannnya kepadaku.
Serba
tidak enak mengerjakan sesuatu. Tidur tak nyenyak. Makan tak lahap. Pun, untuk
tersenyum kepada orang lain begitu melelahkan bagiku. Kala itu, tak ada waktu
mustadjab dimana doa akan dikabulkan yang kulewatkan. Ketika hujan turun,
sepertiga malam, sujud terakhir pada sholat, salam sebelum sholat, juga di hari
Jumat. Aku menangis tersedu-sedu sembari memohon dengan mengucapkan doa itu.
Doa yang terus menerus diucapkan Ummu Salamah Ya Allaah, tolonglah aku..
Aku
juga menangis kepada teman-temanku, aku berkata minta didoakan, aku memohon
kepada teman-temanku untuk mendoakanku di setiap sholat mereka, minta dipeluk
dalam doa-doa mereka. MasyaAllaah tabarakallahu, doa-doa itulah yang menyentuh
langit-langitNya. Kebaikan dan
keshalehan mereka yang menggetarkan langitNya.
Banyak
temanku yang berkata bahwa aku adalah perempuan yang kuat. Aku memiliki stok kesabaran
tak biasa untuk menghadapi orang-orang yang menyakitiku. Tapi aku yakin sekali,
diantara aku yang saat ini mampu tersenyum kepada semua orang, mampu menulis
kembali untuk diriku sendiri bahkan untuk orang lain, sudah mampu makan dan
tidur dengan nyaman. Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Aku yakin sekali, bahwa
bukan karena diriku sendiri yang mampu menyembukan luka-luka itu, tapi ada doa
doa mereka lah yang mengetuk pintu langitNya. Doa orang-orang baik di
sekitarku.
Kebaikan
dan doa itulah yang menghapus satu persatu kekhawatiranku, mengembalikan senyum
di wajahku, dan menghilangkan ketakutan yang ada di pikiranku. Kebaikan dan doa
itulah yang memecah dan menggetarkan langit yang kemudian menciptakan banyak
sekali kebaikan dalam hidupku.
Terima
kasih :')