Mungkin sudah sejak lama kita saling menyembunyikan perasaan dari
satu sama lainnya. Entah perasaan apa. Yang pasti ada perasaan sedih yang tak
ingin diketahui oleh siapapun. Juga ada khawatir yang tak ingin tertangkap dari
sorot mata. Ada keraguan yang tak ingin terdengar oleh telinga orang-orang yang
sedang berjuang bersama. Ada harap yang kuat namun tak ingin terlihat karena
takut berujung kecewa. Tanpa kesepakatan, semua itu mengalir begitu saja karena
kita masih ingin saling mengikat dan membersamai di dalam doa-doa dan rasa
percaya.
Sebagaimana badai di lautan yang akan mengalami masa tenangnya. Begitupun,
dengan sedih dan senang yang tidak selamanya. Gulungan ombak yang menggulung
tak tenang bahkan sampai pasang tertinggi pun pasti ada akhirnya. Namun, yang
selalu menjadi pertanyaan “Bagaimana dengan akhirnya?” meski kita tau bahwa
setiap akhir-akhir ikhtiar dan doa yang terpanjatkan adalah mutlak atas dasar
kehendakNya.
Bersandar pada manusia tidak akan pernah menjanjikan apa-apa selain
kecewa. (pun) sama halnya bersandar pada diri sendiri yang tiada upaya tanpa
dimampukanNya. Maka kita hanya bisa meminta agar Dia berkenan menolong dengan
cara-cara istimewa yang tak ada dalam pendeknya akal kita sebagai manusia. Pun jika
semua harus berakhir dan bertemu tepiannya, semoga Dia memisahkan dalam
kebaikan, menenangkan dan memeluk hati siapapun yang bersedih namun tetap mampu
menerima ketetapanNya, dan mengganti dengan kebaikan kebaikan lain yang bukan hanya lebih baik, namun terbaik untuk kita.
Semoga tangis itu mereda, kekecewaan itu sirna, tawa, semangat juga
ceria terkembang seperti sedia kala, dan doa-doa itu tetap terlangitkan meski
kita tak tau dimana doa dan ikhtiar tersebut harus bermuara :’)