Akhirnya
setelah sekian lama tidak pemanasan di keyboard laptop :’) hari ini aku memutuskan
untuk menulis, lho! ((atau lebih tepatnya memaksa diri menulis)) lagi kali yaa!
:’) Sedikit sedih dan agak menyesal juga, setelah mengumpulkan semua niat untuk
menulis blog setidaknya seminggu sekali dan memulai untuk menulis (lagi)
novel-novel yang ditargetkan selama TPB ini setidaknya ada 2 buku yang aku
selesaikan. Tapi nyatanya aku ingkar dengan komitmenku sendiri.
Sebelumnya
aku berpikir, setelah aku masuk IPB, aku mengira akan menerima paket berisi
seserahan aplikasi yang berbentuk seperangkat alat sholat paket-paket baik
semacam tombol better management times
yang tinggal kutekan kapanpun aku mau untuk bisa meng-upgrade automatically diriku supaya lebih
bijaksana dalam memanfaatkan waktu. But,
phewww… self discipline itu memang
sesuatu ya -,-
Contohnya
kemarin pas malam Senin, ketika ada social gathering gedung asramaku, aku
memang sudah membawa buku untuk belajar karena besok ada kuis. Tapi setelah
menemukan temanku yang memprovokasi dengan membawa novel Dilan punyanya
“Surayah” Pidi Baiq akhirnya mataku nakal dan jelalatan mau baca (berhubung itu
novel yang sudah kucari dua kali ke gramedia tapi selalu sold out). Dan
ujung-ujungnya aku baca novel Dilan sambil beleleran ingus dan air mata karena
ending dari ceritanya Milea malah meninggalkan Dilan, Bandung, dan (akhirnya)
menikah bukan dengan lelaki romantisnya, Dilan. Ugh, kalau Dilan ada di dunia
nyata, dia sudah kucubiti karena saking gemasnya. Bayangkan deh, dia berkata
kepada Milea;
“Milea,
kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu. Mungkin nanti sore. Tunggu saja.”
Aduuhh, sok mangga bayangkeun sodara-sodara, apa yang akan kamu lakukan untuk menghadapi lelaki
seunik Dilan ini? Ketika jadian, traktirannya gorengan Bi Eem sambil menulis
dan menandatangani surat bermaterai sebagai ikrar perjanjian perasaan antara
Milea dan Dilan. Deeeeuuuuhhh… kocak tapi so sweet :’D
Oke, continue to this…
Tuhkan
aku malah mem-provokasi baca novel Dilan untuk melupakan sifat burukku menunda
waktu, ahahaha :D ya jadi ujung-ujungnya aku belajar pagi harinya.
Alhamdulillah nggak terlalu belepotan karena sebelumnya aku sudah menyicil
belajar :”)
Kebetulan
dua minggu ini aku sedang berkutat dengan
rutinitas baruku yang cukup menguras energi, pikiran, dan (batin) juga
kali ya :’) memasuki minggu keempat, kelima, dan keenam kuliah, biasanya kami
sebagai anak-anak kuliah disibukkan dengan kuis-kuis sebelum UTS gitu, belum
lagi tugas dan laporan praktikum, belum lagi, kita harus mengulang materi yang
subhanallah ekspressnya minta ampun. Disini aku sama sekali dilarang nge-down,
padahal ada aja sih masalah yang dihadapi, semisal ada masalah keluarga,
masalah sama temen, nilai-nilai yang menurun, badan yang kurang fit karena
seharian beraktivitas, atau kecapean dan yang lain-lainnya. Intinya kita nggak
boleh sampe terlalu baper gitu deh. Tapi jangan jadi orang yang gak baperan
juga ya! Terkadang sifat baperan itu bisa mengindikasikan kamu punya perasaan
atau enggak lho! :p
Okay, back to the problem…
Teman-teman,
tau nggak sih inti dari terlaksananya semua aktivitas dan yang memegang kehidupan
kita secara penuh tanpa ada yang mempengaruhi itu apa?
Kalau
menurutku, semua itu bergantung kepada kekonsistensian kita memegang prinsip.
Contoh sederhananya seperti ini, misalnya kita ingin sekali hidup teratur
dengan hasil yang memuaskan. Pasti dong untuk mendapatkan hal tersebut harus ada sesuatu yang kita dikorbankan?
Ya,
benar sekali. Sesuatu yang kita korbankan itulah yang harus kita jauhkan sejauh
mungkin atau mungkin (ditunda) lebih dulu kali ya, supaya kita tetap fokus
terhadap pekerjaan yang sedang kita lakukan. Seperti sebelumnya, aku pernah
bercerita tentang distraksi-distraksi pengganggu belajar, atau ketika kamu mau
fokus banget tapi temanmu sendiri menjadi the
biggest distraction karena nggak satu visi dan satu misi dengan apa yang
kamu harapkan dan kamu cita-citakan, kamu disarankan untuk bilang baik-baik deh
ke temanmu kalau kamu juga punya mimpi yang harus kamu kejar. Ingat ya, bilang
baik-baik! :) jangan sampai terkesan kamu ngejauhin dia.
Atau
bisa juga kamu menon-aktifin handphone kamu sewaktu belajar. It’s your biggest distraction isn’t it? :p
bisa juga kamu umpetin di bawah bantal , dikunci, di lemari, atau apapun itu
bisa membantu kamu menjalankan aksi konsisten terhadap diri kamu sendiri.
Dan
tulis deh besar-besar dalam langit-langit tempat tidurmu, di dinding-dinding
kamar tidurmu, dan tempat-tempat eyes
strategic berisikan mimpi-mimpi kamu, jadwal harian kamu, apa yang pengin
kamu capai dalam waktu dekat, dan tentu what
should you do untuk mimpimu tersebut. Semangatmu akan terdongkrak ketika
kamu melihat itu.
And, the most important is…..
DISCIPLINE!!!!
Duh,
nyebutnya juga aku agak (ngeri) ahaha :’) karena aku sendiri belum bisa
menjalankan dengan sepenuh hati dan konsisten. Contohnya, pas pulang kuliah
seharusnya aku mandi, nyuci, terus ngejemur baju. Nyucinya udah tapi masalahnya
ada penyakit mager abizzzz yang menjangkiti diriku untuk menjemur baju karena
harus turun ke bawah ahahaha :’D akhirnya ngejemurnya telat, keringnya telat,
nyetrikanya pun telat. Nah, waktu yang seharusnya aku gunain buat melakukan hal
berguna lainnya harus terpakai untuk menyetrika baju sehingga jadwal-jadwal
yang sudah kususun bergeser dan berubah waktunya :’) sekarang aku lebih
menghargai waktu karena dua puluh empat jam bagiku serasa kurang. sampai-sampai
waktu untuk mengobrol, menelpon, atau membeli pulsa harus ku-agendakan secara
khusus supaya tidak mengganggu waktu belajar, waktu membaca buku, waktu
menulis, dan bahkan waktu yang harus kuluangkan untuk mengaji.
Lalu,
apa gunanya tulisanku ini?
Selain
supaya “memaksa” diriku untuk menulis (kembali). Hal yang ingin kutekankan
adalah membuat diriku sungkan untuk berleha-leha dan melewatkan waktu begitu
saja, begitupun dengan membuat diriku malu jika melanggar kekonsistensian dalam
segala hal. Karena aku telah menulis you can write about anything, so this is me writing about anything and realize that to be productive
is to be consistant. And, I apologize for many unproductive days. Tapi
intinya, pesan yang ingin aku sampaikan dari tulisan ini adalah ketika kamu
ingin jadwalmu teratur dan mempunyai hari-hari yang produktif mulailah untuk
keras, disiplin, dan kenali distraksi terbesarmu. Setelah itu KONSISTEN. Because like I said before; to be productive
is to be consistant.
0 komentar:
Posting Komentar