Perbedaan itu terletak diantara dimensi waktu.
Bagi mereka yang sedang ketakutan, waktu begitu cepat berlalu. Namun, bagi
mereka yang sedang menunggu pertemuan karena merindu, waktu melambat seakan
jarum jam berjalan di tempat.
Sehari. Dua hari. Tiga hari. Seminggu. Sebulan. Atau bahkan setahun.
Sampai suatu hari dimana kita terakhir bertemu lalu ku rindu. Ada semacam
perasaan sedih lalu ingin berbalik arah mengejarmu. Sampai detik dimana aku
menghitung setiap detik dan menghitung setiap langkah kakimu meninggalkan
kotaku.
Pandanganku memburam tertutup buliran bening bernama air mata, seakan mengaburkan
pandanganku terhadap punggung badanmu yang semakin menjauh.
Aku baru merasakannya. Ternyata betul kata Kurniawan Gunadi,
”Kalau rindu hanya berwujud huruf menjadi kata, maka seseorang itu tidak
demikian. Rindu bisa berubah menjadi kesibukan mempersiapkan pertemuan. Di balik
kerinduan yang mendalam ternyata rindu itu sendiri telah mengubah pikiran yang
tadinya sempit menjadi lebih luas. Mengubah kata menjadi lebih sendu, dan
menjadi doa lebih kuat dari biasanya.”
Selamat melanjutkan perjalanan untuk setiap cita dan cinta kita.
Disitu pula
harapku,
Semoga aku
dan kamu
Suatu saat
nanti dapat pulang ke rumah yang sama,
Semoga tak
ada lagi rasa rindu yang mengintai di setiap daun pintu.
Semoga suatu hari nanti, kau tak hanya menemukanku sebagai tempat singgah. Namun juga tempat persinggahan terakhir yang sama-sama kita sebut
sebagai rumah.
0 komentar:
Posting Komentar