Kita bingung
menjelaskan cinta itu apa dan bagaimana. Tapi kita bisa melihat cinta dari
banyak hal sederhana. Seperti seseorang yang begitu menyukai kopi dan secangkir
kopi di depannya. Seperti seorang penulis yang berbinar matanya melihat pena
dan kertas yang kosong. Seperti pelukis yang ingin bersegera menyendiri untuk
mengekspresikan idenya dalam kanvas.
Rasa cinta membuat
orang menyegerakan sesuatu, membuat orang melakukan hal-hal yang melampaui
anggapan orang. Kita tidak perlu repot mendefinisikan hal-hal yang kita
rasakan. Karena perasaan memang ada bukan untuk di definisikan oleh pikiran,
cukup dirasakan. Sesuatu yang tidak perlu repot kita ukur karena memang tidak
ada alat ukurnya, bahkan tidak ada satuannya.
Sebagai orang jenis
E-N-Thinking-J, hampir segala hal saya pikirkan logis dan tidaknya. Saya
sering mengabaikan perasaan saya (juga perasaan orang lain) dalam menganalisa
sesuatu. Bisa mengabaikan apa yang saya rasakan agar kehidupan tetap berjalan
sebagaimana mestinya. Bahkan beberapa kali saya berusaha mengukur perasaan itu
dengan pikiran yang berakhir pada sakit kepala.
Ketulusan,
keikhlasan, kebahagiaan, kesedihan, dan segala hal yang memang tempatnya di
hati sulit untuk pahami. Namun, yang terpenting adalah bukan bagaimana kita
mendefinisikan semua itu, tapi bagaimana kita bisa mengenali perasaan-perasaan
yang hadir dalam hati kita agar kita tidak salah memberikan respon.
Segala sesuatu yang
melibatkan perasaan, kita harus hati-hati.
Repost:
Kurniawan Gunadi
0 komentar:
Posting Komentar