Semakin kesini semakin jarang posting blog ya hahaha. Sibuk? Enggak
juga. Memang nggak meluangkan waktu aja. Dulu semasa SMA, saya bisa menulis
dimana aja. Di kelas, di kantin, di kost sithot, di rumah sudah pasti. Sekarang
kayaknya susah banget. Bahkan nulis buku diary aja udah nggak pernah. Mungkin drama
patah hati hebat sudah berhasil terlalui *naon, jadi ya berhenti nulis di buku
diary. Dulu kalau sedih dan kecewa berat sama semua orang saya harus nulis, termasuk
sama orang tua. Alasannya? Ya karena saya memang harus menulis untuk stress
healing. Yang ada di hati harus diungkapkan di buku, yang alay-alay, sedikit
disensor kalau mau diupload ke blog. Biar apa? Biar saya nggak stress dong.
Bukan mencari alasan, tapi selain memang tidak meluangkan waktu,
rasanya semangat menulis saya juga sudah diserap saripati kehidupan bernama
proposalan, memikirkan penelitian yang belum lengkap sebenarnya, menulis
skripsi, kelanjutan karir atau study, masalah masa depan, bayar ukt, bayar
kost, bayar teteh, atau drama hubungan jarak jauh (yang tentu saja, sedikit
cemas banyak rindunya). Padahal seharusnya saya bisa lebih enjoy menyikapi
fase-fase kehidupan tersebut. Sayangnya ooooo tidak bisa. Hahaha. Saya tertawa
saat menulis ini, tapi sungguh pedih di hati.
Padahal ya gitu, kuliah saya cuma 3 hari. Nggak full juga. Jadi
asisten cuma satu kali dalam seminggu dan hanya satu jam empat puluh menit
pula. Organisasi mungkin bisa nulis dua berita dalam seminggu, tapi butuh
berapa lama sih? Setengah jam juga selesai. Paling cuma rapat-rapat
kepanitiaan. Proposalan juga baru selesai, itu juga gara-gara saya
dipanas-panasin mulu. Tapi kok kayaknya lelah dan no idea banget untuk nulis.
Satu pembelaan dari saya; blogger dan penulis juga manusia. Sesekali
butuh “berhenti”. Untuk mengambil jeda. Dan mungkin masa kuliah di S1 inilah
rasanya saya sedang mengambil jeda (meski sangat lama memang). Karena serius
ya, memikirkan sesuatu yang belum terjadi itu capek juga. Semua orang tau kayaknya
saya orang yang insecure, gampang stress, dan panikan. Saya juga kadang-kadang
suka nangis sendiri gara-gara terlalu lelah cuma karena saya panikan berat. Dan,
disitu semangat menulis saya benar-benar diserap habis.
Makanya sekarang saya nggak ngoyo, nggak narget lagi. Kadang saya
dua hari itu serius banget nulis proposal, kadang dua hari yang akan datang
saya sibuk ngoreksi tugas, atau mengambil jeda dengan sketching (yang udah lama
banget saya tinggalkan), atau jalan-jalan sama teman atau abang (itu juga kalau
dia ada). Begitu seterusnya...
Itu kehidupan saya sebagai seorang penulis ya. Kalau jadi
mahasiswa. Saya mah parah banget.
Pernah gara-gara beda metode pengambilan data sama teman saja,
terus ditanya, abis itu saya bandingkan, dan saya tiba-tiba sampai merasa
insecure. Ujung-ujungnya, saya pengen muntah gara-gara mikir ini bener nggak
ya. Dan taraa, jelas beda lah. Dia kan laboratorium research. Sedangkan saya
lapang. Nah, saya gitu orangnya. Ya kaya orang-orang panic attack gitu cuma
rasa ingin muntah itu ingin muncul ketika saya sudah percaya diri terus
tiba-tiba dijatuhin ke bawah.
Untungnya disisi kehidupan lain enggak sih. Kalaupun ada dan terus-terusan
tinggal me time terus uninstall instagram aja. Ya paling ngambek-ngambek sedikit
kalau lagi pms. Hahaha. Dan nggak selebay dulu dong. Eh tapi tetap aja kalau
dikatain melar ngegas, disinggung sedikit nangis dan sedih. Selebihnya enggak
kok, i am very very kind. Beda banget kaya 5 tahun yang lalu, dimana kalau itu
terjadi, saya bisa marahan sampai seminggu, nomor whatsappnya saya blocked,
facebooknya saya unfriend. Hahahaha. Woow, saya sungguh norak dan tidak
pengertian sekali ya.
Udah gitu aja sih.
Btw, saya lagi pengin liburan (banget).
0 komentar:
Posting Komentar