Dalam rangka memperingati hari kesehatan mental sedunia tanggal 10
Oktober kemarin, boleh ya saya bercerita bagaimana saya menghadapi salah satu
masa sulit (dimana masa tersebut sangat mengguncang mental saya) satu tahun
yang lalu. Cukup deg-deg an soalnya takut membuka luka lama dan memang belum
pernah diceritakan secara terbuka. Tapi semoga bermanfaat karena saya percaya
sekali kalau sharing is caring dan juga depression is a real.
Saya menghadapi masa tidak mengenakan satu tahun lalu, dimana in
the condition, pengaruhnya sangat signifikan terhadap diri saya dan juga
keseharian saya (i was hurt a lot) physically and not physically. Sebenarnya,
mental yang tidak sehat itulah yang menjadi sebab utama i was hurt a lot for
physically too. Karena jangan salah, ternyata sakit mental itu bisa merembet
kemana-mana.
Sebelum menceritakan how i was battling the depression, sedikit
saya bercerita, bahwa saya kehilangan seorang teman diskusi yang menemani saya
lebih dari satu setengah tahun. Sebelumnya, saya menganggap dirinya adalah my
other half saya, karena kami selalu berbagi resah dan gelisah, kami selalu
share indeks prestasi kami setiap di akhir semester, berdiskusi tentang
teknologi juga politik bahkan agama. And, in fact, i stopped to do these again,
saking saya merasa kehilangannya.
Selama kurun waktu 11 bulan, i damn remember that, i lost my weight
almost to 10 kg. Wow. How depression made me thiner. Did i love it? No, at all.
Because, no deny, i was in sick. Saya tidak diet saat itu. Dan faktanya saya
memang sakit. Bagi orang depresi, makan sebergizi apapun, nutrisi tetap tidak
mampu diserap sempurna oleh tubuh. Belum lagi insomnia akut. Tapi,
alhamdulillah, insya Allah, saya sudah sembuh dari perasaan tidak mengenakan
tersebut.
Ini yang saya lakukan ketika mengalaminya:
1. sharing
Cerita kepada orang tua dan teman dekat. I kept my self to closer
to my closest persons. Saya selalu bercerita kepada ibu. Karena jujur, ibu saya
juga ikut merasakan kesedihan yang luar biasa, jadi kami lebih cocok bercerita
satu sama lain (selain menguatkan satu sama lain), lalu kepada teman-teman
dekat. Alhamdulillah, semua teman-teman saya luar biasa baiknya! Huhuhu. Saya
sering banget hilang dari kost dan nginep di rumah teman-teman saya. Bercerita
kepada teman-teman saya juga meminimalisir perasaan bersalah dan kesepian,
supaya pikiran saya tidak kemana-mana dan tidak sering melamun.
2. being active and healthy
Awal tahun, i was so often to do jogging. Sekarang malah nggak
pernah. Hehehe...saya jadi sering olahraga, juga sambil menyendiri saya sering
pergi ke gladiator IPB sore-sore sendiri.
3. do good hobbies
Spend time with people i love, make up, cooking, writing, painting,
watching the drakors, hang out, go to salon, and shopping are my self healings.
Tapi yang paling menyembuhkan itu bagiku tetap saja menulis. Karena lebih
private, saya mulai menulis kembali di buku diary. Wrote. I wrote some
poetries. Some letters to my self. Nggak bisa dipungkiri sih, seni dan olahraga
memang salah satu penangkal stress dan depresi. Coba gugling sendiri ya, ada
kok penjelasan ilmiahnya. Kalau saya lagi nulis, masak, paint, juga dandan,
waw.. what an achievement, i can live without handphone as the biggest
distraction nowdays. Mungkin juga karena this reasons. Meski kadang-kadang,
ketika nulis atau melukis, saya nangis lagi, lagi, lagi. Huhuhu, gagal lagiiiii. Abis sedih banget sih lol T_T
4. me time
Me time perlu banget dong. Hal-hal yang saya lakuin, take breaks to
see and introspection what’s wrong. Saya sering sekali merenung, apa yang salah
dengan semua ini, kalau seperti ini terus apa akibatnya. Pikiran dan afirmasi
tersebut bagus banget untuk membantu hati kita menerima kebenaran, tidak melulu
menyalahkan diri sendiri, dan siap menerima kehidupan yang baru. Bisa juga
dengan tidur (meski tetap aja sih, saya tidur juga kebangun-kebangun gitu)
haha. Dan penting menyadari bahwa; menangis sangat diperbolehkan. Biarlah saya
menumpahkan semua air mata saya sampai lega. Juga, tentu saja meminta kekuatan
kepada Tuhan (bisa dengan beribadah, membaca kitab suci, dll), satu hal yang
penting juga, saya selalu hide dan block akun-akun yang membuat perasaan saya
semakin nggak enak. And the last, it’s ok to puk-puk your self :)
5. persective
Sangat banyak orang-orang yang diuji dan ada di posisi down, in the
next steps, mereka justru look stronger. Hal ini tidak bisa didapat ketika
mereka pesimis dan skeptis terhadap kehidupan. Bagi saya perspektif atau cara
seseorang melihat sesuatu juga menjadi senjata dimana kita bisa memerangi
depresi, contohnya seperti mengurangi kritik terhadap sendiri, menutup telinga
terhadap komentar orang lain, yakin bahwa Tuhan akan mempermudah segala urusan
kita, memaafkan dan berdamai dengan diri sendiri, sadar bahwa kita bukan
satu-satunya orang yang selalu diuji dan ada di posisi susah, dan meyakini diri
sendiri bahwa there’s rainbow after the rain. Afirmasi positif itu sangat
penting dalam bertahan di posisi sulit loh, saya sendiri sudah membuktikannya.
Did i seek for professional help?
Jawabannya, yes i did! Bagi saya dengan ngobrol dan curhat kepada
psikolog atau psikiater penting banget untuk membantu meyakinkan bahwa ketika
saya sedih, itu normal dan make sure bahwa saya mengambil langkah-langkah yang
tepat untuk sekarang dan ke depannya. Ketika saya sudah ke psikolog (layanan
konsultasi gratis dengan profesional helper di IKK & fortunatelly, saya
punya teman SMP yang kuliah jurusan psikolog di UNPAD, juga ada teman ibu),
artinya masalah itu sudah sangat mengganggu keberfungsian saya sehari-hari,
seperti tidak konsen belajar di kelas, melamun terus, insomnia akut, kehilangan
berat badan secara drastis, dan lain-lain.
Psikolog bagi saya berperan seperti membantu meluruskan benang
benang kusut di kepala kita untuk benar benar tau apa sebenarnya yang
mengganggu, apa inti permasalahannya, dan mereka akan membimbing kita untuk
menemukan jalan keluar.
Alhamdulillah, hidup saya berjalan lebih baik. Mungkin karena saya
juga memperluas pertemanan saya dan menemukan teman-teman baru, dan (teman
diskusi baru)! :) dan ingat ketika kita menemukan orang orang baru, effort to
lower our expectations, karena bagaimanapun mereka juga manusia biasa yang
sangat memungkinkan (bisa) mengecewakan kita suatu saat. (tapi semoga tidak ya)
On the top of all, of course, jangan lupa untuk selalu berusaha
memaafkan dan menerima diri sendiri yah. Dan juga untuk orang-orang yang telah
mendampingi diriku di masa-masa sulit (you know who you are, dan saya selalu
berdoa semoga kebaikan kalian semua dibalas berkali-kali lipat oleh Allah SWT)
terima kasih :’))
0 komentar:
Posting Komentar