Beberapa waktu lalu, saya cemas dan khawatir
sekali menunggu nilai mata kuliah kapal perikanan. Saya sama sekali tidak
menargetkan nilai mutu A di mata kuliah ini, alasannya sudah tentu karena kapal
perikanan merupakan salah satu mata kuliah sulit yang saya hadapi di semester
4.
Sesi UTS, saya melewati perkuliahan dan
praktikum mata kuliah ini dengan cukup baik. Materinya lebih kepada perhitungan
dan praktikumnya (meski saya tidak begitu pandai memplotkan gambar), saya
bersama sahabat baik saya banyak membantu di pengolahan data pembuatan desain
kapal, di samping teman saya yang cerdas itu banyak menggambar desain kapal di
kertas millimeter blok.
Diawali dengan pengukuran kapal asli dengan
ukuran 10 gross ton milik departemen
kami di belakang kampus, yang menghabiskan waktu berjam-jam dan membuat saya
pulang pukul 23.30. Setelah ini memulai membuat desain kapal. Belum lagi,
ketelitian dalam meletakan data asli ketika dibuat dalam desain gambar.
Drama itu dimulai ketika sesi UAS. Saya yang
masa-masa itu sedang feeling blue,
dipaksa mengikuti perkuliahan materi machine dan electric hanya dengan rentang
waktu 4 pertemuan. Buat perempuan seperti saya, materi ini perlu saya perdalam
lebih lama dibanding anak laki-laki. Karena tentu saja, saya benar-benar tidak
mengerti sama sekali dasarnya. Dilanjut materi praktikum, pembuatan kapal
model.
Dosen saya pernah berkata, bahwa pada
pembuatan kapal, preparasi dan proses pembuatan kapal sangat menentukan
keberhasilan kapal tersebut ketika sedang berlayar. Semuanya perlu
dipersiapkan. Desain kapal, material pembuatan kapal, bentuk kasko kapal, serta
berbagai kelengkapan lainnya. Tentu kita semua tidak menginginkan kapal itu
bocor di tengah jalan, kehilangan keseimbangan, tidak cukup kuat menghadapi
gelombang air laut dan badai, dan lain-lain.
Selain memerlukan pemahaman yang lebih dalam,
saya menemukan hal menarik ketika mengambil mata kuliah kapal perikanan ini.
Hmmm, mata kuliah ini pula yang membuat saya berpikir dan menyadari alangkah betul
dan bijaksananya bahwa setiap orang tua mengibaratkan sebuah rumah tangga
dengan istilah “Bahtera Kapal”.
Dalam pandangan saya, pengibaratan bahtera
kapal sudah tepat sekali. Saya merasa mata kuliah ini mewakili penjelasan
mengapa mereka menyebut sebuah perjalanan rumah tangga dengan bahtera kapal.
Karena saya merasakan sendiri, betapa dalam mempersiapkan sebuah kapal yang
akan berlayar membutuhkan banyak sekali persiapan, yang tentu saja ketika hal
ini tidak dilakukan akan sangat membahayakan penumpang kapal yang menaikinya.
Seringkali kita dengar bahwa mengarungi rumah
tangga, ibarat kita sedang mengarungi samudera yang luas dan beresiko. Kita
tentu tidak ingin rumah tangga kita kelak kehilangan kendali, kehilangan arah,
tenggelam atau bahkan karam, tak mampu menghadapi badai kehidupan bukan?
Ketika kita menaiki kapal, kita juga harus
memiliki kepercayaan penuh kepada sang nahkoda agar mampu membawa kita ke
tempat tujuan. Begitu juga sang nahkoda harus mampu meyakinkan kita sebagai ABK
dalam mengarungi samudera yang luas. Tentu sang nahkoda memiliki tanggung jawab
yang besar atas penumpangnya. Sang nahkoda tentu tidak mungkin melemparkan ABK
nya ketengah lautan ketika menghadapi masalah teknis di tengah lautan. Nahkoda
juga tidak mungkin memutar kemudi kembali begitu saja ketika sedang terjadi
badai.
Begitupun dengan pernikahan, jelas sekali
tidak bijaksana jika kita sedang mengalami masalah, kita justru meninggalkan
pasangan kita. Tentu bukan hal yang benar, ketika kita sudah jauh melangkah
namun berhenti, menyerah, atau bahkan berbalik arah begitu saja karena suatu
masalah.
Baiklah, ketika menuliskan tulisan ini
mungkin hanya pada pandangan saya saja. Karena betul seperti kata Mas Kurniawan
Gunadi, rasanya kita hanya sebatas tahu tentang suatu hal padahal sama sekali
belum tahu sebelum kita mengalaminya sendiri. Mungkin saja, kita hanya melihat
fenomena, mendengar cerita orang lain, atau membaca buku-buku pernikahan lalu
kita menuliskannya. Membagikannya kepada orang lain. Dan belum merasakannya
langsung.
Tapi, bukankah tidak ada yang salah ketika
kita melakukan persiapan? Sebelum kapal itu berlayar jauh, sebelum kapal itu
terlanjur tenggelam karena kita tidak mengetahui solusi dari masalahnya. Kita semua
masih bisa mengusahakannya. Mengusahakannya dengan ilmu, mengusahakannya dengan
mencoba percaya dan memberi kesempatan kepada orang lain, mengusahakannya
dengan mengurangi ego, mengusahakan dengan mental yang kuat agar tidak menyerah
dengan hal-hal kecil. Juga yang terpenting adalah mengusahakannya dengan iman
kepada Allah SWT.
Karena kamu sendirilah yang akan menentukan
seberapa kuat bahtera kapalmu. Karena kamu sendiri juga yang akan bertanggung
jawab menentukan, kemana bahtera kapalmu akan berlayar. Bukan orang lain.
Selamat mempersiapkan bahtera kapalmu. Semoga
kamu berlayar bersama orang yang tepat dan kuat dalam mengusahakannya ya :)
0 komentar:
Posting Komentar