Bumi Mesir Impianku |
Sebagian teman-teman SMP ku
menganggap aneh. Setelah hijab ini melekat di kepala, bukan hanya penampilanku
yang berubah. Tapi mimpiku pun ikut berubah.
Siapa sangka, aku yang setiap tahun dianggap terlalu ambisius meraih juara pertama di kelas lebih memilih pesantren sebagai pendidikanku selanjutnya.
Siapa sangka, aku yang setiap tahun dianggap terlalu ambisius meraih juara pertama di kelas lebih memilih pesantren sebagai pendidikanku selanjutnya.
Tapi aku tidak terlalu mengambil
pusing.
Hati dan otakku sudah benar-benar
dipukul oleh kenyataan bahwa anak-anak pesantren bukan hanya mementingkan IQ,
tapi EQ dan SQ mereka juga perlu dibina sehingga stabil. Aku tidak mengatakan
SMA buruk. Bukan seperti itu.
Perkenalan dengan Kak Greeny De
Amora betul-betul membuka cakrawala dunia baru. Dunia pesantren yang sejak dulu
tak ingin kulirik apalagi masuk kesana.
Semangat hidupku kembali menyala
ketika aku ingin kesana. Bahkan ada guruku yang berbeda keyakinan yang
betul-betul mendukung 100%. Aku begitu terharu. Aku semakin yakin untuk
melanjutkan mimpi-mimpiku disana. Di lingkungan pesantre yang lebih kondusif
dengan diriku yang sekarang sedang meniti jalanNya setelah berjilbab.
Aku merasa akan mendapatkan
teman-teman yang banyak dan memiliki satu visi dan misi denganku. Aku begitu
bahagia ketika aku sadar, sholat tahajud dan sholat dhuhaku tak sendiri lagi.
Melalui pesantren pula, aku tidak
hanya bermimpi di Indonesia.
Lebih tertantangnya aku untuk
berkuliah di Universitas Al-Azhar Mesir. Universitas tertua di dunia itu. Aku
merasa ketika aku memutuskan untuk masuk pesantren. Bumi mesir itu semakin
mudah kugapai.
Negeri Kinanah yang telah
menghasilkan ilmuan-ilmuan Mesir laksana panah yang siap menjadi pendakwah di
negaranya masing-masing sepulang dari Al-Azhar sana.
Aku membayangkan bisa bersekolah di
Kuliyyat Bannat, bisa naik bus 80 coret, bisa menikmati liburan dengan suasana
romantis Alexandria. Semua telah melekat bahkan ketika aku masih duduk di kelas
9 ini.
Literatur-literatur yang kubaca
semakin menambah kecintaanku dan menaikkan motivasi untuk sekolah disana, di
mother of the world.
Semoga saja Tuhan senantiasa
mengabulkan dan memberiku kesempatan untuk menggapai semua mimpi-mimpiku.
Selain karena alasan di atas,
keputusanku untuk memilih pesantren dan Mesir karena aku ingin menjadi qurrata
‘ayun untuk ibu dan ayah. Yang bukan hanya cerdas dalam pengetahuan dunia,
tetapi mampu menjadi cahaya agama di zaman yang semakin gila, mampu menjadi
cahaya ketika kegelapan kembali memeluk erat jiwa. Insyaa Allah…
Depok,
18 September 2011
0 komentar:
Posting Komentar