Baru-baru
ini, aku mengenal penulis muda berusia 15 tahun yang sangat luar biasa. Aku begitu
respect kepadanya, begitupun dirinya
terhadapku. Semangatnya betul-betul mengingatkanku pada kenangan 2 tahun lalu dimana aku pun sama-sama berjuang seperti dirinya untuk meneruskan
tulisan-tulisanku yang sempat tertunda.
Kalau
boleh jujur. Dari awal aku sudah begitu jatuh hati terhadap Hafidzah. Cantik
dan dalam ya arti dari namanya? :)
Itu karena
Hafidzah begitu baik, sopan, dan menaruh hormat kepadaku. Aku sebetulnya biasa
saja. Dianggap teman pun tidak masalah. Tapi sepertinya, dia memang tipikal kebanyakan
orang Jawa yang sangat ramah dan merasa pakewuh
jika menganggapku seperti itu. Aku memang tipe orang yang senang berdiskusi dan
bertukar pikiran. Jadi, kehadirannya malah membuatku senang.
Karena
kehadirannya-pun, aku selalu merasa bahagia ketika membuka akun facebook. Dia
begitu manis dan setia membaca postingan-postinganku di blog. Tak lupa dengan
komentar bagus-bagusnya. Aku malu sebetulnya dikomentari bagus-bagus seperti
itu. Tapi aku tak memungkiri, sungguh senang hati ini. Suatu kehormatan dan
kebanggaan jika tulisan-tulisanku diapresiasi dengan sangat baik dan positif. Dan
aku-pun selalu berusaha memperbaiki kualitas tulisanku. (padahal, aku juga
butuh kritikanmu loh, dik penulis!) :’D
Suatu hari
aku pernah diminta mengunjungi blognya.
Ketika membuka blog Hafidzah, aku begitu terkejut dan terkagum-kagum. Tanpa
interpretasi, aku mengatakan kalau aku suka sekali dengan tulisan di blognya, terutama cerita pendeknya.
Bahasanya mengalir dan diksinya bening, perbendaharaan katanya kaya! Subhanallah!
Bahkan aku merasa belum mampu menulis sebagus itu sewaktu SMP dulu. Jika dia terus belajar dan berlatih menulis. Aku begitu yakin, kelak dia akan menjadi penulis yang baik dan hebat tentunya.
Aku
sangat-sangat mengapresiasi karyanya. Sungguh. Pantang berbohong di bulan
puasa, dan aku mengatakan jujur dari dalam lubuk hatiku. Semoga adik Hafidzah
tetap semangat menulis ya dik! :D
Yang perlu
diketahui. Menjadi penulis memang tidak mudah. Jika kita sudah meniatkan
menulis untuk berburu royalty, sebaiknya berhentilah menjadi penulis. Sebab menulis
adalah membumikan kebaikan lewat tulisan. Membukukan kenangan dengan cara
sebaik-baik yang kita bisa.
Dengan
pikiran penuh aku menulis tentang semangat Hafidzah. Dan, aku akan menceritakan
kepada kalian. Dia adalah gadis yang selalu berupaya menghasilkan tulisan
setiap harinya. Semoga dikuatkan, Dik :)
Karena aku
sadar, menjadi penulis membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Memperkaya diri
dan tulisannya dengan berbagai bacaan dan literature. Hal itu dilakukan
semata-mata untuk memperbaiki kualitas tulisannya.
Menjadi
penulis pun harus kritis, karena kita dituntut up grade dalam memperhatikan
fenomena baik itu social, ekonomi, politik, gaya hidup dan banyak masalah di dunia ini.
Kesabarannya
pun dilalui dengan berbagai cobaan dalam menulis, seperti ditolak penerbit,
merevisi tulisan hingga berpuluh bahkan beratus-ratus kali, merangkai sebuah
huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf. Dan kumpulan
paragraf yang menghasilkan harmoni indah dalam sebuah tulisan berbentuk buku.
Semangat
terus meraih impian menjadi penulis, Dik Hafidzah! Teruslah menulis dan
menulis. Karena menulis adalah upaya membumikan kebaikan. Menulis adalah cara
terbaik kita membukukan kenangan. Menulis adalah menyibak jalan penuh tantangan
:)
Seperti
kata Pramoedya Ananta Toer;
“Orang
boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di
dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Dan aku
hadiahkan anyelir putih ini untukmu. Karena anyelir putih melambangkan
keberuntungan, kekaguman, dan semangat yang terpatri kuat dalam hati. Cocok
sekali sebagai ungkapan bahwa aku mengagumi, merasa beruntung, dan bangga atas
semangatmu yang kuat dalam hati! :)
Selamat
mewarnai dunia dengan menuliskan kisahmu yang luar biasa!
0 komentar:
Posting Komentar