Harus kuakui,
hubunganku dengan ayah tak sebaik dulu. Hal itu mungkin saja terjadi karena berbagai
konflik dan masalah yang kerap mendera kami berdua atau memang mendera kami
sekeluarga. Meskipun begitu, terlepas dari segala kekurangannya, ayah tetaplah
menjadi lelaki tersayang yang ku punya. Aku tak ingin membutakan mata bahwa
kebaikannya pun turut membesarkanku menjadi gadis yang tegar dan kuat.
Aku
terlahir menjadi anak sulung dan anak perempuan satu-satunya. Hal ini membuatku
banyak mendapat keuntungan dibanding adik-adikku. Tentu… aku senang sekali. Dulu
sih alasannya sederhana;
“Jadi anak
tercantiknya, ayah dan ibu…”
Ah, tentu
saja iya. Mana mungkin adik-adikku dipanggil cantik kan? Itu lah mengapa aku senang sekali
menjadi anak perempuan satu-satunya. Dulu, aku sempat ngeri dan khawatir kalau
kalau ibu yang sedang hamil melahirkan anak perempuan. Takut lebih cantik
dariku. Aku tertawa sendiri mengingat masa-masa itu.
Beranjak
remaja, aku merasa sikap ayahku mulai keras dengan melarang melakukan ini itu.
Masa aku gak boleh naik angkot? Masa setiap hari aku harus di-ojeki terus oleh
Mang Ade, tukang ojekku dulu. Ah, Ayah… aku ingin naik angkot. Aku ingin pulang
dengan teman-temanku, Yah.
Tahu gak,
apa jawabannya; “Bila kan anak perempuan,
nanti kalo diculik Kang Tukang Angkot gimana?” hihihihi… lucu kan jawabannya.
Semenjak
saat itu, aku tidak pernah pergi dengan laki-laki yang bukan mahramku. Serius. Sama
sekali belum pernah dan mungkin tidak akan pernah. Karena aku sudah keburu
takut duluan. Bahkan ke tukang foto copy-an pun aku diantar tukang ojekku.
Mungkin
itu yang membuat aku membatasi diriku sendiri. Aku sih belum pernah dilarang
pacaran, tapi kok rasanya aku gak tega ya kalo pacaran. Aku seperti sudah
membohongi ayah dan ibuku.
Satu
hadist Rasulullah SAW yang semakin membuatku yakin untuk tidak berpacaran
karena katanya langkah anak perempuan menentukan langkah ayahnya juga.
Mendekatkan ke neraka atau menjauhkan
ayahnya ke neraka.
Jadi
bagiku ayah itu seperti mawar merah. Meski berduri tajam, keras kepala, dan tak
mengerti kita, tapi disitulah pembelajaran untuk kita; bahwa yang indah itu
memang harus selalu dilindungi. Dan ayah selalu menjadi pelindungku.
Mawar
merah pun melambangkan rasa cinta yang besar dan mendalam. Persis seperti cinta
ayah. Meskipun tidak pernah mengungkapkan secara terang-terangan. Tapi aku
yakin, ayah selalu menyimpan cinta yang mendalam kepada anak-anaknya, terlebih
untuk anak perempuannya.
Aku jadi
ingat kata-kata Kak Kurniawan Gunadi, Penulis buku Hujan Matahari;
“Cinta
yang paling aman, adalah cintanya seorang Bapak.”
Selamat
berbuka puasa sahabat-sahabat hati! Semoga puasa hari ini penuh barakah untuk kita semua :)
0 komentar:
Posting Komentar