Beberapa hari yang lalu, sebelum pelaksanaan test SBMPTN, mamaku iseng
menelpon penerbit yang menjanjikan kedua novelku untuk segera diterbitkan.
Bukan masalah royalti, tapi masalah kepastian yang sesungguhnya aku sendiri
sudah menunggu (cukup) lama. Dari mulai aku mengirimkan naskah novel, sampai
hari dimana mamaku minta kepastian kapan diterbitkan, bisa dibilang it’s almost 2 years. Wah, cukup lama ya?
Dan, kalian tau, apa tanggapan yang didapat mamaku?
“Paling cepat, satu tahun lagi, bu”
Dezingggg….
Aku yakin pasti mamaku merasakan sedikit kecewa dalam hatinya. Aku sih
sebenarnya hanya bisa tersenyum di dalam hati. Bukankah aku sudah biasa
menunggu? ((eh, kenapa?)) hehehehe…
Aku bilang sama ibu, kalau masalah seperti ini sih sudah biasa di dunia
penerbitan. Kenapa? Karena memang untuk editing, pembuatan cover, sampai cetak
itu harus mengantri. Apalagi, novelku masuk ke penerbitan besar sekelas Mizan.
Dijanjikan mau terbit saja, sudah girang bukan kepalang.
Aku sebenarnya gak terlalu kecewa. Aku tau kalau menulis adalah
membumikan kebaikan. Sejatinya kebaikan memang harus terus dibumikan, kan? Menulis bagiku
adalah menyikap jalan terjal penuh liku. Bagaimana tidak? Kisah hidup yang
sebenarnya pahit pun ditulis oleh penulis.
Bagiku uang dan bayaran hanya sebatas bonus. Aku sudah sangat senang dan
merasa hidup dalamnya. Menulis adalah dunia. Pasti kita semua telah tau, jika
penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula. So, indeed. Menulis secara tidak langsung memang pekerjaan yang
mencerdaskan dan meng “up to date” kan diri kita sendiri.
Bagiku sebuah pembelajaran dalam hidup, menulis selalu menuntutku untuk peka
dengan lingkungan sekitar. Mewarnai hidup dari berbagai jenis sudut pandang dan
literatur, membuatku menilai sesuatu menjadi lebih bijak.
Menulis juga membuatku menjadi orang yang lebih tangguh dan sabar. Lebih
tangguh dalam mewujudkan semua impian membutuhkan kesabaran yang luar biasa,
merangkai ide dari pagi hingga malam hari, editing sana
sini, cari penerbit sana
sini. Bagiku, mimpi terbesar harus diwujudkan dengan usaha yang besar pula.
Terpenting bagiku, menulis adalah sebuah perekaman sejarah. Tujuan
utamanya tentu bukan untuk membuat orang lain terkesan, tapi lebih ke bagaimana
cara kita membukukan sejarah dengan cara terbaik yang kita bisa.
Menulisku tak akan pernah berhenti, dengan alasan apapun;
Because I know,
it’s the long journey of the life :)
0 komentar:
Posting Komentar