Saat
menuliskan kisah ini, memori dan kenanganku terbang ke kejadian 2 bulan yang
lalu. First impression-ku sewaktu pertama kali mengenal dia menyebalkan sekali.
Aku yang ekstrovert dan suka nanya-nanya jadi malas banget waktu itu, karena
kalau chat sama dia hanya dijawab “ya”, “enggak”, “oh gitu” dan jawaban singkat
lainnya.
Aku jadi
ingat macam-macam type orang ketika chatting. Hahaha. Dan aku meng-katagorikan
dia di type yang pertama. Yang balasnya singkat-singkat. Ugh pokoknya
menyebalkan. Padahal kan
waktu itu lagi mau test SBMPTN, dan kami mengambil universitas yang sama. Apa salahnya
sih saling berbagi, mengenal, dan menguatkan untuk menghadapi ujian bersama?
Tapi
gimana ya awalnya sikap dia bisa melunak begitu?
Dulu sih,
singkat saja… dia meminjam akun bimbel onlineku. Sebenarnya tidak mau aku
pinjami awalnya. Ya abis, first impressionku tentang dia sudah jelek begitu.
Aku waktu itu mencari alasan supaya tidak meminjami akunku, tapi alasan lain
karena waktu itu juga sudah dekat waktu ujian. Aku juga butuh dong buat ujian beberapa
hari yang akan datang.
Tapi, aku
buru-buru mengubah keputusanku. Aku baru tau, ternyata dia lulusan SMK yang
pastinya lebih butuh bimbingan belajar karena pelajaran yang akan di ujiankan
jelas jauh berbeda dengan pelajaran yang dipelajarinya sewaktu belajar di SMK.
Justru aku
kagum, dia mau ya belajar untuk ujian masuk kuliah? Dan pelajarannya tidak
mudah loh. Mungkin kalau itu terjadi pada diriku, aku sudah keburu malas
duluan. Soalnya kan
lulusan SMK itu memang dipersiapkan untuk siap bekerja bukan untuk kuliah.
Menghadapi
anak-anak SMA yang notabene nya lebih menguasai materi memang membuat lebih
minder. Tapi aku suka dengan sikapnya yang optimis.
Alasan lainnya,
aku juga punya misi terselubung untuk bisa melunakkan hatinya. Ah aku ingat, bukankah
hanya hati yang mampu menyentuh hati?
Benar
saja, ternyata dia mulai tersentuh, atau (mungkin karena tidak enak ya sudah
dipinjamkan?) :D he he he.
Apapun
alasannya, aku senang dengan perubahan itu. Kami juga mulai banyak bercerita,
berdiskusi, dan bertukar pikiran. Bahkan terkadang dia memberiku semangat,
bukan terkadang tapi memang setiap waktu. Aku itu orang yang tidak percaya
diri. Jadi butuh banyak orang yang meyakinkan. Dan dia salah satu satunya.
Dia juga
pribadi yang optimis, selalu bersuka cita, dan semangat. Dan, aku suka. Dia selalu berpikiran positif, gagal
ataupun berhasil. Entah mengapa, mungkin karena hatinya sudah terlalu kuat
menerima segala takdir Allah. Aku banyak belajar darinya.
Ada satu hal
yang membuatku terharu. Dia itu begitu bersimpati. Contohnya waktu aku sakit
karena kelelahan belajar, dia memberi tahuku jadwal belajar yang baik. Dan aku menjalaninya
sampai sekarang. Begitupun ketika aku diterima di salah satu perguruan tinggi
negeri, tapi belum menjadi rezeki untuknya, dia tetap tulus mengucapkan selamat
kepadaku.
Ternyata
dia itu seperti bunga daisy yang mekar pada musim semi. Penuh rasa optimis,
persahabatan, dan simpati yang mendalam. Terima kasih sudah begitu baik
kepadaku :)
Dan tetap
semangat untukmu juga. Ini hanya masalah waktu. Aku yakin dan kamu pun harus
yakin, tak pernah ada kebaikan yang sia-sia. Kamu hanya perlu menunggu, semua
indah dan terbayar pada waktunya.
Kudoakan
kebahagiaan dan keberhasilan itu akan datang dengan indah. Seindah warna-warni
bunga daisy yang mekar dan semerbak mewangi di musim semi! :)
((Tulisan ini teruntuk: Fauzi Firdaus, yang semangatnya banyak kucuri sebagai inspirasi menulis siang
ini! Terima kasih, Zizi :) ))
0 komentar:
Posting Komentar