Hampir 10
hari, setelah aku mengingkari komitmenku sendiri untuk menulis dan berjanji mengisi
blogku setiap hari. hue he he he *guling-guling* padahal, aku sudah berkomitmen
sekali untuk itu. Pokoknya sudah niat. Sudah bismillah. Aku harus bisa nulis all about anything yang bisa aku tulis.
Sekalipun, harus menulis surat peringatan untuk diriku sendiri.
Jadi, sekarang
aku mau mulai menulis kembali sekaligus menjawab pertanyaan para pembaca (kalau
ada) dan pertanyaan para dede-dede gemes.
Banyak
yang menanyakan kenapa hobi (menghilang tanpa kabarku) muncul lagi. Dan, banyak
pula yang menanyakan tentang hasil SBMPTN, hasil UM, aku masuk mana (akhirnya),
lewat jalur apa, kenapa ngambil perikanan dan tips dan trik masuk PTN (versiku).
Jujur
kukatakan, tamu bulananku bulan ini sungguh-sungguh rese dan sukses membuat
gastronitis alias sakit magh-ku kambuh. Rasanya perih sekali lambungku ini.
Berhubung sedang bulan puasa, jadi aku tak ikut sahur dan (juga) menjadi orang
yang buka puasanya paling akhir. Intinya tubuhku mulai bereaksi untuk itu,
rasanya pusing, pandanganku kabur, gemetaran, dan tentu saja perutku sakit dan
bahkan membuatku muntah-muntah. Rasanya enggan sekali untuk menjentikan jari-jari
ini di keyboard laptop.
Selain
itu, tanggal 7 dan seterusnya merupakan tanggal-tanggal yang begitu
mendebarkan. Ya, karena tanggal 9 Juli-nya adalah pengumuman SBMPTN. Pengumuman
aku diterima atau tidaknya di universitas yang aku dambakan. Pengumuman setelah
20 hari meregang otak habis-habisan. Aku baru bisa tidur pukul 1 pagi dan sudah
bangun lagi pukul 2 nya. Pokoknya bikin pusing. Selain itu aku juga menangis
terus. Duh, bisa gak ya? Bisa gak ya? Masuk IPB atau Institut Pak Beye? Hue he he.
Dan
akhirnya…. Tada….
Aku
berusaha menjawab pertanyaan dari teman-teman dan adik-adik kelasku yaa :) (Teh
Izati, ngiringan ngajawab ti pertanyaan-pertanyaan Teteh) :D
Nabil kuliah dimana?
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) – Teknologi & Manajemen Perikanan Tangkap Institut Pertanian Bogor, angkatan 52.
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) – Teknologi & Manajemen Perikanan Tangkap Institut Pertanian Bogor, angkatan 52.
Masuknya lewat jalur apa?
Ikut SNMPTN (undangan) nggak?
Ikut. Dan
gak keterima. Hahahaha. Aku gak terlalu tau apa penyebab gagalnya aku di
SNMPTN. Tapi yang aku dengar, SNMPTN itu sangat melihat sekolah dan alumni di
universitas tersebut. Berhubung dari sekolah aku, belum ada yang berhasil masuk
SNMPTN di universitas negeri seperti UI, UGM, IPB, ITB. Jadi meski nilai aku
sangat-sangat dipersiapkan untuk SNMPTN, sampai semester 5 (yang notabenenya
semester penentuan) aku mati-matian lah sampai harus bolak balik ke dokter dan
rawat inap, ya memang (I should not too expect ke undangan ini) Dan, aku tuh
orangnya gampang sekali nge-down… (makanya semangatin terus dong) :3 hahaha,
jadi ceritanya abis UN itu aku nge-down berat selama hampir 2 minggu :’) dan
memutuskan langsung pulang ke rumah orang tuaku di Bogor karena bayang-bayang UN yang
benar-benar membabat habis mentalku (lihat di sini ya) aku jadi males banget
belajar, karena percuma saja laa belajar juga kalau nanti hasilnya akan
mengecewakanku (pikirku). Nah, ini-lah kenekatan aku.. udah tau aku (kayaknya merasa
pasti) (loh gimana?) gak keterima SNMPTN, malah gak ada semangat-semangatnya
sama sekali buat belajar SBMPTN lagi. Jadi we, pas ketauan ga lolos SNMPTN (nah
loh?) nangis nangis lebih parah dari abis UN terus nyesel.. kenapa ga dari
kemarin belajarnya? *jangan ditiru ya adik-adik*
Ada
pengalaman menarik setelah aku nerima kartu merah dari web SNMPTN, jadi (sejujurnya)
aku sama sekali sudah nggak berminat daftar SBMPTN, kenapa? Karena katanya soal
SBMPTN itu lebih susah dari soal UN, waw…. Gimana perasaanmu coba? Udah tau UN
bikin aku nangis 2 minggu, bagaimana dengan yang ini? Apalagi, aku sama sekali
nggak tau materinya apa. Serius. Aku sama sekali nggak tau. Dan ini tinggal
kurang lebih sebulan lagi. 20 hari malah, Karena sepuluh harinya itu, aku
(biasa) suka nge-down dan aku langsung pergi mengobati luka sakitnya ditolak
PTN favorit aku. Awalnya ngerasa minder banget sama teman-temanku yang disini,
mereka bimbel dan sudah sering ikut try out berkali-kali. Pokoknya ga pedee
laaaa. Dan aku pun langsung pergi ke rumah sahabatku di Depok, yang niatnya
hanya satu hari, eh ini malah berhari-hari.
Mungkin
dari cerita ini teman-teman pasti menganggap aku tuh susah move on dan susah
bangkit dari lautan luka dalam? :D (betul, tapi masalah pendidikan dan masalah
masa depan) he he he. Percayalah, adik-adik.. masalah ini sesungguhnya lebih
pusing dari masalah cinta-cintaan. *ngomong serius*
Terus, akhirnya ikut SBMPTN?
Ya. Karena
Ibu-ku mendorong aku untuk ikut. Sebenarnya… beberapa alasan, kenapa aku down berat
pasca pengumuman SNMPTN; 1) aku sudah kepalang bingung mau belajar dari
mana untuk SBMPTN. 2) aku sudah kepalang sedih ngeliat sahabat-sahabatku
pas di Depok masuk UI, IPB, Unpad, dan lain-lain (aku insyaAllah, nggak iri.
Tapi ya itu.. sedih dan sakitnya ditolak tuh rasanya disana sini) 3) aku sudah negative thinking duluan, aku nggak akan bisa mewujudkan impianku karena aku
sekolah di kampung 4) dan aku belum punya pegangan kuliah sama sekali layaknya teman-temanku yang sudah punya.
Akhirnya,
Ibu menyemangatiku dan terus bilang kalau aku pasti bisa. Insya Allah!
Berbekal
semangat dari Ibu dan begitu banyak orang-orang yang menyemangatiku, serta
pikiran (jika aku menyerah berarti aku kalah) dan itu dia, aku ingin sekali
masuk negeri (berhubung beasiswa di universitas negeri lebih banyak dan
berlimpah) akhirnya aku daftar SBMPTN, seminggu setelah pendaftaran dibuka.
Alhamdulillah, aku masih dapat wilayah panitia lokal Bogor
:’)
Dari situ,
aku langsung ikut bimbel online intensif dengan waktu belajar 10 jam perhari.
Dan, aku mulai menata hati dan pikiran, serta memenuhi hati dengan keyakinan; that I can do it!
Daftar ujian mandiri juga? Kemana? Apa
alasannya?
Daftar
kok. Karena aku tau diri, kalau berharap sama SBMPTN aja namanya NEKAT. Dan aku
nggak mau NEKAT for the second times. Aku mendaftarkan diri ke beberapa PTN
lainnya, seperti Politeknik UI (PNJ) dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung.
Alasannya? He he he…. Kalau PNJ karena ter-ilhami teman-teman aku yang banyak
keterima jalur PMDK PN. Selain itu, Politeknik Negeri Jakarta (insyaAllah)
bagus karena dulu kan
termasuk bagian dari UI, bahkan almamater dan dosennya juga dari UI. Selain
itu, aku gak mau ambil universitas di Bogor.
Soalnya kalau ke Bogor, aku bakalan galau banget
karena ingat IPB itu ada di Bogor
dan takut nanti gak keterima di IPB di SBMPTN, so aku ambil yang aman. Di PNJ!
Ya memang lewat UI sih, tapi insyaAllah nggak bikin sakit hati, karena dari
awal aku tahu, UI bukan orientasi pertamaku :)
Lalu, aku
ngambil UIN Sunan Gunung Djati Bandung, alasannya lagi-lagi karena ibu yang
maksa :’D ahahaha… aku disuruh ikut UM-PTKIN (Ujian Mandiri Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Negeri)
Terus
kenapa di Bandung?
Karena aku rasa kalau di Jakarta
tanggung aja. Aku mau langsung ngambil kuliah yang kalau nge-kost nggak tanggung, kan kalau Jakarta
rasanya tanggung deh, masih satu kawasan JABODETABEK. Selain itu, tanggal ujian
mandiri UIN Jakarta bentrok sama UM PNJ. Tadinya malah mau sekalian di UIN Sunan
Kalijaga, Jogya, tapi aku mempertimbangkan tempat menginap. Banyak memang kakak
kelas yang dekat dan kuliah di Jogja, tapi aku masih punya sepupu kandung yang
tinggal di Bandung.
Jadi weh, milih Bandung.
((Dan, maksud terselubung lainnya; pengin liburan gratis))
Tadinya,
aku juga mau ikut USM STAN ((bahkan sudah sempet beli buku soal-soalnya)) dan SPMB Mandiri Unsoed, tapi mengingat waktu dan lokasi pelaksanaan testnya nggak
memungkinkan, jadi aku hanya ngambil 2 Ujian Mandiri. He he he…
Pengalaman SBMPTN?
Pas
SNMPTN, pilihan pertamaku adalah Manajemen IPB dan pilihan keduaku adalah Ilmu
Keluarga dan Konsumen IPB. Sebetulnya, ketika milih Manajemen, aku hanya
berkonsultasi dengan guru BK-ku, tidak dengan kedua orangtuaku… ((salah satu
alasan ketolak SNMPTN juga)) hahaha. Jadi, pas SBMPTN dan Ujian Mandiri ini,
aku benar-benar nurut dan patuh dengan Ibu, serta saran-sarannya aku
pertimbangkan.
Nah,
disaat itulah, aku disarankan masuk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Ibu
dengan segala propaganda meyakinkan aku supaya ngambil salah satu prodi di fakultas itu,
beserta prospek-prospek kerjanya. Dan, aku setuju. Alhamdulillahnya, aku bukan type
orang yang prody oriented, tapi aku university oriented! Wakakak!
Jadi, aku
gak terlalu keukeuh sih kuliah di prodi pilihan pertamaku, aku tuh orangnya
memang terkadang ngikutin passion
tapi kalau melihat ke depannya baik, why
not? Kenapa enggak? Dan aku juga suka tantangan! Perikanan! Hihihi, lucu
emang. Tapi, aku positive thingking
aja laah. Mudah –mudahan keputusan birrul
walidain alias berbakti kepada ortu dan niat yang kuat untuk mengembangkan
daerah asal (Pangandaran) kelak setelah aku lulus kuliah, bisa membawa berkah
ke depannya. Siapa tahu, aku bisa jadi Menteri Perikanan dan Pengusaha Lobster
kaya Ibu Susi Pudjiastuti? Siapa tahu, aku bisa bikin perusahaan pesawat
terbang dengan nama Nabil Air ? Ya kan? Ya kan? :D who
knows? ((sambil ngaminin kenceng dalam hati)) hue he he.
Semakin
mendekati test SBMPTN, aku semakin semangattt!! Yeaaah… yang tadinya belajar 8
jam sehari, terus aku tingkatin jadi 10 jam per hari. Banyak yang protes dan
bilang “Jaga Kesehatan!” waaaahhhh, di kaya gituin aku malah tambah semangat!
Karena selain aku yang semangat, ternyata banyak pula yang pada perhatian
hehehe :p ah pokoknya mah, bebanku sedikit-sedikit mulai berkurang deh,
ditambah dengan penemuan maha agung dari bimbel online-ku yang ternyata sukses
ngebentuk mind set aku dan memenuhinya dengan zenius platform. Yeaaah, jadi..
soal soal kusut aljabar, integral, terus trigonometri, bahkan yang paling aku
benci ga bisa yaitu program linear, jadi sederhana bangeeeet, berkat
postulat-postulat yang membentuk pola pikir kita supaya ngerjain soal dengan tepat,
cepat, dan terkonsep. Tapi, “terlalu semangat” itu membuat tubuhku drop.
Akhirnya H-2 test SBMPTN, aku jatuh sakit. Akhirnya aku nggak belajar lagi. Dan
banyakin doa aja semoga pas test nanti aku sudah fit dan siap bertarung. Jadi,
aku belajarnya H-18 SBMPTN. *sekali lagi, jangan ditiru ya adik-adik*
Dan…
ternyataaaa….
Ahahahaha…
soal SBMPTN benar-benar jauuuuh dari ekspektasiku. Ya, hidup juga begitu kan. Kadang realitanya
nggak sesuai dengan ekspektasi kita. Jadi we, aku pas Test Kemampuan Dasar
(Matematika IPA, Biologi, Fisika, Kimia) bingung mau cari jawabannya apa
hahaha. Jangankan nyari jawabannya, orang dari awal baca soal aja aku nggak tau
itu SOAL APAAN. Waduuh, aku panik donng. Tapi, aku go on aja deh terus. Aku
nggak mau kaya UN. Intinya, aku sudah berjuang. Berjuang dan berjuang.
Alhamdulillah, pas ngerjain TKPA (Soal Numerik, Verbal, Logika, Analisa Pola,
Penalaran Matematis, Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris) lancar
jayaaa :3 hihihi. Mungkin karena aku sering banget berlatih, dan
alhamdulillah.. menurutku soalnya (pun) lebih mudah dari tahun-tahun yang lalu
(kecuali, untuk Matdas & Bahasa Inggris). Setelah ujian, rasanya plong
banget. Intinya, aku melangkah dengan ringan dan riang. Aku malah pulang naik
miniarta sendiri dari Bogor
((horeeee, tepuk tangan!)) hahaha, dan rasanya banggaaaaaaa bangeeet, sudah
menjadi bagian dari hampir 700.000 pejuang tangguh SBMPTN! Aku-pun merasa siap
menghadapi ujian-ujian selanjutnya, karena aku yakin, Allah nggak akan salah
menentukan hal terbaik untuk diri kita.
Hasilnya?
Sudah
ku-bilang-kan?.. beberapa hari menjelang pengumuman, aku sakit hahaha. Ah,
pokoknya takut, deg-deg-an, gemetar, mau nangis, insomnia, dan lain-lain deh. Saat
itu, aku nggak ingin sama sekali membalas pesan-pesan di bbm, line, atau yang
lainnya. Kecuali aku memang sengaja men-chat salah satu ummi-ku dari grup one day one juz dan sahabat
terdekatku. Intinya, ya banyak-banyak berdoa deh. Dan kalau aku sudah jelas
keterima, ummi-ku mewanti-wanti dengan mengatakan: semua hasil itu didapat
bukan karena aku rajin, aku pintar, aku cerdas, aku sholehah, sehingga doa-doa
dan usahaku terbayar. It’s only my God’s
kindness. Semua itu karena kemurahan Allah.
Hours min two pengumuman, aku udah
nangis-nangis gitu. Hahahaha… aku udah kaya mbah dukun yang nggak berhenti komat-kamit baca doa.
Sebenarnya aku sudah lelah dan mau bobo, tapi ga bisa… jadi cuma bisa
gugulingan di kasur sambil chatting sama Sol-Chan, intinya dia juga
deg-deg-sama kaya aku. Lebih-lebih, aku bakal ngebuka pengumuman tanpa ibu di
samping aku. Pokoknya pas jam 5 itu, aku keluar dari kamar dan menghampiri meja
kerja ayah, di samping ayah, aku gemetaran, duuuuhhhh gustiiii, akankah aku
mengecewakan ayah untuk kedua kalinya? Jelas-jelas, 2 bulan lalu, aku sudah
ngasih ngartu merah. Semoga sekarang, muncul namaku dan muncul IPB. Hahahaha….
Aku
semakin galau. Galau berat. Uring-uringan. Mana mau buka puasa. Es batu belum
di-geprek. Risoles yang tadi kugoreng belum disajikan. Aku liatin jam, udah 5
menit berlalu. Web utama SBMPTN, tiba-tiba down. Ya iyalah, seluruh Indonesia yang
ngakses! 15 menit berlalu, web utama sudah tak kulirik, berkali-kali kucoba link mirror alternative lewat web UI,
juga masih nggak bisa, 30 menit berlalu, kucoba link mirror punya IPB, (pun) ga bisa. Aku sedih dan panik banget.
Aku nangis saking paniknya. Kelip BBM serta bunyi ding-ding-ding BBM-ku terus
bunyi. Ada 10
orangan yang men-chattingku dan isinya sama “gimana hasilnya?” kujawab “link utama sama link mirror sbmptn down!” lalu, beberapa temanku mengirim domain
link mirror yang digunakan sebagai alternatif, “aku udah nyoba pake UI sama
IPB. Masih nggak bisa. Huhuhu.” Lalu dia memintaku untuk sabar. Aku mencari
jalan pintas, aku mencoba membuka lewat link
mirror yang menurutku, peminat pesertanya sedikit. Aku coba lewat UNTAN
(sampai saat ini aku nggak tau, UNTAN itu apa) hahaha. Hasilnya: Forbidden.
*nangis guling-guling*
Akhirnya
aku coba buka twitter lewat hp, duh.. malah bikin semakin pedih, soalnya sudah
banyak teman-teman se-bimbel onlineku yang ngepost kelulusan mereka, ada yang
di Undip, ITN, UGM, UI, juga Unpad. Aku melirik ke arah jam, 5 menit lagi buka
puasa. Akhirnya aku duduk bersandar di tembok, ayahku menyarankan “Udah
besok liat di koran aja!” aku tidak menanggapi, saran ayah malah membuatku
semakin nggak semangat dan hampir menyerah. Yang jelas satu: aku sedih, panik,
galau, dan frustasi. Diantara kegundahan hatiku, aku terus men-scroll down
timeline twitterku dan melihat teman-temanku yang lulus SBMPTN. Sampai akhirnya
aku melihat salah seorang teman memposting foto screen capture lulusnya dia di SBMPTN: dia lulus di Unpad, tapi dia
memakai link mirror ITB! YAAAA, ITB!!! Bukankah yang minat ke ITB juga NGGAK
sebanyak Unpad, UI, dan UGM. Akhirnya dengan bismillah, kugenapkan hatiku dan
membuka web ITB! Yeaaaaah, bisaaa!!!!!! Diam-diam, ku-ambil kartu pesertaku.
Diam-diam pula, kumasukan nomer peserta dan tanggal lahirku. La hawla
walaa quwwata illa billah. Aku search. Ku scrool down ke bawah.
Aku
tertegun. Haru!!!! Subhanalllah, wal hamdulillah!!!!! Ada namaku. Ada tulisan Universitas Impian. Institut
Pertanian Bogor.
Dan, prodi Perikanan. Pilihaaaan pertamaaaa!!!!!!!!
Aku
memekik sambil bertakbir, sambil gemetaran aku berlari ke arah Ayah yang masih
ada di meja kerja dan sibuk mengotak-atik web SBMPTN, “Allahu akbaaaarrrr!!!!!
AYAH, BILA LOLOS IPB!!!!!!” Aku memeluknya dari belakang, ayahku tertegun.
Kuperlihatkan hp-ku dan mata ayahku terlihat berkaca-kaca. Aku menangis. Aku
meminta izin untuk menelpon Ibuku. Di seberang sana, Ibuku berteriak sambil mengucapkan
hamdallah. “Alhamdulillah, Bila lolos SBMPTN IPB”! curiku sayup-sayup. Aku
memasang personal message dan display picture yang menerangkan bahwa aku sudah diterima di IPB. Tujuannya untuk membuat mereka tidak khawatir dan aku yakin, jauh disana mereka juga memekik bahagia layaknya kedua orang tuaku.
Bunyi ding-ding-ding dari hp-ku terdengar semakin panjang!
Alhamdulillah!
Nggak :)
pertama aku bilang, UI bukan orientasi pertamaku. He he he… kedua… kenapa nggak
ikut UTMI (Uji Talenta Masuk IPB)? (Ujian Mandirinya IPB) karena…. Mahal.
Ahahahaha…
Pengalaman Ujian Mandiri PNJ dan UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung?
Intinya,
sehabis SBMPTN, aku nggak belajar lagi! Hahaha, belajar sih… belajar akuntansi
dan ekonomi menjelang UMPNJ aja tapi.. Itu H-3 ujian. Hue he he he… Pas UM aku kebagian jam 1
siang. Entah lah, intinya aku sudah belajar pelajaran horror yang nggak aku
dapetin pas SMA (kecuali, ekonomi pas kelas 10 dapet, tapi ini kan ekonomi terapan)
hahahaha. Iya, karena pas pendaftaraan aku (LAGI-LAGI) nurut Ibu, ngambil
Jurnalistik sama Perbankan apa gitu, aku lupa. Padahal aku udah bilang itu
pelajaran IPS. Tapi, aku bisa apa selain nurut sama kedua orangtuaku pasca
kegagalan SNMPTN? Memang sih, kita nanti yang ngejalanin masa perkuliahannya, entah untuk saat ini, aku klop sama Ibu. Pas ngambil jurnalistik, aku malah senang banget!!!!
Hihihi. Soalnya, aku tahu… jiwaku bakal hidup disana. Menulis dan fotografiku
akan semakin terasah dan berkembang. Bukankah, itu yang dinamakan kebebasan?
Aku yakin, ketika memilih jurnalistik, jiwaku tidak akan mati pelan-pelan.
Menulisku akan terus berjalan.
Pas ujian
alhamdulillah lancar bangeeeeet. Matematikanya sangat dasar (menurutku)
(dibandingkan dengan SBMPTN) Alhamdulillah…. Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris terisi semua. Ada
beberapa soal yang nggak ku isi, itupun pelajaran paling horror, pelajaran
akuntansi :”)
UM di
Bandung juga gitu, alhamdulillah… lancar dan sukses. Apa yang aku pelajari,
benar-benar membantu aku untuk memasang pola pikir yang baik. Alhamdulillah,
untuk TKD dan TPA, aku berhasil mengerjakan dengan percaya diri. Soal
ke-agamaannya, baru deh aku nggak bisa. merasa sedih sih. Ketika aku lebih bisa
mengerjakan soal-soal seperti matematika dan keduniaan, aku malah nggak bisa
ngerjain soal agama yang mengarah ke-afterlife:’)
Hasilnya?
Jurnalistik
Politeknik Negeri Jakarta 2015! Yang diumumkan tanggal 22 Juni 2015. ((pilihan
pertama))
((Dan
kini, masih penasaran dengan UMPTKIN UIN Bandung, yang akan diumumkan tanggal
27 Juli mendatang))
Alhamdulillah!
:)
Tips dan trik?
Tips dan
triknya sederhana. Rajinlah berlatih soal dan berdoa. Ketika kita menginginkan
sesuatu, itu berarti kita sedang mengajukan proposal kepada Allah dengan segala
usaha dan doa yang kita punya. Kegagalan SNMPTN membuatku belajar bahwa
terkadang kita harus mengerti dan menerima takdir yang Allah pilihkan. Maju aja
terus. Belajar, belajar, belajar serta doa yang tidak putus untuk impian kita
tersebut. Dulu sekali, aku sering ditanya: Bagaimana IPB-nya? Setiap ditanya
seperti itu aku menangis. Beneran. Aku nangis. Rasanya kok nggak mungkin. Nggak
mungkin jadi perintis. Tapi aku sudah bertekad untuk itu, dan alhamdulillah aku
bisa atas izin Allah.
Lalu, aku
ikut bimbel online, kurang lebih dua puluh hari menjelang ujian. Intinya
konsisten dalam belajar dan melanggengkan doa. Aku ((sama sekali)) ga bermaksud
menghilang dari kehidupan teman-temanku, tapi ketika kamu menemukan distraksi
dalam itu. Nggak ada salahnya kamu menghilang dulu, menenangkan diri dan
berdamai untuk diri sendiri, toh ini demi masa depan kamu. Kamu jelasin aja
kalau ini untuk memperjuangkan masa depan. Jika sedang rehat, barulah kita
hubungi mereka dan bilang kalau ada hal yang harus kita prioritaskan. Kita memang
teman, tapi kita pun punya impian yang harus kita kejar dan kita wujudkan.
Suatu
waktu, ketika aku mulai lelah belajar, aku kembali mengingat perjuangan Ibu dan
ayahku, mereka yang mengantarku survey tempat, ke bank untuk membayar biaya
pendaftaran, serta kesediaan mereka untuk membiayai kuliah kita. Berikan hadiah
terbaik. Aku juga sering membaca puluhan kisah orang sukses itu tidak hidup
dengan jalan hidup yang lurus-lurus saja. Seketika semangatku terus
terdongkrak. Ah pokoknya kita harus disiplin dan konsisten sama diri kita
sendiri. Yang penting harus mau kerja keras. Dan untuk adik-adikku di SMA
Negeri 1 Mangunjaya, jangan pernah adik-adik bergantung kepada namanya SNMPTN. Show you are in SBMPTN and UM. Go, fight,
and win! :)
Kenapa harus Institut Pertanian Bogor? Dan kenapa harus
perikanan?
Jujur,
inilah pertanyaan yang membuatku tergelitik sekaligus gemas sekali. But, it’s
okey. Dimulai dari perikanan ya, kenapa aku mau ngambi perikanan? Banyak
teman-temanku yang meledek, mau ngambil perikanan? Mau jadi putri duyung?
nanti salamin ke putri duyung ya, dan lain-lain. Teman-teman tau nggak? Tanpa ngambil
perikanan aku juga sudah jadi putri. Putri Nabil ahahahaha :3 lagian, setahuku putri
duyung tuh nggak ada, adanya ikan duyung -_-
Sudah
kujelaskan di atas, bahwa aku mengambil perikanan karena saran dan keinginan orang
tua-ku. Intinya, itu ada di otakku begitu saja untuk setuju. Karena memang
benar sih, prospek jurusan kuliahku sangat cerah dan menjanjikan ditambah aku
ada di daerah Pangandaran yang namanya memang terdongkrak dari destinasi wisata
serta tentu saja nama besar Ibu Menteri Perikanan kita, Susi Pudjiastuti.
Beberapa
hari setelah mengambil keputusan, aku sengaja menyempatkan diri di sela-sela
waktu belajar untuk membuka video tentang Pangandaran, Ibu Susi, berita tentang
perikanan, kelautan, serta pantai-pantai indah yang ada di Indonesia. It’s not bad. Nggak buruk sama sekali. Pertanian,
kehutanan, dan perikanan IPB (pun) masuk katEgori 150 terbaik dunia. So, what must I worried for? Disinilah,
aku ingin berbakti sebagai anak bangsa. Aku nggak egois memperjuangkan mimpiku. Bukan hanya mimpiku. Tapi, aku tahu, aku adalah salah satu Putri Pangandaran yang diutus untuk kuliah dan berharap suatu saat bisa mengamalkan ilmu yang kudapat di bangku perkuliahan.
Satu quote dari Raditya Dika yang paling melekat di hatiku: jangan jadi orang yang paling hebat, tapi jadi-lah orang yang paling beda! Aku memang ingin sukses. Tapi aku ingin juga menyukseskan daerah tercinta, Pangandaranku yang indah.
Satu quote dari Raditya Dika yang paling melekat di hatiku: jangan jadi orang yang paling hebat, tapi jadi-lah orang yang paling beda! Aku memang ingin sukses. Tapi aku ingin juga menyukseskan daerah tercinta, Pangandaranku yang indah.
Dulu, aku
nggak kepikiran sama sekali mau masuk IPB. Institut Pertanian Bogor. Aku sempat mengalami syndrome kagum berlebihan kepada Universitas Indonesia.
Hahaha.. bahkan sampai aku masuk kelas 12 loh. Beneran deh. Kenapa waktu itu
UI? Ya, karena dulu SMP-SMA ku sangat-sangat UI-oriented. Jadi, aku mau aja deh
lanjut kesana lagi. Masalah nanti masuknya gimana, aku kalau UI memang sudah
niat banget, mau belajar dari awal kelas 12. He he he… Jadi, UI like my home
already aja.
Terus sempat
mau ngambil UPI Bandung dan Universitas Negeri Jakarta juga karena mau jadi guru BK. Hahaha… noh kan… aku mah untung-nya gak prody oriented,
jadi ganti-ganti dan gak susah lah. Pokoknya ngeliat prospek dan memang hobi
aku banyak. Hobi nulis, hobi jualan. Hobi ngerjain soal biologi dan soal kimia,
hobi di curhatin juga. Jadi mau ngambil guru BK, terus sempat mau ambil
Bioproses Teknologi UI, Psikologi UI, dan Kimia UI juga.
Sampai
akhirnya, hatiku tertaut kepada IPB. Semakin hari semakin dalam. Entah kenapa,
yang ini nggak ada niat “cuma pengin-pengin doang” tapi sampai didoain gitu.
Duh, aku mulai berpikir, “jangan-jangan IPB itu takdirku?” sampai akhirnya aku suka
sama Manajemen, karena aku bercita-cita jadi Mompreneur. Hahahaha… dan alasan
lain kenapa aku mau ngambil manajemen IPB yang nggak bisa aku jelasin disini :)
Intinya,
doaku untuk IPB semakin hari semakin dalam. Bukan hanya sehari, seminggu,
sebulan, bahkan doaku hampir sama selama setahun, “Ya Allah, aku ingin sekali
kuliah di IPB. Izinkan aku menuntut ilmu di kampus hijau itu, ya Allah.” Dan itu
sambil nangis lagi. Jadi, pas tahu UN susah dan katanya SNMPTN liat nilai UN,
aku panik lah, “Masihkah IPB dalam genggaman?” kayaknya sudah semua guru, aku
nangisin deh. Serius. Intinya, aku mencoba meyakinkan diri aku kalau aku bisa,
sampai akhirnya aku nge-down sekali beberapa hari menjelang UN, aku pergi dan
menangis di depan wali kelasku dan beberapa guru, mereka prihatin keliatannya. Dengan
cita-citaku yang begitu tinggi, namun belum ada jalan jika aku hanya mengandalkan
nilai rapot sekolah, aku harus berjuang lebih keras lagi. Aku tanyai setiap
guru dan teman-temanku, “Yakin nggak, Nabil bisa masuk IPB?” dan mereka optimis
menjawab, “Yakin, Neng! Bismillah, Nabil bisa!” dan air mataku kembali
berderai-derai.
My heart
stuck on IPB. University oriented laaah pokoknya. Bagiku gampang untuk move on
dari jurusan yang aku pilih pertama kali. Tapi aku nggak bisa move on dari IPB.
Pasca kegagalanku di SNMPTN, ibu-ku menyarankan untuk tidak mengambil IPB lagi.
Tapi kali ini, aku nggak nurut. Aku masih ingin di IPB. Dan aku masih ingin
memperjuangkannya. Tanpa disengaja, beberapa hari sebelum daftar SBMPTN, dikala
aku mulai gegana alias gelisah galau merana, aku mimpi kuliah di IPB. Dan aku
bermimpi selama 4 hari berturut-turut. Aku mencoba membujuk Ibu supaya mengizinkan
aku mengambil IPB saat mendaftar SBMPTN nanti. Dan, akhirnya aku diizinkan.
Sebenarnya
aku memang sudah cocok dengan IPB. Alasannya banyak he he he. Masuk 5 besar the
best college in Indonesia.
Sistem asrama yang aku banget. Aku sempat berpikir deh, “Jangan-jangan ini
jawaban untuk mimpiku 3 tahun lalu yang mirip pesantren.” Waah, IPB semakin
menempati ruang hatiku. Belum lagi, banyak banget plesetan Institut Perbankan
Bogor, Institut Pesantren Bogor, Institut Pengusaha Bogor, Institut Penulis
Bogor, Institut Pewarta Bogor, Institut Pak Beye :D dan lain-lain.
Aku yakin
banget lah sama pilihanku. Mengenai hobi-hobiku berwirausaha, menulis,
jurnalistik aku nggak begitu khawatir. Aku sudah melihat banyak pengusaha,
penulis sukses, pewarta dan Pak Mantan Presiden-pun lulusan IPB. ((Hal ini kujelaskan karena banyak sekali yang menyayangkan
keputusanku melepas jurnalistik, yang menurut mereka passion-ku benar benar ada disana)) :)
Jangan
khawatir, teman-teman… Taufiq Ismail, Asma Nadia, Felix Siauw, Iwan Setyawan adalah
bukti lulusan IPB yang multitalent. Mereka tetap eksis menulis. Aku yakin,
lulusan IPB adalah lulusan yang kompeten bukan hanya di bidang pertanian, tapi
di seluruh aspek kehidupan. Jika kalian masih berpikiran bahwa pertanian hanya
untuk mencangkul, membajak sawah, dan menanam padi, aku pikir itu adalah
pikiran yang begitu konservatif. Karena ketika
kita membicarakan pertanian, maka kita juga akan membicarakan agriculture is social bussiness, agriculture
is economic busssiness, agriculture is government business :)
Yup, jadi begitulah kira-kira kisah perjuangan dan pengalamanku
tentang SNMPTN, SBMPTN, UM, Perikanan, dan Institut Pertanian Bogor. Masalah
apa-apa yang akan kupelajari tentang perikanan, aku belajar dulu ya di IPB!
Hahahaha :D semoga tulisanku kali ini bermanfaat, terutama untuk adik-adik yang
sekarang sudah naik ke kelas 12 dan galau menentukan tempat dan jurusan kuliah
untuk merancang mimpi dan cita-cita mereka nantinya!
Tetap semangat! :D
Nabil
Nabil
0 komentar:
Posting Komentar