Senin, 01 Juni 2020

Gaun Jakarta Hari Ini

Sudah lama sekali sejak terakhir menuliskan kehidupanku di blog ini. Aku betul-betul sibuk dengan kehidupan baruku akhir akhir ini yang agendanya berubah, tata caranya berubah, jam kerjanya berubah, dan lain lain. Aku sampai tidak tahu harus melakukan apa saja karena Senin sampai Jumat hanya untuk bekerja dan Sabtu dan Minggu untuk tidur atau mungkin bercerita dengan orang orang di kehidupan nyata.

Sampai saat ini tepat 10 bulan aku tinggal di Jakarta setelah kelulusan kuliah di tahun 2019. Rasanya luar biasa. Pengalaman senang, sedih, lelah, kecewa, takut. Semua perasaan itu bahkan sepertinya sudah aku rasakan.

Senang saat akhir bulan baru gajian, sedih saat kesepian, lelah saat kerja berlebihan, kecewa saat ekspektasi tak sesuai harapan, takut dan menyeramkan saat banjir dan corona menyerang juga begitu lekat ada di ingatanku selama 10 bulan ini.

Aku adalah pribadi yang menghitung bahwa air mata banyak sekali jatuh saat aku tinggal di Jakarta. Air mata itu adalah pengurai semua sedih, marah, kecewa dan ketakutanku. 

Tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, bahwa teman teman kerja itu sangat berbeda dengan teman kuliah. Sangat berbeda. Kita harus betul-betul berhati hati. 

Tidak pernah aku bayangkan juga sebelumnya, di tahun pertama kelulusan dan kerjaku, aku harus mengikuti ujian tes dasar untuk calon PNS di Tasikmalaya dan langsung lolos ke tahap terakhir. Meski sekarang aku sangat menyadari, ada self control yang membuatku ragu untuk melanjukan ke tahap itu.

Dan yang paling membekas tentu saja, aku harus menghadapi banjir besar Jakarta di awal tahun 2020 dan kerja dari rumah sampai dua setengah bulan. Aku menghela nafas betul betul panjang saat itu, ditambah pekerjaan makin bertambah hingga harus bekerja hampir 12 jam, bulan Ramadhan, karantina di rumah, pembatasan sosial skala besar dan lain lain.

Banyak sekali nilai kehidupan yang aku ambil. Aku merasa beruntung langsung merasakan ini di awal awal kehidupan dewasaku. Banyak sekali nilai kehidupan tentang sabar, ikhlas, kuat, dan disiplin juga produktivitas yang aku dapatkan.

Aku terpaksa harus menghapus aplikasi instagram selama 8 bulan karena menimbulkan gangguan mental berkepanjangan.

Tapi nyatanya, hidup di Jakarta tidak semenyeramkan yang dibayangkan. Di Jaakarta, aku suka sekali mengurai setiap keadaan sedih, marah dan kecewaku dengan berjalan sendirian. Aku begitu menikmati menaiki transjakarta dari selatan ke utara, aku menikmati perjalanan dengan kereta dan lain lain.

Aku bertumbuh sekali di kota ini. Lekat-lekat aku pandangi pengemis di Jakarta, tukag sapu di jalan Jakarta, tukang parkir di Jakarta, tukang ojek online, dan lain lain.

Semua di kota ini, yang mereka lakukan, adalah untuk bertahan di sebuah tempat yang bernama Ibu kota.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;