Minggu, 02 Desember 2018 0 komentar

December, a Heartbreaking Month?

Love that once hung in the wall
Used to mean something, but now it means nothing
The enchoes are gone in the hall
But i still remember, the pain of December

Bagi saya barisan lirik dari Avril Lavigne pas banget mewakili perasaan di bulan Desember. Saat menulis ini, hujan bulan Desember yang kembali datang. Merintiki tanah yang ditapaki. Mendung hampir tiap sore menenggelamkan senja di kegelapan. Tak berwarna. Di bagian bumi lain, dingin bulan Desember malah akan mengundang aroma kematian ketika itu dibiarkan. Bulan Desember memang identik ya dengan hujan, kelabu, dingin, sendu dan sepi. Pantas sih, mungkin itu yang menjadi alasan banyak lagu bertema Desember yang penuh kenangan, menguras emosi, kesedihan, kesendirian, dan segala luapan kegundahan. Hahaha. Pas juga ada penawarnya karena tanggal 4 Desember diperingati sebagai Hari Memeluk Internasional. PBB paham banget kalau Desember memang kayaknya bulan patah hati bagi sebagian orang. Kalau kamu ada yang meluk nggak?

Kalau bagi saya, nggak perlu ditanya lah ya betapa patah, terluka, dan berdarah-darahnya saya di bulan Desember 2 tahun terakhir. Rasanya stock akhir mata di awal tahun langsung terkuras habis di bulan akhir tahun itu. Tahun lalu, dengan terpaksa saya melipat semua komitmen, rindu, bayang-bayang dan lain-lainnya. Akibat itulah, rasanya saya jadi malas update di sosial media untuk sekedar menulis welcome Desember. Hahaha. Karena ya itu, i still remember the pain of December. Inget banget sakitnya. Ngebayanginnya aja udah capek. Saking sakitnya jadi saya nggak mau nulis-nulis lagi tentang itu..

Tahun ini, saya kembali membuka awal Desember dengan kesedihan. Tepat jam 10 pagi tadi, saya mendapat kabar duka, bahwa salah satu guru terdekat dan terbaik saya berpulang. Kaget banget. Meninggalnya bukan karena sakit atau kecelakaan. Baru pulang dari Bogor untuk upacara HUT PGRI, langsung bersih-bersih badan, istirahat dan tidak bangun lagi. Its really make me sad indeed. Dulu di SMA, saya ini murid pindahan. Bapak guru ini tiba-tiba menyapa saya. Saya belum hafal semua guru di SMA, semenjak saat itu saya pikir memang Bapak guru ini perhatian banget. Terus pas saya mati-matian belajar SBMPTN di Bogor, saya jadi nggak pernah ke sekolah di Pangandaran. Terus saya lulus SBMPTN, Bapak guru ini sms saya dong, he said “Nabil, selamat ya udah diterima di IPB. Bapak dan seluruh guru di SMA bangga sekali sama Nabil. Bapak beli koran tadi pagi dan bapak sampai terharu ketika ada nama Nabil disana.” Saya terharu dan tersentuh banget saat itu. Di tengah kesedihan ini, saya berdoa semoga beliau ditempatkan di tempat yang terbaik di sisiNya.

Desember ini juga, kayaknya menunggu memang sudah menjadi takdir saya. Ketika saya harus menunggu pulang seseorang yang bahkan baru aja kemarin ketemu eh udah berpisah lagi. Huhuhuhu. Semalam baru ketemu padahal, but this morning he was landing in Surabaya. Penantian saya jadi semakin panjang sih hahaha. Tapi yaudahlah mau gimana lagi? Dan duh, duh.. lagu dari band pop-punk, Neck Deep yang berjudul December ini kayaknya pas banget untuk saya; I’m the last thing you’d remember. Its been a long, lonely December. Untungnya saya sibuk skripsian (meski sebagian orang menganggap skripsian bukanlah suatu keuntungan) atau sibuk sama UTS. LOL. Dan untung juga bulan ini banyak liburnya. Yang jauh nun disana, cepet pulaaaaang. I hope, i can see. You’re not just in dreams.

Semoga aja Desember tahun depan lebih baik ya. Entah ada perayaan apa gitu. Saya dapat kerja yang bagus mungkin. Atau naik pangkat? Atau dapat beasiswa S2? Atau nikah dongg? Hahaha. I hope its a late sun in my next December. Because there’s always reason to believe, that next year will be better than the last. Yes, i hope so.



Minggu, 21 Oktober 2018 0 komentar

When Its Only M & N: #2 Pakuan

M: Dek, rumahmu dari LIPI deket?
N: Deket, sekitar 2 km.
M: Deket yaah.
N: Lumayan. Kalau dari kampus dari mana ke mana?
M: Ya, kira-kira dari kampus ke Pakuan.
N: Ish! 😏
M: Aduh, dek kenapa? Lah, aku kok digebuk? 😙
N: Mana mungkin dari kampus ke Pakuan 2 km lah.
M: Ih, iya, 2 km dari kampus ke Pakuan.
N: Nggak mungkin lah.
M: Kenapa nggak mungkin? Emang segitu estimasinya.
N: Ya, orang dari Dramaga ke Cibinong aja 23.5 km.
M: Ya, 2 km dari kampus ke Pakuan Regency.
N: Ih, ngeseliiiin.
M: Loh, adek kenapa?
N: Ya, adek kira dari kampus ke Unpak.
M: Adeeek! 😒😒😒

Kamis, 18 Oktober 2018 0 komentar

The simplest ways to inspire others

Sambil nungguin unduhan pustaka pendukung skripsi, aku sekalian blog walking. Kalau nggak ke annisast, gracemelia, innnayah, atau bandungdiary. Suka dan betah aja blog walking ke blog-blog ini, mereka ini perempuan-perempuan milenial nan multitalent yang sometimes remember me untuk tetap ngeblog, nulis, atau menyelesaikan skripsi tapi nggak lupa untuk tetap hidup waras dengan menjalankan hobby seperti fotografi, kulineran, painting, dan lain-lain. Empowering woman. Karena simple ways kayak gitu, bisa bikin perempuan-perempuan lain di luar sana berdaya dan produktif.
Sejak menulis blog dari 8 tahun yang lalu (tapi aktifnya baru 5 tahun yang lalu sih), terus resmi jadi penulis novel (meski anak-anak), dan banyak membagikan cerita di facebook, twitter, juga ask.fm (now, instagram), jujur, aku kayak banyak dapat pesan pribadi yang bilang “inspiratif banget” sih. Dan tidak dipungkiri kalau aku senang! :D ya senang saja, karena sharing dan curhatan aku selama ini diapresiasi banyak orang. Dan aku sangat berterima kasih :’)
Meski belum kayak mereka yang pengalamannya udah buanyak banget, mulai dari mengurus anak, suami tapi tetap produktif, belum lagi ada yang kerja jadi jurnalis, menjadi ibu dari seorang anak berkebutuhan khusus, keren banget. Dan aku masih jauh lah dari itu semua.
But, i will get there. Karena bener tuh kata kak annisast, aku kan bukan pendiri GoJek, pemilik Google, atau penerima Nobel yang bisa bikin sesuatu yang gimana gitu buat orang lain. Tapi, siapa tau sharing yang aku tulis di blog bisa bermanfaat ya kaan. Lagian, ketika kita mau menginspirasi nggak harus kok secerdas Einstein atau seinovatif Steve Jobs. Dimulai dari hal kecil, aku kira semua orang waras bisa melakukannya selagi dibiasakan. Gimana caranya?

Be nice.
Ilmu yang aku dapat karena pengalaman pribadi sih. Selain itu, aku menyadari dan merasakan betul kalau perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan juga dari ayat al-quran (Ar-Rahman ayat 60). Dulu, aku tuh suka nggak ngerti sama orang yang dibaikin tapi malah bales dengan kejahatan. Tapi semakin dewasa, kita kan semakin mikir ya. Ya, emang manusia begitu, makanya kalau sudah melakukan kebaikan, yang aku lakukan sekarang agar nggak kecewa ya lower expectations.PR banget buat aku untuk melakukan ini tapi tetap harus be nice. Lagian apa sih untungnya marah-marah? Benar sih kata si Abang, kalau perempuan itu marah-marah lebih banyak nggak mutunya. Dibilang begitu, aku tersinggung dong hahaha. Apalagi kalau dibilang marah marah nggak mutu kita dianggap hiburan buat kaum lelaki. Get it? Nyebelin kan? Daripada maksud hati marah buat narik perhatian nggak sampai, jadi sampai sekarang aku berusaha buat lebih kalem aja sih.
  
Tapi, emang berbuat baik ke semua orang emang nyenengin sih. Bilang terima kasih ke ibu warteg, ke abang gojek, senyum “tulus” kalau ketemu dosen, adik tingkat, OB di kampus. Beneran sehappy itu! Tapi kalau level kamu lebih tinggi, boleh kok dengan sering-sering memberi pujian. Entah itu kepada mbak indomart, mbak yang jualan your tea, penjaga parkir di tempat makan, semuanya dipuji dengan entah warna jilbabnya yang lucu, mukanya yang lebih cerah dan bahagia, terus senyumnya yang berseri-seri.
  
Mendengarkan dengan baik dan merespon dengan antusias.
Setuju kan nggak semua pembicara yang baik bisa jadi pendengar yang baik juga? Sebenernya seni mendengarkan dengan baik penting banget bukan hanya untuk hubungan orang tua dan anak, tapi juga pasangan dan pertemanan. Nggak enak kan kalo punya temen ngobrol yang flat. Ya sebisa mungkin antusias lah.

Oh iyaa? Masaa? Wah baru denger!

Meski nggak mudah sih, apalagi kalau lagi kesel wkwk. Maunya pasti ngedebat mulu. Udah gitu pasti jadinya ngegas padahal hanya masalah yang terkadang sungguh receh. Aku masih belajar sih wkwk. Abisnya suka kesel sama orang yang ngotot. Hehehe. Tapi kalau kayak gitu gimana bisa jadi orang yang mengispirasi kalau nggak usaha untuk diem mah.

Akui kekurangan diri
Benaran ini nggak susah, tapi masalah percaya diri dan gengsi aja sih. Yaudahlah, akuin aja kita juga pernah frustasi, pernah depresi, pernah ngerasain sakitnya ketika jatuh, pernah lebam-lebam. Sekarang ya ngaku aja, nggak punya duit makan di mcd tinggal makan di angkringan. Terus juga terus terang meski proposal udah beres, harus ada harga yang dibayar dengan tangis, atau mungkin dengan bully an orang. Orang tetap appreciate ternyata, ya karena itu semua manusiawi.

Kalem
Nah, kalem. Belajar dari sejak menginjak umur 18 tahun. Lol. Gampang-gampang susah. Kadang so nais kadang bringas. Tapi intinya nggak perlu lah marah marah sekarang, udah capeeek energi abis. Udah nggak ada energi aku tuh buat marah marah. Mending sekarang ngalah aja, kalau enggak nunggu besok buat diobrolin. Kalau malam udah capek, masuk angin, laper. Yowis tinggal tidur.

Sharing
Ini sih yang paling penting. Sharing is caring itu benar banget. Nyatanya aku juga mulai ngerti antara sharing sama pamer karya. Tapi sih yang jadi note disini, pamer karya tidak salah dan sangat diperbolehkan (terserah mau setuju apa enggak ya) wkwk. Kalau pamer makanan atau bepergian, nah kalau aku sih punya batasan dan prinsip membagikan hal-hal seperti ini.
                                             
Just focus on your goal.
Pokoknya ini nih yang jadi pedomanku. Bagiku, orang-orang yang nggak rese dan nggak gampang nyinyirin hidup orang lain itu inspiring banget! Ya udahlah ya, mari fokus ngerjain skripsi, fokus bahagiain orang tua. Intinya fokus ke hidupnya tanpa menyakiti hati orang lain entah sengaja atau tidak sengaja.

Sama aja kaya orang yang kita punya pandangan apapun terus dia juga punya pandangan yang berbeda, its ok to be different, dan santai-santai aja tuh, nggak baper dan tetap berteman sama kita.

Yaudah gitu aja. Wkwk.

So be nice, you never know, whether you try not, you can inspire others, too! (annisast 2018)
Selasa, 16 Oktober 2018 0 komentar

World Mental Health Day: Memerangi Depresi

Dalam rangka memperingati hari kesehatan mental sedunia tanggal 10 Oktober kemarin, boleh ya saya bercerita bagaimana saya menghadapi salah satu masa sulit (dimana masa tersebut sangat mengguncang mental saya) satu tahun yang lalu. Cukup deg-deg an soalnya takut membuka luka lama dan memang belum pernah diceritakan secara terbuka. Tapi semoga bermanfaat karena saya percaya sekali kalau sharing is caring dan juga depression is a real.

Saya menghadapi masa tidak mengenakan satu tahun lalu, dimana in the condition, pengaruhnya sangat signifikan terhadap diri saya dan juga keseharian saya (i was hurt a lot) physically and not physically. Sebenarnya, mental yang tidak sehat itulah yang menjadi sebab utama i was hurt a lot for physically too. Karena jangan salah, ternyata sakit mental itu bisa merembet kemana-mana.

Sebelum menceritakan how i was battling the depression, sedikit saya bercerita, bahwa saya kehilangan seorang teman diskusi yang menemani saya lebih dari satu setengah tahun. Sebelumnya, saya menganggap dirinya adalah my other half saya, karena kami selalu berbagi resah dan gelisah, kami selalu share indeks prestasi kami setiap di akhir semester, berdiskusi tentang teknologi juga politik bahkan agama. And, in fact, i stopped to do these again, saking saya merasa kehilangannya.

Selama kurun waktu 11 bulan, i damn remember that, i lost my weight almost to 10 kg. Wow. How depression made me thiner. Did i love it? No, at all. Because, no deny, i was in sick. Saya tidak diet saat itu. Dan faktanya saya memang sakit. Bagi orang depresi, makan sebergizi apapun, nutrisi tetap tidak mampu diserap sempurna oleh tubuh. Belum lagi insomnia akut. Tapi, alhamdulillah, insya Allah, saya sudah sembuh dari perasaan tidak mengenakan tersebut.

Ini yang saya lakukan ketika mengalaminya:

1. sharing
Cerita kepada orang tua dan teman dekat. I kept my self to closer to my closest persons. Saya selalu bercerita kepada ibu. Karena jujur, ibu saya juga ikut merasakan kesedihan yang luar biasa, jadi kami lebih cocok bercerita satu sama lain (selain menguatkan satu sama lain), lalu kepada teman-teman dekat. Alhamdulillah, semua teman-teman saya luar biasa baiknya! Huhuhu. Saya sering banget hilang dari kost dan nginep di rumah teman-teman saya. Bercerita kepada teman-teman saya juga meminimalisir perasaan bersalah dan kesepian, supaya pikiran saya tidak kemana-mana dan tidak sering melamun.

2. being active and healthy
Awal tahun, i was so often to do jogging. Sekarang malah nggak pernah. Hehehe...saya jadi sering olahraga, juga sambil menyendiri saya sering pergi ke gladiator IPB sore-sore sendiri.

3. do good hobbies
Spend time with people i love, make up, cooking, writing, painting, watching the drakors, hang out, go to salon, and shopping are my self healings. Tapi yang paling menyembuhkan itu bagiku tetap saja menulis. Karena lebih private, saya mulai menulis kembali di buku diary. Wrote. I wrote some poetries. Some letters to my self. Nggak bisa dipungkiri sih, seni dan olahraga memang salah satu penangkal stress dan depresi. Coba gugling sendiri ya, ada kok penjelasan ilmiahnya. Kalau saya lagi nulis, masak, paint, juga dandan, waw.. what an achievement, i can live without handphone as the biggest distraction nowdays. Mungkin juga karena this reasons. Meski kadang-kadang, ketika nulis atau melukis, saya nangis lagi, lagi, lagi. Huhuhu, gagal lagiiiii. Abis sedih banget sih lol T_T

4. me time
Me time perlu banget dong. Hal-hal yang saya lakuin, take breaks to see and introspection what’s wrong. Saya sering sekali merenung, apa yang salah dengan semua ini, kalau seperti ini terus apa akibatnya. Pikiran dan afirmasi tersebut bagus banget untuk membantu hati kita menerima kebenaran, tidak melulu menyalahkan diri sendiri, dan siap menerima kehidupan yang baru. Bisa juga dengan tidur (meski tetap aja sih, saya tidur juga kebangun-kebangun gitu) haha. Dan penting menyadari bahwa; menangis sangat diperbolehkan. Biarlah saya menumpahkan semua air mata saya sampai lega. Juga, tentu saja meminta kekuatan kepada Tuhan (bisa dengan beribadah, membaca kitab suci, dll), satu hal yang penting juga, saya selalu hide dan block akun-akun yang membuat perasaan saya semakin nggak enak. And the last, it’s ok to puk-puk your self :)

5. persective
Sangat banyak orang-orang yang diuji dan ada di posisi down, in the next steps, mereka justru look stronger. Hal ini tidak bisa didapat ketika mereka pesimis dan skeptis terhadap kehidupan. Bagi saya perspektif atau cara seseorang melihat sesuatu juga menjadi senjata dimana kita bisa memerangi depresi, contohnya seperti mengurangi kritik terhadap sendiri, menutup telinga terhadap komentar orang lain, yakin bahwa Tuhan akan mempermudah segala urusan kita, memaafkan dan berdamai dengan diri sendiri, sadar bahwa kita bukan satu-satunya orang yang selalu diuji dan ada di posisi susah, dan meyakini diri sendiri bahwa there’s rainbow after the rain. Afirmasi positif itu sangat penting dalam bertahan di posisi sulit loh, saya sendiri sudah membuktikannya.

Did i seek for professional help?

Jawabannya, yes i did! Bagi saya dengan ngobrol dan curhat kepada psikolog atau psikiater penting banget untuk membantu meyakinkan bahwa ketika saya sedih, itu normal dan make sure bahwa saya mengambil langkah-langkah yang tepat untuk sekarang dan ke depannya. Ketika saya sudah ke psikolog (layanan konsultasi gratis dengan profesional helper di IKK & fortunatelly, saya punya teman SMP yang kuliah jurusan psikolog di UNPAD, juga ada teman ibu), artinya masalah itu sudah sangat mengganggu keberfungsian saya sehari-hari, seperti tidak konsen belajar di kelas, melamun terus, insomnia akut, kehilangan berat badan secara drastis, dan lain-lain.

Psikolog bagi saya berperan seperti membantu meluruskan benang benang kusut di kepala kita untuk benar benar tau apa sebenarnya yang mengganggu, apa inti permasalahannya, dan mereka akan membimbing kita untuk menemukan jalan keluar.

Alhamdulillah, hidup saya berjalan lebih baik. Mungkin karena saya juga memperluas pertemanan saya dan menemukan teman-teman baru, dan (teman diskusi baru)! :) dan ingat ketika kita menemukan orang orang baru, effort to lower our expectations, karena bagaimanapun mereka juga manusia biasa yang sangat memungkinkan (bisa) mengecewakan kita suatu saat. (tapi semoga tidak ya)

On the top of all, of course, jangan lupa untuk selalu berusaha memaafkan dan menerima diri sendiri yah. Dan juga untuk orang-orang yang telah mendampingi diriku di masa-masa sulit (you know who you are, dan saya selalu berdoa semoga kebaikan kalian semua dibalas berkali-kali lipat oleh Allah SWT) terima kasih :’))
Senin, 15 Oktober 2018 0 komentar

When it’s only M & N: #1 Butuh

M: Jadi aku ngechat kalau memang butuh doang.
N: Jangan sering bercanda kayak gitu.
M: Ya, emang bener. Siapa juga yang lagi bercanda. Emang lagi butuh kok.
N: Saling membutuhkan kek. Bodo ah, aku ngambek.
M: Ih, kok ngambek. Ya emang benar kok. Setiap orang datang emang kalo butuh, Dek.
N: Aku nggak gitu kok.
M: Nggak gitu gimana. Gini sih, aku ngechat karena aku butuh ditemenin. Ngechat karena butuh melepas rindu. Bener ga?
N: Itu mah beda lagi.
M: Beda lagi gimana sih? Ibumu nelpon dan menanyakan kabarmu karena butuh ketenangan dalam hidupnya.
N: Ih, kamu mempermainkan aku ya.
M: Jadi setuju dengan pendapatku, bahwa setiap orang datang ketika ada butuhnya?
N: Iya, iya. Setuju.
M: Hahahaha. Ih bete gitu. Masih aja ngeyel *lol*
N: Abang tuh kesannya kaya pengen mempermainkan aku, hahahaha.
M: Hahaha, seperti katamu, merendahkan harga diri?
N: Iya.
M: Loh, emang harga dirimu berapa?
N: Apa abang bilang? Nyebelin banget sih.
M: Ya bener dong. Aku sih nggak pernah menghargai diri kamu.
N: Bodo amat. Aku beneran ngambek.
M: Lah ya iya, aku tidak menghargai kamu. Karena kamu tidak berharga. Bagiku, kamu tak ternilai harganya.

N: ............
Jumat, 05 Oktober 2018 0 komentar

Life Updates

Semakin kesini semakin jarang posting blog ya hahaha. Sibuk? Enggak juga. Memang nggak meluangkan waktu aja. Dulu semasa SMA, saya bisa menulis dimana aja. Di kelas, di kantin, di kost sithot, di rumah sudah pasti. Sekarang kayaknya susah banget. Bahkan nulis buku diary aja udah nggak pernah. Mungkin drama patah hati hebat sudah berhasil terlalui *naon, jadi ya berhenti nulis di buku diary. Dulu kalau sedih dan kecewa berat sama semua orang saya harus nulis, termasuk sama orang tua. Alasannya? Ya karena saya memang harus menulis untuk stress healing. Yang ada di hati harus diungkapkan di buku, yang alay-alay, sedikit disensor kalau mau diupload ke blog. Biar apa? Biar saya nggak stress dong.

Bukan mencari alasan, tapi selain memang tidak meluangkan waktu, rasanya semangat menulis saya juga sudah diserap saripati kehidupan bernama proposalan, memikirkan penelitian yang belum lengkap sebenarnya, menulis skripsi, kelanjutan karir atau study, masalah masa depan, bayar ukt, bayar kost, bayar teteh, atau drama hubungan jarak jauh (yang tentu saja, sedikit cemas banyak rindunya). Padahal seharusnya saya bisa lebih enjoy menyikapi fase-fase kehidupan tersebut. Sayangnya ooooo tidak bisa. Hahaha. Saya tertawa saat menulis ini, tapi sungguh pedih di hati.

Padahal ya gitu, kuliah saya cuma 3 hari. Nggak full juga. Jadi asisten cuma satu kali dalam seminggu dan hanya satu jam empat puluh menit pula. Organisasi mungkin bisa nulis dua berita dalam seminggu, tapi butuh berapa lama sih? Setengah jam juga selesai. Paling cuma rapat-rapat kepanitiaan. Proposalan juga baru selesai, itu juga gara-gara saya dipanas-panasin mulu. Tapi kok kayaknya lelah dan no idea banget untuk nulis.

Satu pembelaan dari saya; blogger dan penulis juga manusia. Sesekali butuh “berhenti”. Untuk mengambil jeda. Dan mungkin masa kuliah di S1 inilah rasanya saya sedang mengambil jeda (meski sangat lama memang). Karena serius ya, memikirkan sesuatu yang belum terjadi itu capek juga. Semua orang tau kayaknya saya orang yang insecure, gampang stress, dan panikan. Saya juga kadang-kadang suka nangis sendiri gara-gara terlalu lelah cuma karena saya panikan berat. Dan, disitu semangat menulis saya benar-benar diserap habis.

Makanya sekarang saya nggak ngoyo, nggak narget lagi. Kadang saya dua hari itu serius banget nulis proposal, kadang dua hari yang akan datang saya sibuk ngoreksi tugas, atau mengambil jeda dengan sketching (yang udah lama banget saya tinggalkan), atau jalan-jalan sama teman atau abang (itu juga kalau dia ada). Begitu seterusnya...

Itu kehidupan saya sebagai seorang penulis ya. Kalau jadi mahasiswa. Saya mah parah banget.

Pernah gara-gara beda metode pengambilan data sama teman saja, terus ditanya, abis itu saya bandingkan, dan saya tiba-tiba sampai merasa insecure. Ujung-ujungnya, saya pengen muntah gara-gara mikir ini bener nggak ya. Dan taraa, jelas beda lah. Dia kan laboratorium research. Sedangkan saya lapang. Nah, saya gitu orangnya. Ya kaya orang-orang panic attack gitu cuma rasa ingin muntah itu ingin muncul ketika saya sudah percaya diri terus tiba-tiba dijatuhin ke bawah.

Untungnya disisi kehidupan lain enggak sih. Kalaupun ada dan terus-terusan tinggal me time terus uninstall instagram aja. Ya paling ngambek-ngambek sedikit kalau lagi pms. Hahaha. Dan nggak selebay dulu dong. Eh tapi tetap aja kalau dikatain melar ngegas, disinggung sedikit nangis dan sedih. Selebihnya enggak kok, i am very very kind. Beda banget kaya 5 tahun yang lalu, dimana kalau itu terjadi, saya bisa marahan sampai seminggu, nomor whatsappnya saya blocked, facebooknya saya unfriend. Hahahaha. Woow, saya sungguh norak dan tidak pengertian sekali ya.

Udah gitu aja sih.

Btw, saya lagi pengin liburan (banget).
Senin, 13 Agustus 2018 0 komentar

10 Steps Korean Skincare Routine Under 200K

Sejak bulan Desember lalu, aku mulai concern ngurus wajah dan tubuh. Dari yang mulai nggak tahu bedanya serum sama essense, mousturizer sama sunblock yang dulu kukira sama, ataupun make up yang bikin pusing entah itu dari primer, foundation, concealer, dan lain-lain sampai sekarang jadi hafal betul. Nggak begitu addict tapi senang aja sih kalau ngomongin tentang perawatan muka. Mungkin karena hakikat perempuan begitu ya, juga mungkin sekali karena keseringan liat akun Females Daily dan nonton videonya Suhay Salim.

Karena inilah postinganku di blog akan bertambah satu tag line yaitu tentang “beauty”, juga karena mendapat request untuk menulis tentang skincare harian baik pagi, malam, dan skincare mingguan. Sebenarnya permintaan untuk mereview skincare sudah ada sejak bulan Juni. Namun, berhubung wajahku sedang berjerawat parah jadinya belum sempat ditulis juga tentu saja karena badmood bawaannya hehe. Fyi, setelah bulan Maret dan April kulitku lagi bagus-bagusnya. Entah kenapa, mulai pertengahan bulan Mei kulitku jadi beruntusan parah. Full di pipi kiri dan kanan. Datangnya berkoloni jadi beneran bikin mau nangis setiap hari. Alasannya aku juga kurang tau, entah itu karena keseringan begadang, stress, lupa cuci muka, atau bagaimana. Yang jelas, ketika di Pangandaran beruntusanku tambah parah. Beruntungnya sekarang sudah sembuh 100%, tinggal menghilangkan bekasnya yang terlihat bintik-bintik karena masalah kulitku kemarin ya memang bukan jerawat besar-besar tapi lebih seperti baby acne atau milia.

Sejak awal, aku nerapin 10 steps skincare korea. Sebenernya nggak papa kalau nggak 10 steps, tapi orang Korea memang harus melakukan itu mengingat iklim dan cuaca di negaranya. Kalau aku? Terlanjur suka sih, jadi dilanjut aja sampai sekarang. Karena 1 bulan ini kepake banget juga, alasan pertama karena sedang berjerawat sebagian besar produk skincare-ku diganti dengan produk-produk yang mengandung tea trea oil, sulfur, dan benzoyl peroxide jadinya kulitku super kering meski notabenenya tipe kulitku itu normal sampai kombinasi di area t-zone. Kedua, karena menjalani KKN di pelosok Sukabumi yang cenderung dingin, kulitku jadilah semakin kering bahkan bibir pun jadi super kering.

10 steps skincare korea yang aku pakai sama sekali nggak mahal. Sangat affordable karena aku sendiri belum berpenghasilan selain dari honor ngasprak atau royalti dari novel. Selain itu, aku rasa kulitku tidak punya masalah yang terlalu berat selain jerawatan kemarin yang alhamdulillah sekarang sudah sembuh (dan tidak akan terjadi lagi insyaAllah), misal keriput atau sejenisnya. Jadi aku kira, aku belum butuh produk-produk yang ada anti-aging dan karena itu produk-produk ini masih sangat cocok di muka perempuan di usia 17- 25 tahun. Terinspirasi dari 200k make up challange yang aku tonton di youtube, ini dia skincare harian (morning dan night) dan mingguanku yang super murah tapi berkualitas;

Ovale Miccelar Cleansing Water Brightening for Acne Skin & Viva Milk Cleanser Lemon
Setiap pagi dan malam aku selalu pakai ini. First cleanser yang dipake sebelum cuci muka. Dulu sebelum berjerawat pakai viva milk cleanser aja karena murah haha selain itu karena segar aja wangi lemon, pas berjerawat juga pakai viva milk cleanser lemon karena kata dokter kulitku cleanser ini aman dan ringan. Pemakaian pagi dikhususkan untuk membersihkan sisa-sisa skincare malam yang dipakai sedangkan pemakaian malam dikhususkan untuk membersihkan seluruh make up dan kotoran setelah beraktiviitas seharian sebelum tidur. Aku bisa dikatakan tergolong baru memakai ovale miccelar water karena semenjak sembuh dari jerawat aku harus melakukan extra cleansing.

Double cleansing? More. Triple cleansing? More. Sejak sembuh berjerawat i am doing to quadruple cleansing. Aku ngebersihin muka sebanyak 4 tahap. Pertama pake milk cleanser, dilanjut miccelar water, cuci muka pake facial foam, terakhir pake toner. Kenapa? Aku kapok banget jerawatan parah lagi.

Garnier Pure Active Matcha Deep Clean, Nivea Sparkling White Facial Foam, JF Sulfur Acne Care, JF Sulfur Acne Spot Care, & Lulur Wajah Organik Velrose Secret Carrot Tomato
Facial foamnya banyak amat, Nab! Hihihi iya, inilah akibat dari transformasi kulit yang tadinya nggak kenapa napa sampe ke breakout parah. Untuk yang Nivea Sparkling White Facial Foam belum bisa aku review karena aku beli itu pas banget sehari sebelum aku jerawatan. Aku nggak bisa pakai itu karena muka berjerawat memang sebaiknya menghindari pemakaian skincare yang mengandung whitening. Yang Garnier Pure Active Matcha Deep Clean baru beberapa kali dipake tapi kurang ngasih efek apa-apa di aku ketika berjerawat. Selain itu aku agak kurang suka sama Garnier ini karena terlalu kesat. Lalu aku beli JF Sulfur Acne Care, sabun cuci muka ini bagus banget setelah dibuka. Bentuknya batangan sama kaya JF Sulfur Acne Spot Care. Minusnya cuma kurang higeines aja dan membuat kulit aku supeerrrr dryyyy. Jadi harus dihidrasi menggunakan toner dan pelembab.

Ketika aku pakai JF Sulfur Acne Care ini jerawat kecil akibat hormon pra-menstrual langsung hilang dalam dua hari. Tapi karena di pipi banyaknya masya Allah, aku barengi sama Lulur Wajah Velrose Secret Carrot Tomato. Ini sih holy grail aku banget. Lulur wajah ini organik ya, aman buat ibu hamil dan menyusui, bisa dipakai setiap hari 2x sehari sebagai pengganti sabun cuci muka. 2 minggu pakai ini jerawatku sembuh 100% tinggal bekasnya aja. I super highly recommended this! Aku memang langganan dengan sudah mencoba 4 varian, ketika kulitku lagi bagus-bagusnya aku juga lagi pakai lulur wajah ini yang varian green tea. Cocok buat kamu yang punya kulit sensitif, berjerawat atau tidak, dan yang mau lepas krim dokter. Aku pakai ini dibarengi dengan JF Sulfur Acne Care karena aku merasa masih agak licin karena lulur ini benar-benar diproses dari Tomat dan Wortel yang dijadikan seperti tepung. Oh ya, lulur ini multi fungsi, bisa dijadikan lulur sekaligus sabun cuci muka, masker, dan scrubbing juga. Karena sekarang sudah habis, jadi pakai JF Sulfur Acne Spot Care untuk fokus mereduce dan menghilangkan bekas jerawat. Mungkin kalau si JF Sulfur yang satu lagi juga sudah habis, mau menghabiskan si Garnier dan Nivea.

Masker Organik Crushlicious varian Coffee and Chocolate
Sebelumnya aku pakai sheet mask kaya orang Korea gitu. Merk nya macam-macam, bisa rorec, etude house atau nature republic. Tapi aku lagi pengen pakai masker organik yang memang bisa dipakai setiap hari. Selain Lulur Wajah Organic Velrose Secret, akhirnya aku pilih masker organic crushlicious coffee dan chocolate. Untuk yang kopi sendiri, super recommended karena baru 3 hari pakai aku ngerasa lebih berkurang aja bekas jerawat ku. Huaa, bakal repurchase lagi ini mah buat make sure muka ku benar-benar bersih dari bekas jerawat. Untuk yang coklat belum bisa kasih review soalnya aku lebih sering pake yang kopi. Jadi, insyaAllaah, soon yaa...

Viva Face Tonic Green Tea, Viva Face Tonic Astrigent Cucumber, Viva Face Tonic Lemon
Pastinya selain murah, toner ini sangat legendaris. Produk yang pasti aku gunain sehabis mandi dan sebelum tidur. Selain menyeimbangkan pH kulit sehabis mencuci muka, fungsi toner juga untuk menyegarkan, varian lemon sendiri aku gunakan dari awal pake skincare sampai selesai sembuh dari jerawat. Sewaktu berjerawat, aku skip dulu. Aku juga melakukan pencarian super detail bagaimana menghilangkan jerawat mulai dari nonton youtube sampai baca review produk skincare di google. Dan taraa, aku nemu di YouTube dan aku buat sendiri, aku nyebutnya sebagai toner ajaib. Toner ini adalah viva face tonic green tea yang aku campur dengan varian astrigent cucumber dengan perbandingan 1:1. Fungsinya, selain untuk menghilangkan jerawat dan meredakan peradangan oleh si green tea yang ada kandungan tea tree oil, astrigent cucumber itu fungsinya untuk meringkas pori. Makanya aku bersyukur banget, meski aku punya bekas jerawat dari kejadian kemarin, alhamdulilah mukaku tidak ada scars (bopeng), karena kata dokter kulitku kalau ada bopeng cara ngilanginnya yaitu dengan dilaser. Sekarang, aku sudah kembali ke varian lemon untuk brightening dan reduce acne blemish yaa :)

Serum/Essense Hanasui Whitening Gold
Hahaha, nggak adil ya. Sebenernya serum atau essense itu dipisah, tapi karena belum menemukan essence yang cocok akhirnya digabung dulu. Serum ini udah aku pakai dari bulan Desember dan enak banget. Rasanya kayak nggak pake apa-apa. Mungkin penggunaan serum belum bisa dilihat hasilnya sekarang, tapi sangat kerasa banget loh di usia menjelang kepala 3. Aku sih pengennya ketika usia kepala 3 terlihat seperti kepala 2. Pas umur 40 tahunan pengen keliatan kaya 30 tahunan, makanya aku lagi berusaha sekali untuk menggunakan serum ini secara kontinyu untuk 3 bulan sampai 6 bulan. Aku pilih serum ini karena ada kandungan vitamin C, vitamin B3, juga yang paling seneng ada niacinamide yang bagus untuk mencerahkan kulit.

Citra Greentea Anti Acne Facial Mousturizer & Pixy White Aqua Gel Night Cream
Untuk day cream sekaligus mousturizer aku pilih Citra Greentea Anti Acne karena melihat review produk ini lagi-lagi ketika aku berjerawat. Sebelumnya aku memang pakai Citra juga tapi yang varian whitening pearl nya itu. Karena reviewnya bagus dan ada klaim bisa untuk menghilangkan dark spot by acne, aku masih pake Citra Green Tea ini. Baunya enak dan nggak ada efek shimmer blink-blink kaya yang pearl, jadi aku suka dan nggak bisa skip sama varian ini karena kulitku lagi sangat membutuhkan pelembab tapi tetap bisa dapat manfaat reduce the dark spot. Aku pakai setelah habis mandi pagi dan sore. Untuk malamnya aku pakai Pixy White Aqua Gel Night Cream. Karena ingin punya night cream berbahan dasar air biar ga lengket, jadinya aku milih produk ini. Beli Laneige terlalu mahal karena pengeluaranku sebelumnya udah terkuras akibat beli produk anti cerawat hahaha.

Eye Treatment (HPAI Minyak Zaitun Extra Virgin Olive Oil)
Aku belum punya eye cream, jadi untuk eye treatment biasanya aku pakai minyak zaitun. Biasanya semua produk aku pakai di pagi dan malam hari. Mungkin cuma beda di day cream sama night cream. Tapi eye treatment ini biasanya cukup aku pakai malam hari karena kalau pagi-pagi cukup buru-buru hehehehe. Minyak zaitun ini bisa juga dipakai buat rambut, alis, bulu mata, bekas jerawat, juga scrub untuk bibir dan muka. Tinggal campur dengan kopi kalau untuk scrub wajah dan gula untuk scrub bibir.

Vaseline Lip Theraphy Creme Brulee
Produk yang harus selalu dipakai dan dibawa kemana mana. Mau pas lagi pake lipstick atau enggak, bibirku ini memang superrr dryy bahkan kalau Bogor lagi dingin dan panas bisa pecah pecah. Kalau lipstik matte jelas bikin kering, tapi kalau pake liptint aja masih kering sampai terlihat crack, aku rasa itu sih parah banget. Tadinya mau beli varian Rosy Lips, tapi berhubung nggak ada jadi pilih varian ini yang penting bibirku lembab.

Emina Sun Protection SPF 30 PA+++
Sunscreen favorit aku. Murah dong pastinya, dan yang menurut aku paling penting dia nggak terlalu berat dan berminyak kaya sunscreen lainnya. Emina ini juga menurutku membuat wajahku lebih cerah satu tone. Hahaha. Aku itu paling sering skip produk ini, terus mulai komitmen bulan Mei untuk pakai ini terus. Doain istiqomah ya, karena sunscreen penting banget buat melindungi kulit kita dari sinar UV matahari yang bisa membuat kulit rentan kena kanker kulit. Bagiku ini adalah the main of skincare.

Jadi itulah skincare routine morning and night aku. Plis, jadiin 10 ya karena essense udah digabung dengan serum. Tapi, kamu bisa kok pake serum lewat sheet mask. Itu yang kemaren aku lakuin. Untuk skincare routine mingguan, produk produk yang aku gunain selain Lulur Wajah Velrose Secret dan Masker Organik Crushlicious, ada beberapa masker dan scrub yang aku pakai tapi nggak setiap hari, cukup 2 sampai 3 kali seminggu.

Jafra Beauty Dynamics Gentle Exfoliating Scrub
Jujur, ini skincare aku yang paling mahal wkwk. Harganya sekitar 165 ribuan, which is aku sebenernya mikir banget belinya. Ini bener-bener desakan dari temen aku yang jadi member MLM nya Jafra. Kayaknya aku kapok belinya, karena menurut aku kemahalan dan bikin kantong kering hanya buat beli satu produk skincare. Tapi, kalau dari kualitas oke kok. Jafra ini salah satu un-local product skincare yang aku punya. Kalau nggak salah dari Meksiko dan ini aman untuk ibu hamil dan menyusia. Salah satu produk natural lah kayaknya soalnya Jafra ini paraben free. Tapi, kalau disuruh milih aku jujur lebih milih St. Ives Apricot Scrub itu. Scrub Jafra ini lama banget nggak aku pakai sekitar 3 bulanan karena aku kemaren kan jerawatan. Sekarang baru mulai dipake lagi nih.

Mustika Ratu Bengkoang Roots Mask
Masker pertamaku pada jamannya, hihi. Karena saking banyaknya masker jadi aku jarang banget pake ini. Niatnya mau ngabisin tapi aku emang mager pake masker bentuk pasta karena pas ngebersihinnya licin. Overall, masker ini bagus buat mencerahkan kulit kalau dipakai rutin 2 – 3 minggu sekali.

Freeman Feeling Beauty Mud Mask Charcoal & Black Sugar
Mud mask favoritttt. Aku selalu pakai ini sehabis jalan-jalan naik motor. Maklum lah dulu hobby nya jalan-jalan. Mud mask ini bener bener ngebersihin muka sampai ke pori-pori. Produk dari Amerika ini juga favoritnya Suhay Salim. Kebetulan aku beli Freeman ini nitip sama teman aku di Watsons Singapure, jadi harganya lebih murah deh. Pakainya cukup 2 sampe 3 kali setiap minggu. Diselang seling aja sama masker lain. Tapi kalau ngerasa muka kotor banget, aku pasti pake ini. Cukup pakai 10 menit aja, karena kalau kelamaan bakalan kering.

Yeayyy, akhirnya selesai juga review skincare routine. Mungkin dari kalian bertanya tanya kenapa maskerku agak lebih banyak dari skincare lainnya. Iyaaa, aku itu gila banget maskeran. Soalnya menurutku, skincare yang paling minim resiko membuat breakout itu masker. Ada produk yang sebenarnya aku pernah pakai juga, tapi tidak aku repurchase. Contoh toner cuka apel yang entah kenapa kayaknya nggak cocok di aku. Ada juga masker peel off yang aku beli di Zhofira. Btw, semua skincare aku affordable kan? Yes, karena ternyata.. muka aku sendiri kayaknya emang suka breakout pas pake yang mahal mahal. Haha.. bahkan pakai Wardah aja aku nggak cocok. Huhuhu.. satu-satunya produk Wardah yang aku suka cuma pensil alisnya. Selain itu nggak ada yang cocok. Day creamnya membuat aku jerawatan parah kemaren, lip cream mereka yang super hype itu entah kenapa aku juga merasa cracky abis di bibir aku.

Penggunaan skincare yang konsisten bagi aku ngaruh banget. Terutama buat tekstur kulit wajah, pori-pori, komedo, dan kecerahan kulit. Sebenernya skincare itu bukan soal murah atau mahalnya. Tapi melihat ke permasalahan kulit sendiri dan pemakaian yang konsisten. Seperti dikatakan diawal, aku susah banget dengan sunscreen karena sunscreen harus diaplikasikan sekitar 2 – 3 jam sekali dan 15 menit sebelum terpapar sinar matahari. Ini PR banget buat aku, karena kemaren pas KKN aku selalu terpapar sinar matahari. Jadi semoga kita bisa sama-sama istiqomah menggunakan produk penting ini ya.

Baiklah, sekian review untuk tagline “beauty” kali ini, sengaja aku tulis agak panjang karena ini juga ada maksud lain yaitu membantu teman-teman yang (mungkin) sedang berjerawat tentang produk-produk affordable yang bisa kalian gunain sebelum, pas, dan paska berjerawat. Semua produk ini cocok di aku, tapi belum tentu cocok di kamu. Jadi? Iqra. Bacalah, bacalah, bacalah. Aku juga melewati masa-masa trial skincare. Tetap semangat dan konsisten menjaga kesehatan kulit. Karena bukan untuk kecantikan aja, bagiku ini salah satu upaya untuk bersyukur menjaga ciptaan dari Allah :)
Sabtu, 07 Juli 2018 0 komentar

Semoga (ini) Yang Terakhir

Mungkin sudah sejak lama kita saling menyembunyikan perasaan dari satu sama lainnya. Entah perasaan apa. Yang pasti ada perasaan sedih yang tak ingin diketahui oleh siapapun. Juga ada khawatir yang tak ingin tertangkap dari sorot mata. Ada keraguan yang tak ingin terdengar oleh telinga orang-orang yang sedang berjuang bersama. Ada harap yang kuat namun tak ingin terlihat karena takut berujung kecewa. Tanpa kesepakatan, semua itu mengalir begitu saja karena kita masih ingin saling mengikat dan membersamai di dalam doa-doa dan rasa percaya.

Sebagaimana badai di lautan yang akan mengalami masa tenangnya. Begitupun, dengan sedih dan senang yang tidak selamanya. Gulungan ombak yang menggulung tak tenang bahkan sampai pasang tertinggi pun pasti ada akhirnya. Namun, yang selalu menjadi pertanyaan “Bagaimana dengan akhirnya?” meski kita tau bahwa setiap akhir-akhir ikhtiar dan doa yang terpanjatkan adalah mutlak atas dasar kehendakNya.

Bersandar pada manusia tidak akan pernah menjanjikan apa-apa selain kecewa. (pun) sama halnya bersandar pada diri sendiri yang tiada upaya tanpa dimampukanNya. Maka kita hanya bisa meminta agar Dia berkenan menolong dengan cara-cara istimewa yang tak ada dalam pendeknya akal kita sebagai manusia. Pun jika semua harus berakhir dan bertemu tepiannya, semoga Dia memisahkan dalam kebaikan, menenangkan dan memeluk hati siapapun yang bersedih namun tetap mampu menerima ketetapanNya, dan mengganti dengan kebaikan kebaikan lain yang bukan hanya lebih baik, namun terbaik untuk kita.

Semoga tangis itu mereda, kekecewaan itu sirna, tawa, semangat juga ceria terkembang seperti sedia kala, dan doa-doa itu tetap terlangitkan meski kita tak tau dimana doa dan ikhtiar tersebut harus bermuara :’)
Jumat, 01 Juni 2018 0 komentar

#LelakiHarusTau: Berapa sih Budget Makeup Perempuan?

Eh tumben, kok ngebahas tentang makeup? Hehe, iya. Diantara semua tulisan di blog ini yang kebanyakan isinya (curhat, galauan, puisi, tips and trick, jalan-jalan) bahasan tentang make up memang belum pernah saya bahas. Kenapa? Pertama, saya bukan beauty vlogger. Kedua, pengetahuan saya tentang make up selain bedak dan lipstik masih cupu banget karena baru tahu pas semester 6 ini. Ketiga, saya tidak terlalu make up addict. Tapi tentu, saya tahu gimana cara memakainya.




Dibanding teman-teman saya yang sudah pakai lama sama make up, mungkin saya cupu banget karena baru tahu make up full itu sewaktu semester 6. Selama ini kemana saja? Dari SMP sampai SMA, saya cuma pakai face wash, bedak bayi dan lipgoss. Saya sudah kenal lipgoss karena bibir saya kering sekali, bahkan kalau cuaca lagi panas-panasnya bisa sampai berdarah karena pecah-pecah. Sunblock? No at all. Kadang pakai hand & body aja malas :D tapi pernah suatu ketika saya pakai day cream, sebenernya dulu belum paham kalau day cream itu bagus buat mencegah penuaan dini. Dulu alasannya, saya suka pakai day cream karena ada efek shimmer nya. Jadi muka kaya ada kesan blink-blink seperti kenal glitter. Masuk kuliah sampai semester 4, cukup pakai face wash, day cream, bedak two way cake, dan lipstick warna nude.

Nah, barulah semester 5, entah bagaimana saya jadi suka merawat kulit dengan berbagai masker. Waktu itu saya lagi patah hati. Ahaha.. mungkin skincare menjadi salah satu heal stuffs bagi saya saat itu. Dan saya setuju banget sih, make up itu jadi kekuatan dan energi sendiri ketika kita beraktivitas. Lebih percaya diri, itulah yang saya rasakan. Asal menyesuaikan acara dan tempatnya. Kurang pas kalau pergi ke kampus kalau pake lipstik warna ungu. Btw, meski baru memakai itu semua di awal semester 6, saya sudah kenal make up dari SMP. Pertama pakai saya langsung bisa karena melihat Ibu yang sering dandan natural. Tapi untuk pakai ya pas semester 6. Tapi penggunaan make up lengkap dengan foundation/BB cushion, maskara, eyeliner, bedak, lipstik, blush on, concealer, bronzer dan teman-temannya tetap saya imbangi dengan penggunaan skincare supaya wajah tetap sehat.

Alhamdulillah, rangkaiannya juga lengkap mulai dari cleansing, facial wash, toner, essense/serum, moustorizer, sampai sunblock. Ditambah peeling atau eksploiting seminggu dua kali atau pakai masker atau lulur wajah organic yang jadi kesukaan saya. Bagi saya pengetahuan itu penting karena skincare berguna banget buat muka kita. Saya aja baru tahu kalau sunblock punya peran yang penting parah untuk mencegah kanker kulit. Semoga ikhtiar merawat wajah bukan hanya untuk mempercantik penampilan sih, tapi juga karena menjaga amanah dan mensyukuri nikmat punya wajah yang tidak kurang satu apapun.

Okay, prolognya sudah terlalu panjang. Jadi berapa sih budget make up perempuan?

Sebenarnya harga make up perempuan itu mahal. Iya, mahal banget. Sekali beli skincare dan teman-temannya cukuplah mencapai harga 500 sampai 700 ribu. Makanya saya nggak pernah beli sekaligus, tapi mencicil satu persatu. Itu juga kalau saya gajian dari honor asisten. Hehehe... Dengan harga segitu, biasanya sudah all in, isinya ada day cream, night cream, foundation, lipstick, mascara, eye liner, eye shadow, blush on, cleanser, dan tralala trilili lainnya (engga perlu disebut satu-satulah ya, nanti laki-laki pusing, hehe). Harga setiap item beda-beda, yang termurah ada di kisaran 30 ribu sementara yang termahal ada di kisaran 150-200 ribu. Dan, ini yang paling penting: setelah selesai beli dan bayar, biasanya perempuan suka sedih lihat struk belanjaan. Masalahnya, harga yang perlu dibayar bisa setengah gaji saya. Hoho..

Terus, repot dong kalau paska menikah nanti harus ngeluarin uang segitu untuk beli makeup perbulan?

Nah! Ini yang menarik. Sepengalaman saya, setiap item make up itu biasanya lamaaaa banget habisnya. Rata-rata 3-4 bulan baru habis, dan bahkan ada juga sih yang 2-3 tahun belum habis (biasanya eye shadow nih yang awet banget, sampai kayaknya sampai kapan-kapan juga engga perlu beli lagi). Jadi, sekali beli memang mahal, tapi untuk berbulan-bulan. Kalau setiap bulan beli terus mah atuh saya juga sebagai perempuan berat banget ngeluarinnya, mending buat yang lain. Hehe.
Kamu, para laki-laki, boleh tanya sama ibumu atau kakak perempuanmu tentang budget bulanan mereka, biasanya budget make up itu per tiga bulan, bukan bulanan, apalagi harian. Karenaaa, yang biasanya jadi pengeluaran rutinan adalah beli sayur ke pasar. Hehe. Cheers!
 Disclaimer: budget make up seharga di atas adalah untuk pembelian yang sesuai kebutuhan, engga tau deh kalau yang belinya sesuai keinginan bisa semahal apa jadinya. Kalau setiap ingin beli, setiap penasaran beli, setiap ada yang baru beli. Kalau saya alhamdulillah sudah taubat, pertama mahal. Kedua, make up juga bisa kadaluarsa. Pokoknya, bahaya itu mah. Jangan deh! Bahaya dan menyedihkan, bro!
Kamis, 17 Mei 2018 0 komentar

Langit Jakarta & Makan di Gultik Blok M

“Nabil, mau sekalian jalan-jalankah?”
Chat pagi itu langsung saya jawab sorakan mau. Jalan-jalan nggak jelas memang menyenangkan, meski kadang kalau sama orang yang berbeda selalu gagal. Tapi rasanya kalau jalan sama orang yang easy going rasanya nggak pernah gagal dan aman-aman aja.

Sabtu malam minggu, saya sengaja ingin beli kurma dan susu di Giant, tapi malah nyasar ke Tangerang Selatan terus malah ke Jakarta. Impulsif banget banget banget. Akhirnya beli kurma dan susu nggak jadi but soul keep happy! Hahaha.. janjian ba’da asha sama kakak tingkat saya yang jalan ke Sentul kemarin, saya kira bakal berhenti di Giant. Terus malah belok di belokan McD Semplak.

“Aku bawa ke tempat ke suatu tempat, aku nggak tau jalannya. Tapi pasti menyenangkan.”
“Oh ya?”
“Iya. Ihhh, kamu kok nggak nanya mau kemana sih?”
“Hahaha! Yaudah, kemana? Kemana?”
“BSD.”

Dan, jadilah kita jalan-jalan ke Tangerang Selatan. Sampai di BSD pas magrib, kita mampir dulu ke AEON. Saya agak trauma sih sama mall ini gara-gara pernah ketolak beasiswa pas tahap interview. Tapi bagus loh Sakura Parknya. Jalanannya ga se-crowded Bogor juga. Buat mall yang ada di pinggir jalan strategis Kota Tangerang Selatan, lumayan asyik buat tempat ngobrol karena nggak terlalu bising.

  
Cukup lama kita di Sakura Park AEON Mall, sampai jam 8 malam barulah lanjut ke daerah Ciputat dan Pamulang. Deg-deg an ke daerah ini, soalnya pernah ada sesuatu hahaha. Makan pecel ayam terus minum susu jahe hangat di dekat Situ Gintung sambil nunggu jalan ke Jakarta nggak macet. Jam 10 baru deh kita ke Jakarta. Eh, sekarang ada pemandunya. Jadinya bertiga.

Ngopi di bundaran HI? Waaah! Hahaha. Kalau saya bilang teman-teman saya pasti bakal nggak percaya. Tapi nyatanya saya beneran (nemenin) orang-orang yang ngopi di bundaran HI. Di depan saya tepat persis pemandangan Grand Hyatt juga gedung-gedung pencakar langit Jakarta lainnya. Di atasnya, saya liat langit Jakarta yang luas. Pemandangan malam yang maha luas, epik, dan tentu saja indah.


Sejujurnya, dari part jalan-jalan ketiga provinsi ini, moment duduk di bundaran HI adalah favorit saya. Entah, saya itu selalu sentimentil kalau bertemu langit yang luas, gunung yang megah, dan laut yang berdesir. Saya bisa berlama-lama memandangnya. Selalu ada kenangan dan orang-orang terindah yang saya pikirkan disana. Diajak ngobrol? Kadang nggak bisa dan nggak nyambung. Ketika saya memandang dan memikirkan itu semua, fokus dan dunia saya bisa berpindah. Sesuatu yang kadang tidak orang lain pahami dari saya. Dan untuk beberapa menit, saya lupa dengan kebisingan orang-orang yang asyik berswafoto. Saya sengaja duduk berhadapan dengan titik dimana tidak ada orang yang mengambil foto disana. Simpan kamera di saku celana dan menyerap energi yang saya tatap malam itu. Syahdu, indah, magis, dan mengharukan. Barulah beberapa menit sebelum pulang saya ambil foto street bangunan kota Jakarta.

Tepat pukul jam 12, saya melaju ke arah blok M. Kemana? Ke Gulai Tikungan yang terkenal itu. Saya sudah dengar nama Gultik dari SMA, tapi baru pertama kesini. Sampai disana langsung bergumam “Oh ini toh, tongkrongan orang yang dulu saya doakan diam-diam.” Hahaha. Emang beneran tongkrongan anak muda. Gulainya enak kok, murah, tapi porsinya dikit. Nggak masalah sih buat saya, tapi masalah buat dua laki-laki di samping saya waktu itu. Tapi, saya sangat terganggu dengan pedagang yang promosi disitu, pengamennya juga. Nggak tau kenapa ya, saya itu emang lebih suka makan dengan damai. Tapi dari itu semua, saya bersyukur banget minggu kemarin saya punya agenda yang lengkap. Hehehe.. bimbingan, diskusi, baca buku, beres-beres kamar, ngoreksi pekerjaan, sampai jalan-jalan. Alhamdulillah ya Allah..



Gulai Tikungan Blok M (Dekat Taman Barito)
Gulai Sapi (Rp. 10.000)
22.00 – 05.00







Teks: Putri Nabil
Foto: Tan’im Makky

 
;