Minggu, 25 Desember 2016 0 komentar

Me Time versi Nabila

Bagi saya, minggu ini menjadi minggu yang terberat.

Setelah hampir masuk rumah sakit karena suhu tubuh saya yang naik turun secara fluktuatif, tubuh kemerah-merahan entah itu alergi atau apa, sakit tenggorokan pake banget, belum lagi mengetahui bahwa minggu ini adalah minggu dengan garis ujian praktikum terpanjang sepanjang masa perkuliahan saya. Ditambah adanya sidang laporan, kuis akhir pertemuan, laporan yang masih jadi draft dan entah kapan di acc asisten, dan yang terakhir dan tersedih yaitu kena semprot asisten karena telat mengirim draft laporan karena saya kan gak ada laptop T_T

Mungkin tepat dengan penggalan lirik lagu Roar-nya Katy Perry, “And you’re gonna hear me roar.”

Yes.. saya jadi super sensitif dan manja abis. Eh, tapi ga bisa manja deh, manja ke siapa juga. Hahaha.. Intinya saya lebih sering marah-marah, melamun, juga lagi bingung mau cerita ke siapa. Btw, alhamdulillah-nya minggu ini ditutup dengan libur Natal ditambah cuti. Lumayan banget buat anak IPB bisa libur sampai 2 hari. Orang biasanya hari minggu juga ke kampus. So, kami benar-benar punya libur yang berkualitas meski ga produktif sih :p wkwkwk

Dan pasti, jadi bisa ngerjain hal-hal yang menurut saya itu self healing banget. Me time versi saya simple but membahagiakan :) biasanya sih saya suka maskeran dan luluran hehe, coba-coba bikin resep baru (kalau tadi tahu bulat), dan juga ngeblog (sayangnya, sudah gak seproduktif dulu) dan nulis buku diary, dan pasti membaca buku non-teks book.

Dan sebenarnya, saya punya draft ngeblog yang banyak banget yang belum bisa di post karena belum matang. Entah itu karena apa, but well the problems depend on people. Bukan waktunya yang sempit, tapi sayanya yang nggak bagus time management-nya.

Drafts ngeblog saya isinya macam-macam. Mulai dari review setiap pertemuan Dasar-dasar Komunikasi yang jujur ya, saya katakan.. inilah mata kuliah yang ilmunya benar-benar saya internalisasikan ke kehidupan saya sehari-hari :p mulai dari komunikasi verbal dan non verbal sampai komunikasi antar pribadi yang ternyata setiap fase kebersamaan dan perpisahan ada tahap-tahapnya. Saya juga sempat mengendapkan tulisan dengan hobi baru saya, yaitu dandan hehe.. mulai dari review lulur organic milk bengkoang yang saya pakai pas skin tone saya lagi gelap-gelapnya karena keseringan berenang sampai review lipstick matte saya yang ternyata kurang cocok karena too dry meski pigmented banget ke bibir saya huhu, review resep memasak kaya masak opor ayam, juga review buku-buku yang setiap minggu dibaca. Semoga nanti bisa diselesaikan dan diposting segera..

Jadi itu-lah me-time versi saya. Belum sempat di posting satu-satu. Tapi saya berharap besar bisa segera diselesaikan sih :( terlebih untuk yang beauty theme dan memasak, rasanya saya memang harus update supaya ada kenangan kapan pertama kali saya jadi tertarik dengan make up dan masak, juga mungkin bisa bermanfaat..


Kalau me-time versi  kalian?
Senin, 14 November 2016 0 komentar

Atmosfer Mahasiswa Tingkat Akhir

Ya, aku memang mahasiswi semester 3.

Tapi atmosfer tugas akhir, menjadi mahasiswi tingkat akhir, penelitian, skripsi, seminar, sidang sudah terbayang bayang di pikiran.

Memang, aku dekat dengan mahasiswa tingkat akhir. Pasti bahasan obrolan kami selalu mengenai topik tentang skripsinya.
A: "Mas, lagi apa?"
M: "Nyusun proposal dek."

Begitu aja seterusnya. Skripsi, proposal, sidang, dosbing, dan lain lain.

A: "Mas, lagi apa?"
M: "baru pulang kuliah, dek. Adek lagi apa?"
A: "Oh, baru pulang kuliah juga. Yaudah, istirahat dulu yaa."
*tiga jam kemudian*
A: "Maaaaas, lagi apa sih?"
M: "Maaf dek, mas tadi fokus ke proposal. Besok harus dikumpul outlinenya."

Huft. Awalnya aku ngerasa kok ambis banget ya. Tapi emang gitu sih, kalo kita emang dikomporin jadi panas juga ya akhirnya. Haha..

Aku jadi ngerti, karena untungnya semua asisten praktikumku rata rata memang angkatan 50 atau angkatan 2013. Jadi memang lagi jadi mahasiswa semester 7. Kalau normal 4 tahun, lagi jadi mahasiswa tingkat akhir dong ya..

Asprak juga begitu, kalau mata kuliah alat penangkapan atau yang masalah desain dan gambar detail (mata kuliah yang gak ngejelasin teori kaya ngajar macam oseanografi umum gitu) jadi ya kami ditinggal ngerjain proposal skripsi wkwk
N: "Kak, ini gimana? Betul nggak?"
A: "Ini dek, beda payang sama dogol, payang tali ris atasnya lebih pendek, kalau dogol sama panjang."
*lalu lanjut fokus ke laptop*
N: "Terus ini salah di apanya kak?"
A: "Udah betul sih, cuma ini yang bawah badan jaringnya lebih menjorok ya."
*lanjut ngetik*

Atau begini:

*bawa bawa ikan*
N: "Kak, ini ikan belanak ada sisik di tulang pipinya gak?"
A: "Hmm, gimana dek?"
N: "Ini loh, kak.. Ikan belanak ada sisiknya gak di tulang pipi?"
A: "sebenernya ada, dek. Tapi kayaknya sudah termodifikasi."
N: "Ok kak."
*lalu fokus kembali ke laptop*

Jangankan asprak, temen temen seangkatanku yang ikut PKM juga gitu kok. Sama aja omongannya. Proposal, lembar pengesahan, bimbingan, penelitian dan lain lain. Bedanya kalau PKM, topiknya lebih spesifik dan unik sih, juga yang bikin istimewa didanai sampai belasan juta untuk penelitian dan dapat apresiasi kalau dapat medali.

At the point, atmosfer mahasiswa akhir terasa banget kuatnya. Karena sehari-hari aku bersinggungan langsung dengan hal yang begitu. Sampai sampai dosen ku juga udah ada yang ngomong begitu kok. (Wkwk, bukan pembelaan terlalu semangat kok) (mahasiswa tingkat akhir jangan sewot ya) #eh

D: "Kalian semua kalau mau skripsi, jangan pas dateng ke dosen misalnya ditanya mau topik tentang apa malah balik nanya "hmmm apa ya bu?" aduh, jangan sampe deh. Kalian kuliah sampe hampir 4 tahun belajar apa aja? Nyusahin dosen kalian kalo gitu. Makanya dari sekarang mulai cari isu isu, lalu tahun depan cari masalah yang sederhana aja, lalu kembangin lewat bimbingan dan diskusi dengan dosen pembimbing."
D: "Jangan sampe kalian berleha leha. Karena dosen disini punya kuota. Setiap dosen hanya 4 mahasiswa bimbingan skripsi."
D: "Kalau kalian gak niat, sudahlah. Kalian akan males nyari topik skripsi. Prinsipnya, asal bisa lulus dari IPB."
D: "Ya udah, kalian cuma dapat dosen yang masih ada kuotanya. Bukan berarti dosen itu gak laku. Tapi karena memang divisi itu kurang diminati karena sulit. Kalian semakin parah deh. Kalau kalian ga sanggup apalagi."
D: "Tinggal tunggu aja, siapa dosen yang mau nerima kalian. Tapi kasian dosennya, dapet mahasiswa yang kaya gitu."

Hahaha, ngenes banget :')))

Sampai-sampai kemaren Jumat, saat asprak fishery method bilang sudah seminar dan sidang, tinggal wisuda bulan Januari besok. Duh, kok jadi kepikiran ya? Haha..
N: "Des, gue nanti topik skripsi apaan ya?"
D: "Iya, gue juga kepikiran."

Hahaha, yang denger obrolanku sih cuma komentar kalau skripsi masih lama. Tapi tetap aja, melihat betapa pusing, betapa sulit, betapa sibuk, betapa penatnya mereka, aku juga mulai atur strategi. Strategi gimana bisa lulus cepat, dapat dosen pembimbing terbaik (dengan sudah diincer duluan haha), cari isu perikanan dan masalah, nyari divisi yang aku minati di departemen, dan topik skripsi yang sekiranya aku mampu dan aku kuasai.

Well, aku sebenernya udah punya dosen dosen yang hendak dituju per divisi kok haha.. Gak maksud menduakan atau mentigakan bahkan menlimakan (aduh, ini gimana ya nulisnya?) dosen yang mau aku tuju pada akhirnya, tapi aku masih belum tau divisi mana yang akan aku pilih, karena sejauh ini masih enjoy dan ngerasa menarik semua.

Yang jelas, aku berharap topik, dosen dan skripsiku adalah satu paket tugas akhir yang terbaik. Kalau masalah dosen, semuanya pasti punya kredibilitas dong.

Dan selain berkredibilitas, ramah, dan kompeten di bidangnya. Aku berharap semoga saja dosbingku nanti juga termasuk dosen yang romantis (wkwk, ngaco) 😆😆😆

Ya kali aja nanti ngomong begini;

"Mari nak, kubimbing kau dengan bismillah" 🙈🙊🙊🙊🙈

#eaaa #dosbing #romantis 😆😆😆



Sabtu, 12 November 2016 0 komentar

Sesi UAS

Biasanya di IPB itu, pembelajaran sesi UAS, dosen dosen maupun asisten kami banyak yang diganti. Jadi ya diajar sama dosen baru dan ditemenin belajar sama asisten baru 😁😁

Aku selalu punya kebiasaan setelah kuliah selesai, baik ngerjain tugas atau laporan, satu hal yang selalu aku lakukan yaitu kepo.

Wkwk, pertama sih kepoin instagram asisten yang ngajar di kelas, wkwkwk. Sumpah, ini aku bercanda ya 😆😆

Enggak kok, enggak..

Aku selalu kepoin dosen-dosen yang baru masuk kelas. Dari semester awal suka begitu memang. Bagiku agak penting biar tau background dan cara ngajar beliau-beliau. Juga track record nya dong, biar belajarnya makin semangat.

Misal nih, semester 3 ini aku kedapetan diajar sama guru besar, biasanya sih lulusan S2 dan S3 di Jepang, pantes beliau gak pernah mentolerir keterlambatan.

Atau dosen-dosen sesi UAS yang alhamdulillah enakeun pisan ngajarnya, ya Allah Ibu eta teh enakeun pisan, pantes masih muda hahaha.. Lulusan S1 IPB dong, lulusan S2 dan S3 UI. Masih idealis gitu deh, ngajarnya enak lebih paham ke remaja. Sebelumnya memang sudah senior, lulusan universitas di Eropa tapi aku lupa dimana persisnya. Memang lulusan IPB bidang science lebih ke Jepang atau Korea sih kalau sosial ekonominya lebih ke Eropa.

Tapi gak mutlak begitu sih...

Dosen ikhtiologiku baru, dan Professor. Baik dan bijaksana sekali. Ternyata setelah aku gugling, beliau lulusan Universite Pierre et Marie Curie. Setelah aku gugling lagi, ternyata universitas terbaik dunia bidang riset teknologi dan sains. 😱😱😱

Duh senengnya dapet kesempatan diajar sama orang orang hebat. Terkadang juga beliau beliau ini merangkap pejabat negara, macam Ketua Atase Pertanian di Roma, atau dosen matkul mayorku merangkap menjadi Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Kuala Lumpur.

Jadi ya begitu, macam ilmu padi lah, semakin berisi semakin merunduk. Semakin tinggi ilmu dan kematangan spiritual, semakin bijak dan rendah hati.

Hmm, baiklah. Bismillah, semoga aku tetep rajin mengkepoi orang orang hebat #eh 🙈🙊 maksudnya rajin kuliah dan meniru kebaikan dan ilmu ilmu dari beliau beliau orang hebat itu.

Kalau asisten kayaknya enggak, wkwk.. Soalnya susah, namanya aja belum ada di google. ahaha.. tapi pasti dapet huruf mutu A atau AB dong di matkul yang diasprakin :p

Lagian aku selalu menerapkan ilmu daskom yang telah dipelajari, berdasarkan persepsi kayaknya aku lebih ke kesan resensi karena kesan yang paling mempengaruhi persepsiku yaitu kesan terakhir. Dalam arti, meskipun kakak kakak ini charming, kalau ngajarnya kurang sreg tetep aja lah aku punya penilaian sendiri. Begitupun kalau yang awalnya biasa biasa aja, tapi cara ngajarnya membuat jendela di otakku terbuka, aku lebih seneng hehe hehe

Kalau udah charming terus ngajarnya enak? Wahhh, itu sih yang namanya idola wkwkwk 😆😆😆

Tapi teteup, asisten terfavorit aku ya kamu.

Iya, kamu :)






Rabu, 09 November 2016 0 komentar

Karena Pria (pun) Ingin Dimengerti

Judul di atas memang kontradiktif sama judul lagunya Ada Band 😅😅

Jadi aku tadi serius mendengarkan curhatan seorang teman cowok yang lagi diambekin sama cewek. Jangan suudzon ya, dia temennya temen ku yang deket banget. Jadi dia dekat sama temenku, tapi dia baper banget sama temen deketku. Hmm, gimana ini.. Ya begitulah. Intinya dia temen dekat temen deketku, eh tapi dia emang temen TPB ku sih. Wkwkwk.

A: "Huaaah.. Kekmana ni dia tiba-tiba pulang aja?"
N: "kenapa sih? Dari tadi rungsing aja 😄😄"
A: "Si A pulang, Bil. Pusing ah beteee..."
N: "Wkwkwk, lo ga nungguin dia kali berangkatnya."
A: "Enggak Bil, gue nungguin kok. Terus dia pulang sendirian. Gak ngerti, gak mau ngomong gak dianterin
N: "Wkwk, karena wanita ingin dimengerti." 😝😝
A: "Dak ngerti, cewek kompleks. Karena wanita ingin dimengerti. Gue kesel sama pencipta lagu itu. Menyudutkan. Wanita selalu benar."

Wkwkwk.

Aku cuma melengos sih, pergi gitu. Abis temen ku jadi bete dan gampang marah marah, dia malah ngatain busy like bee, busy like bee -.- tolong lah, itu bio wassap sama lineku. Kzl. lagi bete aja masih suka ngeledek. Terus aku lihat, temen temen yang mau ngisi buku tugas juga kena damprat dia. Wkwk, lucu.

Eh tapi sih, aku abis itu langsung mikir. Mikir banyak hal. Mikir macem-macem.

Ternyata. Ternyata. Sebegitu berantakannya hati dan pikiran seorang cowok ketika lagi marahan sama ceweknya.

Bingung kali ya. Serba salah. Aku bener baru lihat deh. Mungkin juga gak fokus. Bukan mungkin sih memang bener ga fokus soalnya ngerjain tugasnya ngawur :(

A: "Busy like bee, lo udah berapa orang?"
N: "tinggal 36 orang lagi."
A: "Aaaaaah, gara gara dia gue ga fokus, masa gue baru 6 orang. Kurang 80 lagi. Aaaa."

Hmmm... Sek, aku tarik nafas dulu.

A: "Nabil, kost lo dimana?"
N: "Bateng.."
A: "Pulangnya bareng. Gue mau beli paket. Gue mau jalan jalan. Gue galau 😭😭😭" (eh dia gak nangis deng. Haha)
N: "Ngapa lo? Mau curhat ya? Wkwk.."
A: "Wkwkwk, biarin mau busy like bee gue."
N: "Lazy like snail."
A: "Wuahaha, snail gak lazy. Yang lazy cat. Makan, nonton, b*ker. Makan, nonton, b*ker"
N: *ketawa ngikik sambil keliatan gigi*

Beres beres. Semua orang di rumah itu udah lengkap katanya. Pulang. Bareng si Ay tentunya, Ayi maksudnya. Dia lenjeh emang maunya dipanggil Ay. Dibuku tugas juga gitu. Sebel -.-
N: "Ay, CMIIW."
A: "Bil, tolonglah.."
N: "Dak gaul. Correct me if I wrong."
A: "Hihi, maap gak fokus."
N: "Ay, emang kalau cewek lagi ngambek, sebegitu berantakan kah hati seorang laki-laki?"
A: "Iya.. Asal lu tau aja ya, Bil.. Rasanya tuh bingung, pusing."
N: "Ooo.." *manggut manggut* *inget sama seseorang yang sering diambekin* (pokoknya ada lah ya)
N: "Pernah gak lo marah besar sama cewek lo?"
A: "Pernah."
N: "Terus lo ngapain dia?"
A: "Diemin."
N: "Terus?"
A: "Gue tinggal tidur."
N: "Oo.. Dalam posisi kayak gitu, lo kehilangan rasa sayang gak?"
A: "Engga lah. Justru kalau menyerah itu malah sayang banget, sayang banget."
N: "Lo berharap dia hubungi lo?"
A: "Iya.."
N: "Kenapa?"
A: "Karena gue merasa dibutuhkan sama dia. Gue ga pengen aja kesannya, laki laki yang harus ngemis. Ngasih perhatian mulu."
N: "Ooo.. Apalagi lo ldr ya?*
A: "Iyaa.. Gue bilang kan makanya kalau berakhir, jadi sayang banget. Makanya gue mati matian bertahan. Lo kan udah belajar daskom, lo tau lah komunikasi non verbal tuh susah ditebak maksudnya apa. Makanya deh, cewek juga harus ngerti, kalau main kode kodean tuh susah. Lo tau susahnya nebak perasaan orang."
A: "Plis atuh, da cowok teh bukan peramal."
N: *menampar nampar diri sendiri*
A: "Sama kaya wanita yang ingin dimengerti. Kita pun sama."
N: "Iya ya, gak bener tuh yang bilang perempuan selalu benar."
A: "Coba aja, cewek sadar, marah ya tinggal marah. Gak usah diem diem gitu, melengos pergi. Karena pria juga pengin dimengerti, Bil. Pria juga ingin dimengerti."

Oh ternyata. Karena pria (pun) ingin dimengerti.




Rabu, 28 September 2016 0 komentar

Tulisan : Menjaga Komitmen

Sampai hari ini, saya sudah memasuki minggu ke-4 perkuliahan di semester 3. Dan hari minggu di minggu ke-3, saya pun jatuh sakit. Tak jauh dari sakit yang biasa menyerang mahasiswa. Terlalu letih, demam, dan gastronitis karena mungkin terlalu sering telat makan.

Berbeda seperti kehidupan saya di TPB atau Tingkat Persiapan Bersama (tahun pertama dimana mahasiswa mahasiswi IPB mempelajari dan mengulang pelajaran SMA) yang  begitu menjenuhkan karena kegiatannya tak lebih dari kuliah dan praktikum. Di semester 3 ini saya mulai menemukan dinamika kehidupan kampus yang berbeda sama sekali dengan masa masa TPB dulu.

Beberapa kali saya begadang mengerjakan artikel, juga mengebut laporan agar bisa selesai malam itu karena saya tipikal orang yang tidak bisa belajar dan mengerjakan tugas setelah berletih-letih kuliah sampai menjelang senja. Kadang saya mengeluh lelah, kesal, tugas seakan tidak pernah berhenti juga praktikum yang sudah seperti jadwal harian yang tak terpisahkan.

Belum lagi dosen-dosen yang mengajar saya sekarang banyak sekali lulusan Jepang bergelar Doktor dan Professor, bagaimana disiplinnya, bagaimana mahalnya waktu mereka. Pernah suatu waktu, ketika saya terlambat datang ke kampus dan waktu yang tersisa tinggal 5 menit, saya lari sekencang-kencangnya memburu lantai 5 dengan gedung kuliah berbentuk heksagonal yang membingungkan. Sekali lagi harus saya katakan, dosen praktikum saya pernah menuntut ilmu di Jepang dan tak ada kata "toleransi" untuk sebuah keterlambatan. Temen terdekat saya pun, tak luput dari sasaran kedisiplinannya karena tiba-tiba sepatu sandalnya hilang atau di buang oleh beliau.

Meski saya harus berlelah-lelah, namun alhamdulillah pada akhirnya saya menikmati dan mulai terbiasa dengan kehidupan saya yang sedikit lebih padat ini. Meski sekarang saya sering sekali mengoleskan minyak angin atau krim ke kedua betis saya karena terasa pegal, namun pada akhirnya saya tetap berbahagia dengan apa yang saya putuskan dan bahkan saa jadikan sebagai "life goals" sejak saya berumur 17 tahun.

Beruntung dan kebetulan, karena setiap hari Senin sore, departemen kuliah saya sengaja memasukkan mata kuliah Pengembangan Jati Diri Sarjana Perikanan dan Kelautan sebagai mata kuliah penutup di hari Senin yang melelahkan. Mata kuliah yang khusus membahas motivasi, sukses, goals, dan juga cinta yang membawa kami ke kampus hijau ini.

Namun, saya sungguh menangis sore ini. Kelelahan, kesepian, juga beban mengisi penuh tubuh, hati, dan pikiran.

Ya Allah, seharusnya saya malu ketika saya lupa bersyukur. Seharusnya saya malu ketika mengetahui tak semua orang berkesempatan untuk kuliah. Benar, setiap hamba pasti mempunyai bentuk cobaan yang berbeda. Namun, jika diteliti lebih cermat lagi, ini bukanlah suatu cobaan. Melainkan nikmat yang perlu disyukuri. Duduk manis mendengarkan dosen mengajar, berkesempatan diajar oleh guru besar, menerima ilmu berharga dari mana saja, belajar di ruangan nyaman dengan fasilitas sangat baik, bebas berorganisasi, bebas memulai bisnis kecil-kecilan, bebas berargument positif. Seharusnya itu membuat saya lebih bersyukur :')

Mungkin memang benar, setiap niat harus selalu disertakan dengan komitmen. Karena tanpa komitmen niat hanyalah sebatas niat. Sama sama seperti orang yang berniat baik namun tak ada aksinya. Sama seperti keinginan yang hanya diimpikan saja. Ah, saya seperti ini mungkin karena saya mulai mengendurkan komitmen.

Bukankah komitmen yang akan terus menjaga niat tepat pada tempatnya?

Darmaga, 28 September 2016
(Pojok Al-Hurriyah, menjelang senja dengan tangis)





Jumat, 05 Agustus 2016 5 komentar
“Dan aku jatuh cinta, akan upayamu...” –Kurniawan Gunadi-

5 Agustus 2015
Aku masih ingat hari itu. Hari dimana tanpa basi basi, kau mengutarakan maksudmu, untuk mengenalku lebih jauh.

Tidak masuk akal pula sebenarnya kau berbicara padaku tanpa pengantar atau basa basi. Kau memutuskan ingin mengenalku, tanpa khawatir-akan ku tolak, apalagi kau belum atau sama sekali tidak mengenalku.

Kita bukan teman karib, bukan pula adik atau kakak kelas yang pernah menuntut ilmu di tempat yang sama, pun kau bukan tetanggaku. Kita tidak pernah bertukar cerita panjang. Bahkan kita belum pernah bertatap muka. Aku yakin kau bahkan tak mengenalku sama sekali. Begitu pula aku.

Ternyata itu kamu.

Seseorang yang bicara apa adanya, tak membingkai kata dengan indah. Ucapmu lugas, ingin bertemu denganku. Dan sekarang aku tahu, kau memang tidak suka berbasa basi. Karena kamu memang begitu, lugas.

27 September 2015
Aku belum pernah jalan berdua dengan lelaki sebelumnya. Sampai ketika kau mengajakku untuk bertemu, jujur aku masih sangat ragu – bahkan terkesan mengulur waktu atau mungkin justru tidak mau. Tiga hari sebelum aku berlebaran di Pangandaran, aku harus memutuskan pun sebelum kau terbang ke negeri gingseng itu. Dan akhirnya aku mengiyakan, tentu dengan beberapa pertimbangan. Aku harus menyampaikan segala kondisi diri dan keluargaku kepadamu begitupun kamu. Karena dari awal aku mengatakan, orientasiku bukan hanya untuk bersenang-senang. Sebelum bertemu orang tuaku, ku harap kau sudah mempunyai keputusan. Untuk melanjutkan atau bahkan mundur menjemput takdir Allah yang lain.

Dengan segala ketidak siapanku bertemu denganmu, banyak sekali kisah lucu. Jarak kita tidak lagi 200 KM, sudah 1 meter sekarang, namun kita justru semakin sedikit berbicara. Aku lebih sering melirik diam-diam lalu menunduk. Hahaha.

23 Januari 2016
Aku pernah bermimpi, akan memiliki seseorang yang kata-kata romantisnya membuat aku tidak bisa tidur semalaman. Namun nyatanya, Allah terlalu baik. Ia menghadirkanmu justru untuk mendengarkan, memberi nasehat yang jauh lebih bermanfaat dibanding dengan kata-kata romantis yang aku harapkan.

Aku pernah bermimpi, akan memiliki seseorang yang kata-katanya mampu melengkapkan tulisanku di novel atau di laman blogspotku. Namun nyatanya, Allah terlalu baik. Ia menghadirkanmu justru untuk memuliakanku tanpa banyak memproduksi jutaan kata indah yang mampu membuatku mabuk kepayang.

Kau harus tahu, dari mu aku belajar. Bahwa laki-laki yang baik tidak akan membuat wanita yang dicintainya menunggu lama tanpa ada kepastian. Karena Allah mempertemukanku dengan orang yang siap mempertanggung jawabkan rasa itu ketika kamu memang benar-benar siap.

Kau juga harus tahu, saat kau ketuk pintu rumahku saat itu, aku merasa itu mimpi. Aku tidak pernah membayangkan, ada seseorang yang berani ke rumahku, yang jika aku lanjutkan prosesi itu, jelas itu akan mengubah semua mimpiku. Dan kamu datang sendiri. Memintaku yang tidak sempurna ini untuk menjadi pendamping hidupmu. Memintaku membantumu menyempurnakan separuh agama.

Kali ini kusampaikan, bahwa keberanian laki laki itu selalu mampu menghasilkan minimal 50% pertimbangan perempuan untuk berkata “iya”. Kau berhasil memudarkan segala keraguanku tentang laki-laki, bahkan berani membuatku menyampaikan tentang segala yang kurasa kepada orang tua yang sebelumnya saja tidak pernah kuungkapkan bahkan kepada orang tuaku sendiri.

Jujur, aku tidak pernah merasa trauma akan kisahku. Namun aku trauma mendengar teman temanku bercerita tentang sekian banyak kisah lelaki yang bisa seenak hati memberikan harapan dan pergi begitu saja. Aku sungguh tidak pernah merasa trauma akan kisahku. Namun aku begitu trauma melihat sekian banyak lelaki dengan mudahnya meninggalkan perempuan dengan melegalkan alasan atas ketidak setujuan orang tua mereka. Aku tidak pernah merasa trauma akan kisahku, namun aku trauma menyaksikan sekian banyak perempuan ditinggalkan atas rasa yang sedang mekar tanpa lelakinya menaruh simpati untuk bertanggung jawab atas apa yang ditinggalkannya.

Dari kisah diatas, aku memang jarang bisa menghormati lelaki kecuali lelaki tersebut bisa memuliakanku. Memang benar kata sebagian perempuan, menilai lelaki haruslah menggunakan asas praduga bersalah, sampai kita akhirnya menemukan bukti bahwa laki-laki tersebut memang baik.

Sampai akhirnya aku berbincang dengan kedua orang tuaku, bahwa aku harus memutuskan masalah ini dengan tegas. Aku mengiyakan namun dengan syarat bisa menerimaku yang masih berstatus mahasiswi, yang juga tidak bisa 24 jam ada disampingmu. Begitupun kamu, yang begitu sibuk dengan urusanmu.

Lalu, aku yang masih sering mempertanyakan keseriusanmu. Dan kamu yang dengan persisten dan sabar meyakinkanku, tak pernah ragu.

Dari kehadiranmu, aku selalu yakin, bahwa Allah selalu menyiapkan rencana yang lebih indah dan tidak pernah terduga dari yang aku harapkan.

5 Agustus 2016
Terima kasih, telah begitu (sabar) mengupayakanku.

Terima kasih, karena kau telah memilih untuk mempertanggung jawabkan rasa itu setelah kau benar-benar siap.

Terima kasih telah begitu sabar menghadapi aku yang lebih (sering) bersifat kekanak-kanakan.

Terima kasih untuk semua waktu waktu pentingmu yang telah kau korbankan untukku.

Dan terima kasih, telah membuktikan bahwa laki-laki baik itu memang selalu ada meski untuk semua itu kita harus mampu menjadi perempuan yang baik pula.

Semoga Allah selalu mampukan dan mengabulkan niat mulia kita, Mas.

Selamat 5 Agustus.

See you when i see you :)


Selasa, 29 Maret 2016 2 komentar

Teruntuk


…semuanya, yang sedang dikelilingi banyak tugas, tanggung jawab, kewajiban. Yang kepala dan hatinya sedang diisi berjuta pikiran, berkecamuk tak keruan. Yang tidak berhenti merasa khawatir dan takut. Yang sungkan mengambil jeda karena ingin terus bekerja. Yang mungkin senantiasa merasa bingung, butuh pegangan, butuh sandaran. Yang mungkin sedang disiksa dengan ketidakpastian. Yang sedang berjuang sendirian? Yang merasa kurang diapresiasi. Yang kesabarannya senantiasa diuji. Yang tugasnya mati satu tumbuh seribu. Yang sengaja berjalan di bawah hujan demi sembunyikan sedu. Yang gamang karena punya sejuta pertanyaan, tapi tak kunjung dapat jawaban. Yang memutar lagu sedih berulang-ulang karena hanya dengan begitu pegal hati bisa terwakili. Yang menangis malam-malam, karena saat terang kalian harus tersenyum seharian. Yang rindu pelukan ibunya, yang rindu senda gurau ayahnya. Yang rindu rumah, tapi belum bisa pulang. Yang sedang diuji oleh jarak dan waktu. Yang sedang diuji sehat jiwa serta raganya. Yang terduduk, terengah kelelahan. Yang merindukan teman. Yang berekspektasi dan dikecewakan. Yang sudah berusaha tapi mungkin terabaikan…

…jangan lupa mengambil napas, teman-teman. Jangan lupa untuk minum, jangan lupa makan. Di saat susah, ini bisa jadi sulit untuk dipercaya, tapi aku akan katakan juga: kita tidak pernah sendirian.
Menangis sangat diperbolehkan, kawan-kawan

tapi iringi juga lah dengan doa.

Ya? 

Repost:Sri Izzati
Selasa, 08 Maret 2016 0 komentar

Manusia Paling Mulia

Aku begitu mengingat apa yang diajarkan dosen favoritku tadi pagi. Mungkin memang benar, tugas seorang dosen bukanlah hanya mengajarkan materi kuliah namun juga membimbing dan memberikan pemahaman yang lebih bijaksana tentang hidup ini.

Katanya, manusia yang paling mulia itu bukanlah manusia yang mendapatkan IP 4 setiap semesternya. Atau bukan pula manusia yang berlangganan mendapatkan medali emas di setiap pekan olimpiade mahasiswa setiap tahunnya.

Dosenku berkata, manusia yang paling mulia bergantung kepada prinsipnya dalam memberi.

Awalnya aku kurang mengerti. Tapi sejurus kemudian, dosenku melanjutkan;

Manusia yang paling mulia adalah manusia yang tetap bersedekah dengan niat yang paling ikhlas dan pemberian yang  paling bermanfaat untuk orang lain.

Beliau juga menambahkan;

Bahwa manusia yang paling mulia adalah manusia yang tetap memberi meski dia sendiri berada dalam kesempitan.


Selasa, 23 Februari 2016 0 komentar

Tidak Ada Waktu Untuk Main-Main

Kalau hidup ini kembali dirunut ke belakang, begitu banyak hal yang ingin diperbaiki. Sebab begitu banyak kesalahan yang sudah dilakukan, begitu banyak dosa yang tentunya sudah dicatat dengan rapi. Ada banyak penyesalan yang sering dialami, ada begitu banyak kebaikan yang terlewatkan.
Setiap hari, seiring waktu. Kebaikan yang berbuah pahala belum tentu bertambah sedangkan dosa-dosa itu hampir dipastikan bertambah setiap hari. Maka, adakah waktu untuk kita bercanda barang sebentar dalam hidup ini 
Pemikiran seperti itulah yang melatarbelakangi rangkaian rencana-rencana kebaikan yang ingin dibangun saat ini. Kebaikan yang bisa hidup meski umur manusia telah habis. Kebaikan yang terus mengalir meski jasad sudah dimakan cacing tanah. Biar habis tenaga, biar lelah pikiran, benar-benar tidak ada waktu untuk bersenang-senang mengingat kematian bisa datang kapan saja tanpa permisi.
Maka, kebaikan itu harus segera diwujudkan!
Tidak peduli bagaimana orang terpukau, tidak peduli bagaimana orang memuji, tidak juga peduli dengan yang mencaci. Sebab, tidak semua orang di dunia ini memahami bahwa setiap orang memiliki dunianya masing-masing. Dunia yang tenggelam menjadi masa lalu, menjadi kenangan, dan dunia yang juga menjadi masa depan.
Karena secara nyata, kita sadari bahwa kita tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki keadaan, maka sudah sebaiknya kita segera turun tangan untuk melakukan kebaikan guna memperbaiki apa yang sudah terjadi. Biar bila nanti Tuhan menimbang kebaikan kita, itu lebih banyak daripada dosa kita. Biar bila nanti kita sudah tiada, tidak ada penyesalan di sana.
Benar-benar tidak ada waktu untuk bermain-main. Karena waktu terus bergerak, sedangkan kita tidak tidak pernah tahu kapan itu berhenti. Semoga Allah memberikan waktu untuk kita semua, anugerah yang paling sering kita lupakan dan syukuri bahwa Allah masih memberikan waktu untuk kita melakukan banyak kebaikan. Akankah kita siakan.
Repost: Kurniwan Gunadi.
 
;