Rabu, 01 Juli 2015

Anyelir putih itu bernama Hafidzah.


Baru-baru ini, aku mengenal penulis muda berusia 15 tahun yang sangat luar biasa. Aku begitu respect kepadanya, begitupun dirinya terhadapku. Semangatnya betul-betul mengingatkanku pada kenangan 2 tahun lalu dimana aku pun sama-sama berjuang seperti dirinya untuk meneruskan tulisan-tulisanku yang sempat tertunda.

Kalau boleh jujur. Dari awal aku sudah begitu jatuh hati terhadap Hafidzah. Cantik dan dalam ya arti dari namanya? :)

Itu karena Hafidzah begitu baik, sopan, dan menaruh hormat kepadaku. Aku sebetulnya biasa saja. Dianggap teman pun tidak masalah. Tapi sepertinya, dia memang tipikal kebanyakan orang Jawa yang sangat ramah dan merasa pakewuh jika menganggapku seperti itu. Aku memang tipe orang yang senang berdiskusi dan bertukar pikiran. Jadi, kehadirannya malah membuatku senang.

Karena kehadirannya-pun, aku selalu merasa bahagia ketika membuka akun facebook. Dia begitu manis dan setia membaca postingan-postinganku di blog. Tak lupa dengan komentar bagus-bagusnya. Aku malu sebetulnya dikomentari bagus-bagus seperti itu. Tapi aku tak memungkiri, sungguh senang hati ini. Suatu kehormatan dan kebanggaan jika tulisan-tulisanku diapresiasi dengan sangat baik dan positif. Dan aku-pun selalu berusaha memperbaiki kualitas tulisanku. (padahal, aku juga butuh kritikanmu loh, dik penulis!) :’D

Suatu hari aku pernah diminta mengunjungi blognya. Ketika membuka blog Hafidzah, aku begitu terkejut dan terkagum-kagum. Tanpa interpretasi, aku mengatakan kalau aku suka sekali dengan tulisan di blognya, terutama cerita pendeknya. Bahasanya mengalir dan diksinya bening, perbendaharaan katanya kaya! Subhanallah! Bahkan aku merasa belum mampu menulis sebagus itu sewaktu SMP dulu. Jika dia terus belajar dan berlatih menulis. Aku begitu yakin, kelak dia akan menjadi penulis yang baik dan hebat tentunya.

Aku sangat-sangat mengapresiasi karyanya. Sungguh. Pantang berbohong di bulan puasa, dan aku mengatakan jujur dari dalam lubuk hatiku. Semoga adik Hafidzah tetap semangat menulis ya dik! :D

Yang perlu diketahui. Menjadi penulis memang tidak mudah. Jika kita sudah meniatkan menulis untuk berburu royalty, sebaiknya berhentilah menjadi penulis. Sebab menulis adalah membumikan kebaikan lewat tulisan. Membukukan kenangan dengan cara sebaik-baik yang kita bisa.

Dengan pikiran penuh aku menulis tentang semangat Hafidzah. Dan, aku akan menceritakan kepada kalian. Dia adalah gadis yang selalu berupaya menghasilkan tulisan setiap harinya. Semoga dikuatkan, Dik :)

Karena aku sadar, menjadi penulis membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Memperkaya diri dan tulisannya dengan berbagai bacaan dan literature. Hal itu dilakukan semata-mata untuk memperbaiki kualitas tulisannya.

Menjadi penulis pun harus kritis, karena kita dituntut up grade dalam memperhatikan fenomena baik itu social, ekonomi, politik, gaya hidup dan banyak masalah di dunia ini.

Kesabarannya pun dilalui dengan berbagai cobaan dalam menulis, seperti ditolak penerbit, merevisi tulisan hingga berpuluh bahkan beratus-ratus kali, merangkai sebuah huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf. Dan kumpulan paragraf yang menghasilkan harmoni indah dalam sebuah tulisan berbentuk buku.

Semangat terus meraih impian menjadi penulis, Dik Hafidzah! Teruslah menulis dan menulis. Karena menulis adalah upaya membumikan kebaikan. Menulis adalah cara terbaik kita membukukan kenangan. Menulis adalah menyibak jalan penuh tantangan :)

Seperti kata Pramoedya Ananta Toer;

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Dan aku hadiahkan anyelir putih ini untukmu. Karena anyelir putih melambangkan keberuntungan, kekaguman, dan semangat yang terpatri kuat dalam hati. Cocok sekali sebagai ungkapan bahwa aku mengagumi, merasa beruntung, dan bangga atas semangatmu yang kuat dalam hati! :)

Selamat mewarnai dunia dengan menuliskan kisahmu yang luar biasa!



 

0 komentar:

Posting Komentar

 
;