Minggu, 28 Januari 2018 0 komentar

Kebaikan dan Doa Yang Menggetarkan Langit

Sedalam dan sebanyak apapun manusia melakukan test untuk mengenal dirinya, tidak ada yang lebih tahu bahkan manusia itu sendiri selain Penciptanya. Karena Allaah mengetahui lebih dalam bahkan ketika kita tidak mengetahui hal-hal yang ada pada diri kita, termasuk mengetahui setiap kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri kita. Maka disitulah letak ujian kita berada. Allaah menguji secara tepat, secara valid. Pada hal-hal yang memang perlu diuji dari dalam diri kita.

Ketergantungan kepada manusia, diuji dengan meninggalkan atau ditinggalkan. Perasaan serba bisa, diuji dengan kegagalan-kegagalan yang berkali-kali menghampiri, hingga tak ada daya dan upaya selain kehendakNya. Ketakutan akan kehilangan harta, diuji dengan kekurangan makanan serta uang. Keinginan mewujudkan impian, diuji dengan kerikil-kerikil yang ada di sepanjang perjalanan. Pengorbanan menjaga kesucian diri, diuji dengan ujian-ujian perasaan. Keinginan melepaskan, diuji dengan dipertemukan bahkan didekatkan di berbagai kesempatan. Begitu, seterusnya..

Begitu pula aku. Hampir semua orang-orang terdekatku tahu bahwa beberapa bulan terakhir, aku sedang diuji olehNya. Aku sedang sangat disayang olehNya. Masalah yang begitu berat untukku. Masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah. Tapi aku tahu, Allaah selalu sigap menggenggam tanganku erat ketika aku hendak jatuh karenanya.

Hari-hari yang begitu berat dan mengerikan yang harus kujalankan. Tak terhitung sudah berapa banyak air mata yang terjatuh karenanya. Tak terhitung berapa malam yang harus kulalui dengan beban sehingga tak dapat tidur semalaman. Berat badanku yang berangsur turun. Tak pernah aku tidur dibawah jam 2 pagi. Aku menangis, aku memohon kepada Allaah, supaya menyembuhkan luka-luka hatiku yang basah menganga. Aku sempat kehilangan arah. Sakit. Dan, aku harus tak masuk beberapa mata kuliah di perkuliahanku. Namun disisi lain, aku tahu. Bahwa ada seseorang yang lebih terluka hatinya. Dialah ayahku. Ayahku yang dalam diam, aku tahu ayahku memendam duka dan marah yang mendalam atas perlakuannnya kepadaku.

Serba tidak enak mengerjakan sesuatu. Tidur tak nyenyak. Makan tak lahap. Pun, untuk tersenyum kepada orang lain begitu melelahkan bagiku. Kala itu, tak ada waktu mustadjab dimana doa akan dikabulkan yang kulewatkan. Ketika hujan turun, sepertiga malam, sujud terakhir pada sholat, salam sebelum sholat, juga di hari Jumat. Aku menangis tersedu-sedu sembari memohon dengan mengucapkan doa itu. Doa yang terus menerus diucapkan Ummu Salamah Ya Allaah, tolonglah aku..

Aku juga menangis kepada teman-temanku, aku berkata minta didoakan, aku memohon kepada teman-temanku untuk mendoakanku di setiap sholat mereka, minta dipeluk dalam doa-doa mereka. MasyaAllaah tabarakallahu, doa-doa itulah yang menyentuh langit-langitNya. Kebaikan dan  keshalehan mereka yang menggetarkan langitNya.

Banyak temanku yang berkata bahwa aku adalah perempuan yang kuat. Aku memiliki stok kesabaran tak biasa untuk menghadapi orang-orang yang menyakitiku. Tapi aku yakin sekali, diantara aku yang saat ini mampu tersenyum kepada semua orang, mampu menulis kembali untuk diriku sendiri bahkan untuk orang lain, sudah mampu makan dan tidur dengan nyaman. Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Aku yakin sekali, bahwa bukan karena diriku sendiri yang mampu menyembukan luka-luka itu, tapi ada doa doa mereka lah yang mengetuk pintu langitNya. Doa orang-orang baik di sekitarku.

Kebaikan dan doa itulah yang menghapus satu persatu kekhawatiranku, mengembalikan senyum di wajahku, dan menghilangkan ketakutan yang ada di pikiranku. Kebaikan dan doa itulah yang memecah dan menggetarkan langit yang kemudian menciptakan banyak sekali kebaikan dalam hidupku.


Terima kasih :')
 
;