Minggu, 10 September 2017 0 komentar

Yang Belum Kita Pahami



Jika aku menjadi Hajar as, yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim as dengan bayinya yang masih merah, mungkin aku akan marah semarah-marahnya. Mungkin aku akan langsung tidak menghormati suamiku, menuduhnya jahat dan tak berperikemanusian. Mungkin aku akan menangis tersedu-sedu memeluk kakinya dengan berkata “betapa teganya kamu telah meninggalkan aku dan Ismail di padang pasir yang tandus”. Mungkin juga aku akan menangis sendirian disana tanpa memperdulikan seorangpun termasuk anakku sendiri. Tapi imannya ternyata terlalu kuat untuk melakukan hal itu. Hajar dengan yakin bertanya “apakah itu perintah Allah?”, Nabi Ibrahim yang tak sanggup berkata-kata hanya mengangguk. Seketika itu, Hajar mantap mengangguk. Ia yakin, dia dan bayinya akan selamat karena pertolongan Allaah. Dia dengan gigih berlari-lari dari bukit Safa ke bukit Marwa demi mencari air untuk bayinya yang terus menangis.

Jika aku menjadi Ibrahim as, yang meninggalkan anak dan istrinya di padang tandus hanya berdua dan rela menyembelih Ismail, putranya yang sejak lama didambakannya, mungkin aku langsung menghiraukan mimpi itu, aku langsung tidak bisa memaafkan diriku sendiri, mungkin juga aku langsung jatuh sakit, atau bahkan stress dan gila. Tapi cintanya pada Allaah swt jauh lebih besar melebihi cintanya pada wanita dan anak-anak. Ia yakin, Allaah-lah yang akan mengganti semua itu dengan balasan yang sebaik-baiknya.

Jika aku menjadi Ismail as, yang rela disembelih oleh ayahnya atas perintah Allaah swt, mungkin aku menangis memohon-mohon kepada ayahku untuk tidak melakukan itu, mungkin aku akan langsung kabur dari rumah, mungkin aku akan sangat bersedih dan takut karena ayahku sendirilah yang justru akan menyembelih anaknya sendiri. Tapi ketakwaannya pada Allaah swt mengalahkan rasa takut dan sedihnya. Dia bahkan menawarkan diri untuk disembelih jika itu memang perintah Allaah swt.

Maka keimanan, kecintaan, dan ketakwaan merekalah yang menyemai rasa ikhlas. Mereka lebih tahu, bahwa perintah Tuhan merekalah yang terbaik, yang juga membawa kebaikan dan keberkahan. Maka kita lihat, perjuangan Hajar melahirkan peristiwa sa’i ketika berumroh dan berhaji. Keikhlasan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as menciptakan peristiwa berkurban yang sarat akan keikhlasan lillahi ta’ala. Maka yang belum kita pahami adalah bahwa perintah Tuhan kita pasti dan akan selalu membawa kebaikan. Ujian-ujian adalah bukti cinta-Nya yang kelak berbuah indah dan penuh berkah.

Ya Allah, maka sangat jauh bahwa keimanan, kecintaan, dan ketakwaan kami bahkan tak ada seujung kukupun dari keimanan, kecintaan dan ketakwaan mereka.  Bahwa sampai saat ini kami belum mampu memahami arti-arti ujian dan kenikmatan yang diberikan oleh-Mu. Namun semoga kami tak akan pernah kehilangan kepercayaan kepada-Mu. Bahwa Engkau dekat. Penuh kasih sayang. Dan takkan pernah Kau membiarkan hamba-Mu menangis.

#writingproject #writingchallenge #ikatkata #nabilxvie
 
;