Minggu, 02 Desember 2018 0 komentar

December, a Heartbreaking Month?

Love that once hung in the wall
Used to mean something, but now it means nothing
The enchoes are gone in the hall
But i still remember, the pain of December

Bagi saya barisan lirik dari Avril Lavigne pas banget mewakili perasaan di bulan Desember. Saat menulis ini, hujan bulan Desember yang kembali datang. Merintiki tanah yang ditapaki. Mendung hampir tiap sore menenggelamkan senja di kegelapan. Tak berwarna. Di bagian bumi lain, dingin bulan Desember malah akan mengundang aroma kematian ketika itu dibiarkan. Bulan Desember memang identik ya dengan hujan, kelabu, dingin, sendu dan sepi. Pantas sih, mungkin itu yang menjadi alasan banyak lagu bertema Desember yang penuh kenangan, menguras emosi, kesedihan, kesendirian, dan segala luapan kegundahan. Hahaha. Pas juga ada penawarnya karena tanggal 4 Desember diperingati sebagai Hari Memeluk Internasional. PBB paham banget kalau Desember memang kayaknya bulan patah hati bagi sebagian orang. Kalau kamu ada yang meluk nggak?

Kalau bagi saya, nggak perlu ditanya lah ya betapa patah, terluka, dan berdarah-darahnya saya di bulan Desember 2 tahun terakhir. Rasanya stock akhir mata di awal tahun langsung terkuras habis di bulan akhir tahun itu. Tahun lalu, dengan terpaksa saya melipat semua komitmen, rindu, bayang-bayang dan lain-lainnya. Akibat itulah, rasanya saya jadi malas update di sosial media untuk sekedar menulis welcome Desember. Hahaha. Karena ya itu, i still remember the pain of December. Inget banget sakitnya. Ngebayanginnya aja udah capek. Saking sakitnya jadi saya nggak mau nulis-nulis lagi tentang itu..

Tahun ini, saya kembali membuka awal Desember dengan kesedihan. Tepat jam 10 pagi tadi, saya mendapat kabar duka, bahwa salah satu guru terdekat dan terbaik saya berpulang. Kaget banget. Meninggalnya bukan karena sakit atau kecelakaan. Baru pulang dari Bogor untuk upacara HUT PGRI, langsung bersih-bersih badan, istirahat dan tidak bangun lagi. Its really make me sad indeed. Dulu di SMA, saya ini murid pindahan. Bapak guru ini tiba-tiba menyapa saya. Saya belum hafal semua guru di SMA, semenjak saat itu saya pikir memang Bapak guru ini perhatian banget. Terus pas saya mati-matian belajar SBMPTN di Bogor, saya jadi nggak pernah ke sekolah di Pangandaran. Terus saya lulus SBMPTN, Bapak guru ini sms saya dong, he said “Nabil, selamat ya udah diterima di IPB. Bapak dan seluruh guru di SMA bangga sekali sama Nabil. Bapak beli koran tadi pagi dan bapak sampai terharu ketika ada nama Nabil disana.” Saya terharu dan tersentuh banget saat itu. Di tengah kesedihan ini, saya berdoa semoga beliau ditempatkan di tempat yang terbaik di sisiNya.

Desember ini juga, kayaknya menunggu memang sudah menjadi takdir saya. Ketika saya harus menunggu pulang seseorang yang bahkan baru aja kemarin ketemu eh udah berpisah lagi. Huhuhuhu. Semalam baru ketemu padahal, but this morning he was landing in Surabaya. Penantian saya jadi semakin panjang sih hahaha. Tapi yaudahlah mau gimana lagi? Dan duh, duh.. lagu dari band pop-punk, Neck Deep yang berjudul December ini kayaknya pas banget untuk saya; I’m the last thing you’d remember. Its been a long, lonely December. Untungnya saya sibuk skripsian (meski sebagian orang menganggap skripsian bukanlah suatu keuntungan) atau sibuk sama UTS. LOL. Dan untung juga bulan ini banyak liburnya. Yang jauh nun disana, cepet pulaaaaang. I hope, i can see. You’re not just in dreams.

Semoga aja Desember tahun depan lebih baik ya. Entah ada perayaan apa gitu. Saya dapat kerja yang bagus mungkin. Atau naik pangkat? Atau dapat beasiswa S2? Atau nikah dongg? Hahaha. I hope its a late sun in my next December. Because there’s always reason to believe, that next year will be better than the last. Yes, i hope so.



 
;