Minggu, 21 Oktober 2018 0 komentar

When Its Only M & N: #2 Pakuan

M: Dek, rumahmu dari LIPI deket?
N: Deket, sekitar 2 km.
M: Deket yaah.
N: Lumayan. Kalau dari kampus dari mana ke mana?
M: Ya, kira-kira dari kampus ke Pakuan.
N: Ish! 😏
M: Aduh, dek kenapa? Lah, aku kok digebuk? 😙
N: Mana mungkin dari kampus ke Pakuan 2 km lah.
M: Ih, iya, 2 km dari kampus ke Pakuan.
N: Nggak mungkin lah.
M: Kenapa nggak mungkin? Emang segitu estimasinya.
N: Ya, orang dari Dramaga ke Cibinong aja 23.5 km.
M: Ya, 2 km dari kampus ke Pakuan Regency.
N: Ih, ngeseliiiin.
M: Loh, adek kenapa?
N: Ya, adek kira dari kampus ke Unpak.
M: Adeeek! 😒😒😒

Kamis, 18 Oktober 2018 0 komentar

The simplest ways to inspire others

Sambil nungguin unduhan pustaka pendukung skripsi, aku sekalian blog walking. Kalau nggak ke annisast, gracemelia, innnayah, atau bandungdiary. Suka dan betah aja blog walking ke blog-blog ini, mereka ini perempuan-perempuan milenial nan multitalent yang sometimes remember me untuk tetap ngeblog, nulis, atau menyelesaikan skripsi tapi nggak lupa untuk tetap hidup waras dengan menjalankan hobby seperti fotografi, kulineran, painting, dan lain-lain. Empowering woman. Karena simple ways kayak gitu, bisa bikin perempuan-perempuan lain di luar sana berdaya dan produktif.
Sejak menulis blog dari 8 tahun yang lalu (tapi aktifnya baru 5 tahun yang lalu sih), terus resmi jadi penulis novel (meski anak-anak), dan banyak membagikan cerita di facebook, twitter, juga ask.fm (now, instagram), jujur, aku kayak banyak dapat pesan pribadi yang bilang “inspiratif banget” sih. Dan tidak dipungkiri kalau aku senang! :D ya senang saja, karena sharing dan curhatan aku selama ini diapresiasi banyak orang. Dan aku sangat berterima kasih :’)
Meski belum kayak mereka yang pengalamannya udah buanyak banget, mulai dari mengurus anak, suami tapi tetap produktif, belum lagi ada yang kerja jadi jurnalis, menjadi ibu dari seorang anak berkebutuhan khusus, keren banget. Dan aku masih jauh lah dari itu semua.
But, i will get there. Karena bener tuh kata kak annisast, aku kan bukan pendiri GoJek, pemilik Google, atau penerima Nobel yang bisa bikin sesuatu yang gimana gitu buat orang lain. Tapi, siapa tau sharing yang aku tulis di blog bisa bermanfaat ya kaan. Lagian, ketika kita mau menginspirasi nggak harus kok secerdas Einstein atau seinovatif Steve Jobs. Dimulai dari hal kecil, aku kira semua orang waras bisa melakukannya selagi dibiasakan. Gimana caranya?

Be nice.
Ilmu yang aku dapat karena pengalaman pribadi sih. Selain itu, aku menyadari dan merasakan betul kalau perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan juga dari ayat al-quran (Ar-Rahman ayat 60). Dulu, aku tuh suka nggak ngerti sama orang yang dibaikin tapi malah bales dengan kejahatan. Tapi semakin dewasa, kita kan semakin mikir ya. Ya, emang manusia begitu, makanya kalau sudah melakukan kebaikan, yang aku lakukan sekarang agar nggak kecewa ya lower expectations.PR banget buat aku untuk melakukan ini tapi tetap harus be nice. Lagian apa sih untungnya marah-marah? Benar sih kata si Abang, kalau perempuan itu marah-marah lebih banyak nggak mutunya. Dibilang begitu, aku tersinggung dong hahaha. Apalagi kalau dibilang marah marah nggak mutu kita dianggap hiburan buat kaum lelaki. Get it? Nyebelin kan? Daripada maksud hati marah buat narik perhatian nggak sampai, jadi sampai sekarang aku berusaha buat lebih kalem aja sih.
  
Tapi, emang berbuat baik ke semua orang emang nyenengin sih. Bilang terima kasih ke ibu warteg, ke abang gojek, senyum “tulus” kalau ketemu dosen, adik tingkat, OB di kampus. Beneran sehappy itu! Tapi kalau level kamu lebih tinggi, boleh kok dengan sering-sering memberi pujian. Entah itu kepada mbak indomart, mbak yang jualan your tea, penjaga parkir di tempat makan, semuanya dipuji dengan entah warna jilbabnya yang lucu, mukanya yang lebih cerah dan bahagia, terus senyumnya yang berseri-seri.
  
Mendengarkan dengan baik dan merespon dengan antusias.
Setuju kan nggak semua pembicara yang baik bisa jadi pendengar yang baik juga? Sebenernya seni mendengarkan dengan baik penting banget bukan hanya untuk hubungan orang tua dan anak, tapi juga pasangan dan pertemanan. Nggak enak kan kalo punya temen ngobrol yang flat. Ya sebisa mungkin antusias lah.

Oh iyaa? Masaa? Wah baru denger!

Meski nggak mudah sih, apalagi kalau lagi kesel wkwk. Maunya pasti ngedebat mulu. Udah gitu pasti jadinya ngegas padahal hanya masalah yang terkadang sungguh receh. Aku masih belajar sih wkwk. Abisnya suka kesel sama orang yang ngotot. Hehehe. Tapi kalau kayak gitu gimana bisa jadi orang yang mengispirasi kalau nggak usaha untuk diem mah.

Akui kekurangan diri
Benaran ini nggak susah, tapi masalah percaya diri dan gengsi aja sih. Yaudahlah, akuin aja kita juga pernah frustasi, pernah depresi, pernah ngerasain sakitnya ketika jatuh, pernah lebam-lebam. Sekarang ya ngaku aja, nggak punya duit makan di mcd tinggal makan di angkringan. Terus juga terus terang meski proposal udah beres, harus ada harga yang dibayar dengan tangis, atau mungkin dengan bully an orang. Orang tetap appreciate ternyata, ya karena itu semua manusiawi.

Kalem
Nah, kalem. Belajar dari sejak menginjak umur 18 tahun. Lol. Gampang-gampang susah. Kadang so nais kadang bringas. Tapi intinya nggak perlu lah marah marah sekarang, udah capeeek energi abis. Udah nggak ada energi aku tuh buat marah marah. Mending sekarang ngalah aja, kalau enggak nunggu besok buat diobrolin. Kalau malam udah capek, masuk angin, laper. Yowis tinggal tidur.

Sharing
Ini sih yang paling penting. Sharing is caring itu benar banget. Nyatanya aku juga mulai ngerti antara sharing sama pamer karya. Tapi sih yang jadi note disini, pamer karya tidak salah dan sangat diperbolehkan (terserah mau setuju apa enggak ya) wkwk. Kalau pamer makanan atau bepergian, nah kalau aku sih punya batasan dan prinsip membagikan hal-hal seperti ini.
                                             
Just focus on your goal.
Pokoknya ini nih yang jadi pedomanku. Bagiku, orang-orang yang nggak rese dan nggak gampang nyinyirin hidup orang lain itu inspiring banget! Ya udahlah ya, mari fokus ngerjain skripsi, fokus bahagiain orang tua. Intinya fokus ke hidupnya tanpa menyakiti hati orang lain entah sengaja atau tidak sengaja.

Sama aja kaya orang yang kita punya pandangan apapun terus dia juga punya pandangan yang berbeda, its ok to be different, dan santai-santai aja tuh, nggak baper dan tetap berteman sama kita.

Yaudah gitu aja. Wkwk.

So be nice, you never know, whether you try not, you can inspire others, too! (annisast 2018)
Selasa, 16 Oktober 2018 0 komentar

World Mental Health Day: Memerangi Depresi

Dalam rangka memperingati hari kesehatan mental sedunia tanggal 10 Oktober kemarin, boleh ya saya bercerita bagaimana saya menghadapi salah satu masa sulit (dimana masa tersebut sangat mengguncang mental saya) satu tahun yang lalu. Cukup deg-deg an soalnya takut membuka luka lama dan memang belum pernah diceritakan secara terbuka. Tapi semoga bermanfaat karena saya percaya sekali kalau sharing is caring dan juga depression is a real.

Saya menghadapi masa tidak mengenakan satu tahun lalu, dimana in the condition, pengaruhnya sangat signifikan terhadap diri saya dan juga keseharian saya (i was hurt a lot) physically and not physically. Sebenarnya, mental yang tidak sehat itulah yang menjadi sebab utama i was hurt a lot for physically too. Karena jangan salah, ternyata sakit mental itu bisa merembet kemana-mana.

Sebelum menceritakan how i was battling the depression, sedikit saya bercerita, bahwa saya kehilangan seorang teman diskusi yang menemani saya lebih dari satu setengah tahun. Sebelumnya, saya menganggap dirinya adalah my other half saya, karena kami selalu berbagi resah dan gelisah, kami selalu share indeks prestasi kami setiap di akhir semester, berdiskusi tentang teknologi juga politik bahkan agama. And, in fact, i stopped to do these again, saking saya merasa kehilangannya.

Selama kurun waktu 11 bulan, i damn remember that, i lost my weight almost to 10 kg. Wow. How depression made me thiner. Did i love it? No, at all. Because, no deny, i was in sick. Saya tidak diet saat itu. Dan faktanya saya memang sakit. Bagi orang depresi, makan sebergizi apapun, nutrisi tetap tidak mampu diserap sempurna oleh tubuh. Belum lagi insomnia akut. Tapi, alhamdulillah, insya Allah, saya sudah sembuh dari perasaan tidak mengenakan tersebut.

Ini yang saya lakukan ketika mengalaminya:

1. sharing
Cerita kepada orang tua dan teman dekat. I kept my self to closer to my closest persons. Saya selalu bercerita kepada ibu. Karena jujur, ibu saya juga ikut merasakan kesedihan yang luar biasa, jadi kami lebih cocok bercerita satu sama lain (selain menguatkan satu sama lain), lalu kepada teman-teman dekat. Alhamdulillah, semua teman-teman saya luar biasa baiknya! Huhuhu. Saya sering banget hilang dari kost dan nginep di rumah teman-teman saya. Bercerita kepada teman-teman saya juga meminimalisir perasaan bersalah dan kesepian, supaya pikiran saya tidak kemana-mana dan tidak sering melamun.

2. being active and healthy
Awal tahun, i was so often to do jogging. Sekarang malah nggak pernah. Hehehe...saya jadi sering olahraga, juga sambil menyendiri saya sering pergi ke gladiator IPB sore-sore sendiri.

3. do good hobbies
Spend time with people i love, make up, cooking, writing, painting, watching the drakors, hang out, go to salon, and shopping are my self healings. Tapi yang paling menyembuhkan itu bagiku tetap saja menulis. Karena lebih private, saya mulai menulis kembali di buku diary. Wrote. I wrote some poetries. Some letters to my self. Nggak bisa dipungkiri sih, seni dan olahraga memang salah satu penangkal stress dan depresi. Coba gugling sendiri ya, ada kok penjelasan ilmiahnya. Kalau saya lagi nulis, masak, paint, juga dandan, waw.. what an achievement, i can live without handphone as the biggest distraction nowdays. Mungkin juga karena this reasons. Meski kadang-kadang, ketika nulis atau melukis, saya nangis lagi, lagi, lagi. Huhuhu, gagal lagiiiii. Abis sedih banget sih lol T_T

4. me time
Me time perlu banget dong. Hal-hal yang saya lakuin, take breaks to see and introspection what’s wrong. Saya sering sekali merenung, apa yang salah dengan semua ini, kalau seperti ini terus apa akibatnya. Pikiran dan afirmasi tersebut bagus banget untuk membantu hati kita menerima kebenaran, tidak melulu menyalahkan diri sendiri, dan siap menerima kehidupan yang baru. Bisa juga dengan tidur (meski tetap aja sih, saya tidur juga kebangun-kebangun gitu) haha. Dan penting menyadari bahwa; menangis sangat diperbolehkan. Biarlah saya menumpahkan semua air mata saya sampai lega. Juga, tentu saja meminta kekuatan kepada Tuhan (bisa dengan beribadah, membaca kitab suci, dll), satu hal yang penting juga, saya selalu hide dan block akun-akun yang membuat perasaan saya semakin nggak enak. And the last, it’s ok to puk-puk your self :)

5. persective
Sangat banyak orang-orang yang diuji dan ada di posisi down, in the next steps, mereka justru look stronger. Hal ini tidak bisa didapat ketika mereka pesimis dan skeptis terhadap kehidupan. Bagi saya perspektif atau cara seseorang melihat sesuatu juga menjadi senjata dimana kita bisa memerangi depresi, contohnya seperti mengurangi kritik terhadap sendiri, menutup telinga terhadap komentar orang lain, yakin bahwa Tuhan akan mempermudah segala urusan kita, memaafkan dan berdamai dengan diri sendiri, sadar bahwa kita bukan satu-satunya orang yang selalu diuji dan ada di posisi susah, dan meyakini diri sendiri bahwa there’s rainbow after the rain. Afirmasi positif itu sangat penting dalam bertahan di posisi sulit loh, saya sendiri sudah membuktikannya.

Did i seek for professional help?

Jawabannya, yes i did! Bagi saya dengan ngobrol dan curhat kepada psikolog atau psikiater penting banget untuk membantu meyakinkan bahwa ketika saya sedih, itu normal dan make sure bahwa saya mengambil langkah-langkah yang tepat untuk sekarang dan ke depannya. Ketika saya sudah ke psikolog (layanan konsultasi gratis dengan profesional helper di IKK & fortunatelly, saya punya teman SMP yang kuliah jurusan psikolog di UNPAD, juga ada teman ibu), artinya masalah itu sudah sangat mengganggu keberfungsian saya sehari-hari, seperti tidak konsen belajar di kelas, melamun terus, insomnia akut, kehilangan berat badan secara drastis, dan lain-lain.

Psikolog bagi saya berperan seperti membantu meluruskan benang benang kusut di kepala kita untuk benar benar tau apa sebenarnya yang mengganggu, apa inti permasalahannya, dan mereka akan membimbing kita untuk menemukan jalan keluar.

Alhamdulillah, hidup saya berjalan lebih baik. Mungkin karena saya juga memperluas pertemanan saya dan menemukan teman-teman baru, dan (teman diskusi baru)! :) dan ingat ketika kita menemukan orang orang baru, effort to lower our expectations, karena bagaimanapun mereka juga manusia biasa yang sangat memungkinkan (bisa) mengecewakan kita suatu saat. (tapi semoga tidak ya)

On the top of all, of course, jangan lupa untuk selalu berusaha memaafkan dan menerima diri sendiri yah. Dan juga untuk orang-orang yang telah mendampingi diriku di masa-masa sulit (you know who you are, dan saya selalu berdoa semoga kebaikan kalian semua dibalas berkali-kali lipat oleh Allah SWT) terima kasih :’))
Senin, 15 Oktober 2018 0 komentar

When it’s only M & N: #1 Butuh

M: Jadi aku ngechat kalau memang butuh doang.
N: Jangan sering bercanda kayak gitu.
M: Ya, emang bener. Siapa juga yang lagi bercanda. Emang lagi butuh kok.
N: Saling membutuhkan kek. Bodo ah, aku ngambek.
M: Ih, kok ngambek. Ya emang benar kok. Setiap orang datang emang kalo butuh, Dek.
N: Aku nggak gitu kok.
M: Nggak gitu gimana. Gini sih, aku ngechat karena aku butuh ditemenin. Ngechat karena butuh melepas rindu. Bener ga?
N: Itu mah beda lagi.
M: Beda lagi gimana sih? Ibumu nelpon dan menanyakan kabarmu karena butuh ketenangan dalam hidupnya.
N: Ih, kamu mempermainkan aku ya.
M: Jadi setuju dengan pendapatku, bahwa setiap orang datang ketika ada butuhnya?
N: Iya, iya. Setuju.
M: Hahahaha. Ih bete gitu. Masih aja ngeyel *lol*
N: Abang tuh kesannya kaya pengen mempermainkan aku, hahahaha.
M: Hahaha, seperti katamu, merendahkan harga diri?
N: Iya.
M: Loh, emang harga dirimu berapa?
N: Apa abang bilang? Nyebelin banget sih.
M: Ya bener dong. Aku sih nggak pernah menghargai diri kamu.
N: Bodo amat. Aku beneran ngambek.
M: Lah ya iya, aku tidak menghargai kamu. Karena kamu tidak berharga. Bagiku, kamu tak ternilai harganya.

N: ............
Jumat, 05 Oktober 2018 0 komentar

Life Updates

Semakin kesini semakin jarang posting blog ya hahaha. Sibuk? Enggak juga. Memang nggak meluangkan waktu aja. Dulu semasa SMA, saya bisa menulis dimana aja. Di kelas, di kantin, di kost sithot, di rumah sudah pasti. Sekarang kayaknya susah banget. Bahkan nulis buku diary aja udah nggak pernah. Mungkin drama patah hati hebat sudah berhasil terlalui *naon, jadi ya berhenti nulis di buku diary. Dulu kalau sedih dan kecewa berat sama semua orang saya harus nulis, termasuk sama orang tua. Alasannya? Ya karena saya memang harus menulis untuk stress healing. Yang ada di hati harus diungkapkan di buku, yang alay-alay, sedikit disensor kalau mau diupload ke blog. Biar apa? Biar saya nggak stress dong.

Bukan mencari alasan, tapi selain memang tidak meluangkan waktu, rasanya semangat menulis saya juga sudah diserap saripati kehidupan bernama proposalan, memikirkan penelitian yang belum lengkap sebenarnya, menulis skripsi, kelanjutan karir atau study, masalah masa depan, bayar ukt, bayar kost, bayar teteh, atau drama hubungan jarak jauh (yang tentu saja, sedikit cemas banyak rindunya). Padahal seharusnya saya bisa lebih enjoy menyikapi fase-fase kehidupan tersebut. Sayangnya ooooo tidak bisa. Hahaha. Saya tertawa saat menulis ini, tapi sungguh pedih di hati.

Padahal ya gitu, kuliah saya cuma 3 hari. Nggak full juga. Jadi asisten cuma satu kali dalam seminggu dan hanya satu jam empat puluh menit pula. Organisasi mungkin bisa nulis dua berita dalam seminggu, tapi butuh berapa lama sih? Setengah jam juga selesai. Paling cuma rapat-rapat kepanitiaan. Proposalan juga baru selesai, itu juga gara-gara saya dipanas-panasin mulu. Tapi kok kayaknya lelah dan no idea banget untuk nulis.

Satu pembelaan dari saya; blogger dan penulis juga manusia. Sesekali butuh “berhenti”. Untuk mengambil jeda. Dan mungkin masa kuliah di S1 inilah rasanya saya sedang mengambil jeda (meski sangat lama memang). Karena serius ya, memikirkan sesuatu yang belum terjadi itu capek juga. Semua orang tau kayaknya saya orang yang insecure, gampang stress, dan panikan. Saya juga kadang-kadang suka nangis sendiri gara-gara terlalu lelah cuma karena saya panikan berat. Dan, disitu semangat menulis saya benar-benar diserap habis.

Makanya sekarang saya nggak ngoyo, nggak narget lagi. Kadang saya dua hari itu serius banget nulis proposal, kadang dua hari yang akan datang saya sibuk ngoreksi tugas, atau mengambil jeda dengan sketching (yang udah lama banget saya tinggalkan), atau jalan-jalan sama teman atau abang (itu juga kalau dia ada). Begitu seterusnya...

Itu kehidupan saya sebagai seorang penulis ya. Kalau jadi mahasiswa. Saya mah parah banget.

Pernah gara-gara beda metode pengambilan data sama teman saja, terus ditanya, abis itu saya bandingkan, dan saya tiba-tiba sampai merasa insecure. Ujung-ujungnya, saya pengen muntah gara-gara mikir ini bener nggak ya. Dan taraa, jelas beda lah. Dia kan laboratorium research. Sedangkan saya lapang. Nah, saya gitu orangnya. Ya kaya orang-orang panic attack gitu cuma rasa ingin muntah itu ingin muncul ketika saya sudah percaya diri terus tiba-tiba dijatuhin ke bawah.

Untungnya disisi kehidupan lain enggak sih. Kalaupun ada dan terus-terusan tinggal me time terus uninstall instagram aja. Ya paling ngambek-ngambek sedikit kalau lagi pms. Hahaha. Dan nggak selebay dulu dong. Eh tapi tetap aja kalau dikatain melar ngegas, disinggung sedikit nangis dan sedih. Selebihnya enggak kok, i am very very kind. Beda banget kaya 5 tahun yang lalu, dimana kalau itu terjadi, saya bisa marahan sampai seminggu, nomor whatsappnya saya blocked, facebooknya saya unfriend. Hahahaha. Woow, saya sungguh norak dan tidak pengertian sekali ya.

Udah gitu aja sih.

Btw, saya lagi pengin liburan (banget).
 
;