Jumat, 04 Agustus 2017

Bahtera Kapal

Beberapa waktu lalu, saya cemas dan khawatir sekali menunggu nilai mata kuliah kapal perikanan. Saya sama sekali tidak menargetkan nilai mutu A di mata kuliah ini, alasannya sudah tentu karena kapal perikanan merupakan salah satu mata kuliah sulit yang saya hadapi di semester 4.

Sesi UTS, saya melewati perkuliahan dan praktikum mata kuliah ini dengan cukup baik. Materinya lebih kepada perhitungan dan praktikumnya (meski saya tidak begitu pandai memplotkan gambar), saya bersama sahabat baik saya banyak membantu di pengolahan data pembuatan desain kapal, di samping teman saya yang cerdas itu banyak menggambar desain kapal di kertas millimeter blok.

Diawali dengan pengukuran kapal asli dengan ukuran 10 gross ton milik departemen kami di belakang kampus, yang menghabiskan waktu berjam-jam dan membuat saya pulang pukul 23.30. Setelah ini memulai membuat desain kapal. Belum lagi, ketelitian dalam meletakan data asli ketika dibuat dalam desain gambar.

Drama itu dimulai ketika sesi UAS. Saya yang masa-masa itu sedang feeling blue, dipaksa mengikuti perkuliahan materi machine dan electric hanya dengan rentang waktu 4 pertemuan. Buat perempuan seperti saya, materi ini perlu saya perdalam lebih lama dibanding anak laki-laki. Karena tentu saja, saya benar-benar tidak mengerti sama sekali dasarnya. Dilanjut materi praktikum, pembuatan kapal model.

Dosen saya pernah berkata, bahwa pada pembuatan kapal, preparasi dan proses pembuatan kapal sangat menentukan keberhasilan kapal tersebut ketika sedang berlayar. Semuanya perlu dipersiapkan. Desain kapal, material pembuatan kapal, bentuk kasko kapal, serta berbagai kelengkapan lainnya. Tentu kita semua tidak menginginkan kapal itu bocor di tengah jalan, kehilangan keseimbangan, tidak cukup kuat menghadapi gelombang air laut dan badai, dan lain-lain.

Selain memerlukan pemahaman yang lebih dalam, saya menemukan hal menarik ketika mengambil mata kuliah kapal perikanan ini. Hmmm, mata kuliah ini pula yang membuat saya berpikir dan menyadari alangkah betul dan bijaksananya bahwa setiap orang tua mengibaratkan sebuah rumah tangga dengan istilah “Bahtera Kapal”.

Dalam pandangan saya, pengibaratan bahtera kapal sudah tepat sekali. Saya merasa mata kuliah ini mewakili penjelasan mengapa mereka menyebut sebuah perjalanan rumah tangga dengan bahtera kapal. Karena saya merasakan sendiri, betapa dalam mempersiapkan sebuah kapal yang akan berlayar membutuhkan banyak sekali persiapan, yang tentu saja ketika hal ini tidak dilakukan akan sangat membahayakan penumpang kapal yang menaikinya.

Seringkali kita dengar bahwa mengarungi rumah tangga, ibarat kita sedang mengarungi samudera yang luas dan beresiko. Kita tentu tidak ingin rumah tangga kita kelak kehilangan kendali, kehilangan arah, tenggelam atau bahkan karam, tak mampu menghadapi badai kehidupan bukan?

Ketika kita menaiki kapal, kita juga harus memiliki kepercayaan penuh kepada sang nahkoda agar mampu membawa kita ke tempat tujuan. Begitu juga sang nahkoda harus mampu meyakinkan kita sebagai ABK dalam mengarungi samudera yang luas. Tentu sang nahkoda memiliki tanggung jawab yang besar atas penumpangnya. Sang nahkoda tentu tidak mungkin melemparkan ABK nya ketengah lautan ketika menghadapi masalah teknis di tengah lautan. Nahkoda juga tidak mungkin memutar kemudi kembali begitu saja ketika sedang terjadi badai.

Begitupun dengan pernikahan, jelas sekali tidak bijaksana jika kita sedang mengalami masalah, kita justru meninggalkan pasangan kita. Tentu bukan hal yang benar, ketika kita sudah jauh melangkah namun berhenti, menyerah, atau bahkan berbalik arah begitu saja karena suatu masalah.

Baiklah, ketika menuliskan tulisan ini mungkin hanya pada pandangan saya saja. Karena betul seperti kata Mas Kurniawan Gunadi, rasanya kita hanya sebatas tahu tentang suatu hal padahal sama sekali belum tahu sebelum kita mengalaminya sendiri. Mungkin saja, kita hanya melihat fenomena, mendengar cerita orang lain, atau membaca buku-buku pernikahan lalu kita menuliskannya. Membagikannya kepada orang lain. Dan belum merasakannya langsung.

Tapi, bukankah tidak ada yang salah ketika kita melakukan persiapan? Sebelum kapal itu berlayar jauh, sebelum kapal itu terlanjur tenggelam karena kita tidak mengetahui solusi dari masalahnya. Kita semua masih bisa mengusahakannya. Mengusahakannya dengan ilmu, mengusahakannya dengan mencoba percaya dan memberi kesempatan kepada orang lain, mengusahakannya dengan mengurangi ego, mengusahakan dengan mental yang kuat agar tidak menyerah dengan hal-hal kecil. Juga yang terpenting adalah mengusahakannya dengan iman kepada Allah SWT.

Karena kamu sendirilah yang akan menentukan seberapa kuat bahtera kapalmu. Karena kamu sendiri juga yang akan bertanggung jawab menentukan, kemana bahtera kapalmu akan berlayar. Bukan orang lain.

Selamat mempersiapkan bahtera kapalmu. Semoga kamu berlayar bersama orang yang tepat dan kuat dalam mengusahakannya ya :)

0 komentar:

Posting Komentar

 
;