Minggu, 01 November 2015

Cerpen: Rumah


Ada yang membedakan diantara mereka yang sedang ketakutan dengan mereka yang sedang merindu.

Perbedaan itu terletak diantara dimensi waktu.

Bagi mereka yang sedang ketakutan, waktu begitu cepat berlalu. Namun, bagi mereka yang sedang menunggu pertemuan karena merindu, waktu melambat seakan jarum jam berjalan di tempat.

Sehari. Dua hari. Tiga hari. Seminggu. Sebulan. Atau bahkan setahun.

Sampai suatu hari dimana kita terakhir bertemu lalu ku rindu. Ada semacam perasaan sedih lalu ingin berbalik arah mengejarmu. Sampai detik dimana aku menghitung setiap detik dan menghitung setiap langkah kakimu meninggalkan kotaku.

Pandanganku memburam tertutup buliran bening bernama air mata, seakan mengaburkan pandanganku terhadap punggung badanmu yang semakin menjauh.

Aku baru merasakannya. Ternyata betul kata Kurniawan Gunadi,

”Kalau rindu hanya berwujud huruf menjadi kata, maka seseorang itu tidak demikian. Rindu bisa berubah menjadi kesibukan mempersiapkan pertemuan. Di balik kerinduan yang mendalam ternyata rindu itu sendiri telah mengubah pikiran yang tadinya sempit menjadi lebih luas. Mengubah kata menjadi lebih sendu, dan menjadi doa lebih kuat dari biasanya.”

Selamat melanjutkan perjalanan untuk setiap cita dan cinta kita.

Disitu pula harapku,

Semoga aku dan kamu

Suatu saat nanti dapat pulang ke rumah yang sama,

Semoga tak ada lagi rasa rindu yang mengintai di setiap daun pintu.


Semoga suatu hari nanti, kau tak hanya menemukanku sebagai tempat singgah. Namun juga tempat persinggahan terakhir yang sama-sama kita sebut sebagai rumah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;