Kamis, 05 November 2015

Yang Dekat Dengan Ketenangan

Aku lahir, tumbuh dan berkembang bersama sosok wanita pagi yang begitu menyayangiku. Dialah Ibuku. Sampai aku tumbuh menjadi remaja berusia 15 tahun, aku hidup bersama Ibu, sebelum dua setengah tahun kemudian, aku tinggal terpisah dengannya diantara dua kota yang berbeda.

Bagiku, Ibu adalah perempuan yang multi talented. Banyak yang bilang, aku adalah duplikat nyata Ibuku. Wajahnya, cara berjalannya, pemikirannya, dan lain-lain. Tapi aku tidak yakin karena aku tidak semulti talented Ibu. Aku tidak bisa masak, tidak bisa menjahit, dan yang lebih krusial aku tidak bisa sesabar Ibuku.

Aku belajar banyak dari Ibuku. Salah satunya ajaran Ibuku yang paling dahsyat adalah tentang bagaimana mensyukuri hidup yang kujalani sekarang. Ibuku mengajarkan bahwa apa yang Tuhan berikan sekarang adalah apa yang paling kita butuhkan. Dia lebih tahu apa yang kita butuhkan daripada apa yang kita inginkan. Benar. Dan sekarang aku menyadari bahwa hidup yang sedang kujalani dan apa-apa yang Allah berikan kepadaku adalah sebaik-baik hal yang kudapatkan.

Bagi Ibuku, yang terpenting adalah hidup tenang. Ketika kita senantiasa dekat dengan Tuhan dan menyerahkan semua urusan selepas ikhtiar yang sudah dilakukan. Aku terpaku ketika Ibuku berkata;

“Bukankah hidup dengan ketenangan itu dekat sekali dengan kebahagian?”

0 komentar:

Posting Komentar

 
;