Selasa, 16 Oktober 2018

World Mental Health Day: Memerangi Depresi

Dalam rangka memperingati hari kesehatan mental sedunia tanggal 10 Oktober kemarin, boleh ya saya bercerita bagaimana saya menghadapi salah satu masa sulit (dimana masa tersebut sangat mengguncang mental saya) satu tahun yang lalu. Cukup deg-deg an soalnya takut membuka luka lama dan memang belum pernah diceritakan secara terbuka. Tapi semoga bermanfaat karena saya percaya sekali kalau sharing is caring dan juga depression is a real.

Saya menghadapi masa tidak mengenakan satu tahun lalu, dimana in the condition, pengaruhnya sangat signifikan terhadap diri saya dan juga keseharian saya (i was hurt a lot) physically and not physically. Sebenarnya, mental yang tidak sehat itulah yang menjadi sebab utama i was hurt a lot for physically too. Karena jangan salah, ternyata sakit mental itu bisa merembet kemana-mana.

Sebelum menceritakan how i was battling the depression, sedikit saya bercerita, bahwa saya kehilangan seorang teman diskusi yang menemani saya lebih dari satu setengah tahun. Sebelumnya, saya menganggap dirinya adalah my other half saya, karena kami selalu berbagi resah dan gelisah, kami selalu share indeks prestasi kami setiap di akhir semester, berdiskusi tentang teknologi juga politik bahkan agama. And, in fact, i stopped to do these again, saking saya merasa kehilangannya.

Selama kurun waktu 11 bulan, i damn remember that, i lost my weight almost to 10 kg. Wow. How depression made me thiner. Did i love it? No, at all. Because, no deny, i was in sick. Saya tidak diet saat itu. Dan faktanya saya memang sakit. Bagi orang depresi, makan sebergizi apapun, nutrisi tetap tidak mampu diserap sempurna oleh tubuh. Belum lagi insomnia akut. Tapi, alhamdulillah, insya Allah, saya sudah sembuh dari perasaan tidak mengenakan tersebut.

Ini yang saya lakukan ketika mengalaminya:

1. sharing
Cerita kepada orang tua dan teman dekat. I kept my self to closer to my closest persons. Saya selalu bercerita kepada ibu. Karena jujur, ibu saya juga ikut merasakan kesedihan yang luar biasa, jadi kami lebih cocok bercerita satu sama lain (selain menguatkan satu sama lain), lalu kepada teman-teman dekat. Alhamdulillah, semua teman-teman saya luar biasa baiknya! Huhuhu. Saya sering banget hilang dari kost dan nginep di rumah teman-teman saya. Bercerita kepada teman-teman saya juga meminimalisir perasaan bersalah dan kesepian, supaya pikiran saya tidak kemana-mana dan tidak sering melamun.

2. being active and healthy
Awal tahun, i was so often to do jogging. Sekarang malah nggak pernah. Hehehe...saya jadi sering olahraga, juga sambil menyendiri saya sering pergi ke gladiator IPB sore-sore sendiri.

3. do good hobbies
Spend time with people i love, make up, cooking, writing, painting, watching the drakors, hang out, go to salon, and shopping are my self healings. Tapi yang paling menyembuhkan itu bagiku tetap saja menulis. Karena lebih private, saya mulai menulis kembali di buku diary. Wrote. I wrote some poetries. Some letters to my self. Nggak bisa dipungkiri sih, seni dan olahraga memang salah satu penangkal stress dan depresi. Coba gugling sendiri ya, ada kok penjelasan ilmiahnya. Kalau saya lagi nulis, masak, paint, juga dandan, waw.. what an achievement, i can live without handphone as the biggest distraction nowdays. Mungkin juga karena this reasons. Meski kadang-kadang, ketika nulis atau melukis, saya nangis lagi, lagi, lagi. Huhuhu, gagal lagiiiii. Abis sedih banget sih lol T_T

4. me time
Me time perlu banget dong. Hal-hal yang saya lakuin, take breaks to see and introspection what’s wrong. Saya sering sekali merenung, apa yang salah dengan semua ini, kalau seperti ini terus apa akibatnya. Pikiran dan afirmasi tersebut bagus banget untuk membantu hati kita menerima kebenaran, tidak melulu menyalahkan diri sendiri, dan siap menerima kehidupan yang baru. Bisa juga dengan tidur (meski tetap aja sih, saya tidur juga kebangun-kebangun gitu) haha. Dan penting menyadari bahwa; menangis sangat diperbolehkan. Biarlah saya menumpahkan semua air mata saya sampai lega. Juga, tentu saja meminta kekuatan kepada Tuhan (bisa dengan beribadah, membaca kitab suci, dll), satu hal yang penting juga, saya selalu hide dan block akun-akun yang membuat perasaan saya semakin nggak enak. And the last, it’s ok to puk-puk your self :)

5. persective
Sangat banyak orang-orang yang diuji dan ada di posisi down, in the next steps, mereka justru look stronger. Hal ini tidak bisa didapat ketika mereka pesimis dan skeptis terhadap kehidupan. Bagi saya perspektif atau cara seseorang melihat sesuatu juga menjadi senjata dimana kita bisa memerangi depresi, contohnya seperti mengurangi kritik terhadap sendiri, menutup telinga terhadap komentar orang lain, yakin bahwa Tuhan akan mempermudah segala urusan kita, memaafkan dan berdamai dengan diri sendiri, sadar bahwa kita bukan satu-satunya orang yang selalu diuji dan ada di posisi susah, dan meyakini diri sendiri bahwa there’s rainbow after the rain. Afirmasi positif itu sangat penting dalam bertahan di posisi sulit loh, saya sendiri sudah membuktikannya.

Did i seek for professional help?

Jawabannya, yes i did! Bagi saya dengan ngobrol dan curhat kepada psikolog atau psikiater penting banget untuk membantu meyakinkan bahwa ketika saya sedih, itu normal dan make sure bahwa saya mengambil langkah-langkah yang tepat untuk sekarang dan ke depannya. Ketika saya sudah ke psikolog (layanan konsultasi gratis dengan profesional helper di IKK & fortunatelly, saya punya teman SMP yang kuliah jurusan psikolog di UNPAD, juga ada teman ibu), artinya masalah itu sudah sangat mengganggu keberfungsian saya sehari-hari, seperti tidak konsen belajar di kelas, melamun terus, insomnia akut, kehilangan berat badan secara drastis, dan lain-lain.

Psikolog bagi saya berperan seperti membantu meluruskan benang benang kusut di kepala kita untuk benar benar tau apa sebenarnya yang mengganggu, apa inti permasalahannya, dan mereka akan membimbing kita untuk menemukan jalan keluar.

Alhamdulillah, hidup saya berjalan lebih baik. Mungkin karena saya juga memperluas pertemanan saya dan menemukan teman-teman baru, dan (teman diskusi baru)! :) dan ingat ketika kita menemukan orang orang baru, effort to lower our expectations, karena bagaimanapun mereka juga manusia biasa yang sangat memungkinkan (bisa) mengecewakan kita suatu saat. (tapi semoga tidak ya)

On the top of all, of course, jangan lupa untuk selalu berusaha memaafkan dan menerima diri sendiri yah. Dan juga untuk orang-orang yang telah mendampingi diriku di masa-masa sulit (you know who you are, dan saya selalu berdoa semoga kebaikan kalian semua dibalas berkali-kali lipat oleh Allah SWT) terima kasih :’))

0 komentar:

Posting Komentar

 
;