Rabu, 06 Desember 2017

Perempuan-Perempuan Yang Bersyukur

Aku dan adikku dibesarkan dalam  didikan keluarga yang memiliki pemahaman yang baik tentang harta. Hal ini dikarenakan keluarga kami pernah sama-sama ada dalam keadaan sulit, juga pernah ada dalam keadaan yang sangat berkecukupan. Meski seringkali lalai, tapi aku terbiasa tidak berlebihan dalam menggunakan uang meskipun sebenarnya ibu atau ayahku dulu memiliki uang banyak. Begitupun ketika sedang susah, baik aku (ataupun) adikku, sudah terbiasa tidak banyak mengeluh, juga tidak terbiasa meminta kepada orang lain meskipun kami sedang membutuhkannya.

Sejak kecil ibu mendidikku untuk tetap berdiri tegak meskipun kami sedang kekurangan. Sejak kecil ibu mendidikku bahwa rezeki tidak selalu berupa uang. Dan sejak kecil ibuku mengajarkan bahwa kami haruslah tetap menjaga kehormatan. Bukan bermaksud untuk riya ataupun sombong, tapi Ibu mengajarkanku disiplin menunaikan solat dhuha sejak SMP. Dan sampai sekarang, jika tak melaksanakan solat dhuha entah karena apapun alasannya, aku selalu memiliki rasa kehilangan akan itu. Selama ini solat dhuha identik dengan solat untuk memperlancar rezeki, namun saat ini aku memiliki pemahaman yang lebih baik yang diturunkan oleh ibuku, bahwa setiap rezeki yang didatangkan oleh Allah tidak melulu soal harta atau uang. Aku mengerti betul bahwa kesehatan, keluarga yang utuh, sahabat yang baik dan pengertian, kesempatan menuntut ilmu, kesempatan untuk berbagi ilmu, kesempatan untuk khusyuk beribadah, rasa sabar dan ikhlas yang besar adalah rezeki-rezeki lain yang Allah berikan untukku.

Ibu berkata kepadaku bahwa harta adalah salah satu hal yang membuat kita bahagia, namun ibu pula yang mengajarkanku bahwa harta bukanlah satu-satunya. Karena masih banyak hal yang bisa membuat kita lebih bahagia. Ibu juga mengajarkanku bahwa harta tidaklah dibawa mati, maka ibuku hanya ingin mewariskan ilmu dan agama untuk anak-anaknya. Tidak baik menggenggam harta terlalu erat. Kita tahu, bahwa tak ada sepeserpun harta yang dibawa mati. Menggenggam harta begitu erat dapat mencederai pemahaman yang baik tentangnya.

Banyak orang mati-matian bekerja untuk mendapatkan harta yang banyak, meski jalannya curang sekalipun. Hartalah yang mampu mengubah orang baik menjadi sebaliknya. Menjadi orang yang boros, kikir, tamak, dan lain lain. Di tangan harta lah, manusia bisa menjadi 2 sisi uang yang berlawanan, menjadi kikir atau menjadi derma.

Bagiku, membahas masalah harta begitu sensitif. Terlebih bagi wanita yang identik dengan perumpamaan realistis” atau lebih dikenal dengan kata matre. Meski kita akui, bahwa sifat realistis ini membantu laki-laki untuk termotivasi menjadi laki-laki yang mapan, sukses dan bekerja keras, namun menjaga sifat realistis yang tetap pada koridornya juga memerlukan usaha yang besar.

Ibu selalu berkata kepadaku untuk berhati-hati ketika memilih calon suami nanti, terutama untuk urusan harta. Darimana di dapatnya, apa yang dikerjakan, dan lain-lain. Hal ini semata-mata untuk menjagaku agar tak sedikitpun merugikan orang lain. Maka dari itu, ibuku melarang keras diriku mempunyai suami dengan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Ibu juga selalu mencontohkan para pejabat yang korupsi bukanlah semata-mata karena keinginannya, namun bisa jadi karena dorongan isteri yang memiliki gaya hidup tinggi, menuntut ini itu. Perempuan harus pandai-pandai mengelola syukur dalam hatinya, sebab di tangan perempuanlah harta laki-laki akan ditentukan kemana akan keluar, kemana akan dibelanjakan, kemana akan diberikan dan lain-lain.

Mari menjadi perempuan-perempuan bahagia yang senantiasa bersyukur dengan rezeki-rezeki yang diberikan olehNya, sekecil apapun itu. Semoga Allaah mampukan aku dan kamu :)

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari Muslim)


0 komentar:

Posting Komentar

 
;