Jumat, 05 Oktober 2018

Life Updates

Semakin kesini semakin jarang posting blog ya hahaha. Sibuk? Enggak juga. Memang nggak meluangkan waktu aja. Dulu semasa SMA, saya bisa menulis dimana aja. Di kelas, di kantin, di kost sithot, di rumah sudah pasti. Sekarang kayaknya susah banget. Bahkan nulis buku diary aja udah nggak pernah. Mungkin drama patah hati hebat sudah berhasil terlalui *naon, jadi ya berhenti nulis di buku diary. Dulu kalau sedih dan kecewa berat sama semua orang saya harus nulis, termasuk sama orang tua. Alasannya? Ya karena saya memang harus menulis untuk stress healing. Yang ada di hati harus diungkapkan di buku, yang alay-alay, sedikit disensor kalau mau diupload ke blog. Biar apa? Biar saya nggak stress dong.

Bukan mencari alasan, tapi selain memang tidak meluangkan waktu, rasanya semangat menulis saya juga sudah diserap saripati kehidupan bernama proposalan, memikirkan penelitian yang belum lengkap sebenarnya, menulis skripsi, kelanjutan karir atau study, masalah masa depan, bayar ukt, bayar kost, bayar teteh, atau drama hubungan jarak jauh (yang tentu saja, sedikit cemas banyak rindunya). Padahal seharusnya saya bisa lebih enjoy menyikapi fase-fase kehidupan tersebut. Sayangnya ooooo tidak bisa. Hahaha. Saya tertawa saat menulis ini, tapi sungguh pedih di hati.

Padahal ya gitu, kuliah saya cuma 3 hari. Nggak full juga. Jadi asisten cuma satu kali dalam seminggu dan hanya satu jam empat puluh menit pula. Organisasi mungkin bisa nulis dua berita dalam seminggu, tapi butuh berapa lama sih? Setengah jam juga selesai. Paling cuma rapat-rapat kepanitiaan. Proposalan juga baru selesai, itu juga gara-gara saya dipanas-panasin mulu. Tapi kok kayaknya lelah dan no idea banget untuk nulis.

Satu pembelaan dari saya; blogger dan penulis juga manusia. Sesekali butuh “berhenti”. Untuk mengambil jeda. Dan mungkin masa kuliah di S1 inilah rasanya saya sedang mengambil jeda (meski sangat lama memang). Karena serius ya, memikirkan sesuatu yang belum terjadi itu capek juga. Semua orang tau kayaknya saya orang yang insecure, gampang stress, dan panikan. Saya juga kadang-kadang suka nangis sendiri gara-gara terlalu lelah cuma karena saya panikan berat. Dan, disitu semangat menulis saya benar-benar diserap habis.

Makanya sekarang saya nggak ngoyo, nggak narget lagi. Kadang saya dua hari itu serius banget nulis proposal, kadang dua hari yang akan datang saya sibuk ngoreksi tugas, atau mengambil jeda dengan sketching (yang udah lama banget saya tinggalkan), atau jalan-jalan sama teman atau abang (itu juga kalau dia ada). Begitu seterusnya...

Itu kehidupan saya sebagai seorang penulis ya. Kalau jadi mahasiswa. Saya mah parah banget.

Pernah gara-gara beda metode pengambilan data sama teman saja, terus ditanya, abis itu saya bandingkan, dan saya tiba-tiba sampai merasa insecure. Ujung-ujungnya, saya pengen muntah gara-gara mikir ini bener nggak ya. Dan taraa, jelas beda lah. Dia kan laboratorium research. Sedangkan saya lapang. Nah, saya gitu orangnya. Ya kaya orang-orang panic attack gitu cuma rasa ingin muntah itu ingin muncul ketika saya sudah percaya diri terus tiba-tiba dijatuhin ke bawah.

Untungnya disisi kehidupan lain enggak sih. Kalaupun ada dan terus-terusan tinggal me time terus uninstall instagram aja. Ya paling ngambek-ngambek sedikit kalau lagi pms. Hahaha. Dan nggak selebay dulu dong. Eh tapi tetap aja kalau dikatain melar ngegas, disinggung sedikit nangis dan sedih. Selebihnya enggak kok, i am very very kind. Beda banget kaya 5 tahun yang lalu, dimana kalau itu terjadi, saya bisa marahan sampai seminggu, nomor whatsappnya saya blocked, facebooknya saya unfriend. Hahahaha. Woow, saya sungguh norak dan tidak pengertian sekali ya.

Udah gitu aja sih.

Btw, saya lagi pengin liburan (banget).

0 komentar:

Posting Komentar

 
;