Kamis, 21 Mei 2015

Terhitung Hari Ini


Menekuri tulisan Kurniawan Gunadi di blognya .

"Bagaimana Jika

Bagaimana jika–

Takdirmu hadir dalam hidupmu saat kau sedang jatuh cinta pada seseorang lain?
Saat kau telah memiliki segudang rencana untuk hidup bersama orang yang kau cintai?
Atau sekadar, saat kau sedang mati-matian membuat dirimu–menarik dan mengambil perhatian seorang itu?

Kau tahu, Tuhan tidak pernah bermain dadu.

Maukah kau memperjuangkan orang yang kau cintai–dengan mengikhlaskannya? Meninggalkan dan siap ditinggalkan pada saat yang sama.
Maukah kau memperjuangkan takdirmu–dengan menerima kehadirannya? Apa adanya dan tanpa sisa untuk yang lain.
Maukah kau berjuang?
©prawitamutia"
http://kurniawangunadi.tumblr.com/post/119408271567/bagaimana-jika

Kali ini, Kak Gun kembali. Ya, dia kembali menusuk hatiku lagi.
Meski Kak Gun hanya me-reblogged tulisan diatas. Dia selalu saja tahu, seluk beluk hatiku. seluk beluk semua rahasia perempuan.

Bagaimana jika aku harus belajar mencintai orang yang tidak kucintai saat aku belajar mencintai orang yang tak tahu (dirinya) sedang aku cintai.
Apa yang disebutkan Kak Gun adalah rahasia yang bernama dilema. biasanya perempuan suka menyimpan rapat rahasianya. Meski hati bagai sekam.
Tapi menjaga rahasia sama sulitnya seperti menjaga cinta. Dan ketika Kak Gun menuliskan ini semua, tak sangguplah aku menahan untuk menuliskannya.

Oh cinta...
Haruskah aku mencintai dia?
Bagaimana dengan rasa yang selalu menyesakkan dada?
Bagaimana dengan rindu yang (hanya) kutulis saja dalam buku?
Pun yang selalu kudendangkan tiap perjumpaanku dengan Tuhan.

Apakah menjadi perempuan tak selalu punya pilihan?
Apakah hanya satu pilihan?
Hanya belajar mencintai?
Belajar mencintai dia yang tak tahu (dirinya) sedang dicintai.
atau belajar mencintai takdir disaat kita sedang mencintai?

Benar. Tuhan memang tak pernah memainkan buah dadu. Dia Maha Tau.
Kalau hanya mengikhlaskanmu disebut sebagai cara untuk berjuang atas nama cinta.
Kalau memang aku harus berjuang menerima takdir untuk menerimanya, apa adanya dan tanpa sisa untuk orang lain (termasuk dirimu)

Baiklah cinta, terhitung hari ini. Ya. terhitung hari ini.
Aku akan belajar untuk berjuang mengikhlaskanmu.

Terhitung hari ini..
Akan akan belajar menerimanya, apa adanya, dan tanpa sisa untuk orang lain.

Terhitung hari ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;