Rabu, 26 Agustus 2015

You could call it an apologize letter.

Hallo!

(Eh, hallo hallo? Kok nggak ada yang jawab?) :(

Aduh, masih pada ngarambek ya?

Hmmm, ya sudah.. biar aku bercerita sekaligus meminta maaf kepada para pembaca (kalau ada) dan orang-orang yang menunggu kepastian laporan dan juga Dia. Dia siapa? Tentu saja Tuhanku, Allah SWT.

Pertama aku ingin bercerita kalau sebenarnya aku sudah pulang dari asrama sejak sabtu kemarin. Setelah meminta izin kepada 3 SR (senior resident) yang awalnya jujur banget aku takut prosesnya bakalan ribet, karena setelah ospek kampus atau MPKMB IPB ada banyak sekali acara asrama dan pasti bakalan susah minta izin pulang. But, eventually… aku bisa keluar dari asrama juga ahahaha :D (eh, aku nggak kabur ya. Sumpah aku ini izin langsung ke 3 orang SR, loh!)

Dengan memakai alasan sakit (karena sungguh, aku sering ngerasa merindukan kasih sayang meriang dan kadang diserang demam tinggi terus turun, terus demam lagi terus turun lagi, dan begitu seterusnya) sampai-sampai aku ngerasa sedikit sedih karena nggak bisa ikut rangkaian acara ospek kampusku full dari awal. Bayangin aja, nggak sampai di lapangan Andi Hakim Nasution buat upacara HUT RI KE 70 dan pembukaan MPKMB 52 IPB, aku harus dibawa pake motor terus siangnya harus dibawa ke poliklinik IPB padahal aku baru tinggal disana selama seminggu. aku harus ada di BPA (Badan Pengawas Asrama) karena pas expo dan tour fakultas di FPIK aku demam tinggi lagi. Hari kelimanya aku cuma nonton di tribun ngeliat mereka-mereka anak canus bikin formasi, perang jargon antar cakra, dengerin Bapak Rektor nyanyi lagu baik-baik sayang :'D

Sebelum ospek dan beberapa malam setelahnya…

Aku kadang tidur pukul setengah dua pagi bangun jam 3 pagi. Capek? Sudah pasti… tapi enggak tau kenapa, aku nggak dormsick sama sekali. Aku senang luar biasa..

Seminggu sebelum ospek, aku juga ikutan sibuk. Kalau anak-anak jalur undangan sibuk prepare buat UAS sama bikin Icon cakra dan radius mereka. Aku dan anak-anak jalur tulis lainnya sibuk ngelengkapin buku tugas, bikin essay, nunggu kita di kelompok berapa, minta tanda tangan, bolak balik Bara & Student Center, registrasi ulang, sampai bikin ATM di bank center kampus kami.

Emang sih menurutku gak se ribet ospek pas SMA, tapi kalo disini tuh, time problem yang jadi kendala. Kadang ada acara gathering radius yang ngedadak dan gak pasti dikabarinnya. Pernah nih, aku off line seharian gara gara sakit, eh tau-taunya ada kumpul radius, itu teh suruh bikin atribut buat pawai sama minta tanda tangan radian, median, dan yang paling parahnya minta tanda tangan komisi disiplin :''

Aku panik dong. Yang minta bareng-bareng aja ngeri gitu, apalagi aku minta sendirian. Ya, bisikan-bisikan syetan terkutuk bilang “Udah bil, di bajak aja tanda tangan komdisnya.” Tapi sumpah aku ngeri banget. Udah gitu nggak pantes aja, aduuh aku kan mahasiswi :'' yaudah deh, dengan ketakutan yang dipaksa jadi berani, aku personal messages para komdisnya untuk minta tanda tangan dengan memaparkan alasan dan minta waktu ketemuan dengan si kakak mau kapan dan dimana terserah kakaknya :')

-

YA ALLAH! (Ya iyalah, dodol bangeeet, Bil!)

Dengan sms yang super sopan (menurutku) ahaha :D aku berekspektasi supaya dibalas pesannya. Tapi, aku seperti punguk yang merindukan bulan.

Sms-ku diabaikan *nangis guling guling*

Pengalaman yang menyenangkan, membahagiakan, merasakan pengalaman baru harus makan jalan dulu ke kantin, bertemu teman dari Sabang sampai Merauke, mandi ngantri, nyuci berjamaah, ngobrol sama orang yang baru kenal padahal itu cuma di kantin pas lagi makan berhadapan tempat duduk, sampai ikut seminar dan talkshow disela-sela hari-hari ospek yang  salah satu pembicaranya itu adalah bapak mantan menteri perdagangan dan menteri pertanian, AND ACTUALLY! asdfghjklzxcvbnmm bapak itu adalah dosen aku di IPB!

Aku sempat berpikir “Nabila Dinantiar Adelianoor, how lucky you are, It’s just aweeee moments ever. Don’t don’t don’t waste these gold chances.” :'' upsss aku mau nangis lah ya, aku selalu merinding, setiap nyanyiin lagu hymne ipb, atau dengerin kuliah umum dari dosen gitu :'' hiks hiks, masih nggak nyangka bisa ada di TOP 10 UNIVERSITY aaaaaaaah, mengingat perjuangan aku masuk sini loh… Ughhh, penuh peluh, doa, dan hujan yang berlarut-larut di mata. Ehm.

Well. Jadi meskipun itu capek, aku sangat senang luar biasa! Hahaha.

Ketika sekarang aku sudah tidak memikirkan lagi tentang ospek dan tugas-tugasnya. Dan juga, menemukan teman-teman yang mulai satu visi untuk serius kuliah nanti dan ternyata punya bakat nge-jomblo bareng rajin bebenah kamar juga :D

Tapi, ada satu hal yang membuatku “kepikiran”. Ketika jujur saja, aku di sms dengan nada yang cenderung memperingatkan-ku supaya ketika aku punya sesuatu yang baru, aku tidak melupakan komitmen, tugas, dan kewajiban, yang dari dulu telah menjadi amanah untukku.

Kadang antara kewajiban dan kondisi memang harus ada yang perlu dikorbankan. Ketika kondisi mendesak, kita juga harus ingat adanya kewajiban yang meminta haknya untuk dikerjakan. One day one juz atau tahajud yang sering terlambat laporan atau bahkan tidak kujalankan karena tubuhku sudah kelelahan dengan urusan dunia.

Begitupun dengan ke-konsistensianku dalam menulis. Tulisan panjang ini sengaja aku tujukan untuk memperingatkan diriku sendiri untuk tidak rebahan terus menerus dan kembali melalaikan tugas dan komitmenku. Padahal ya gitu, kalau di rumah mau-nya bobo terus sampai berhiatus lama sekali. Huhuhu :'' sebel banget kan, tau itu ga produktif, tapi angger we mager alias males gerak dan kembali ke kasur lagi :''

Sekaligus merupakan peringatan keras. Bahwa untuk tetap hidup dengan yang baru tak harus meninggalkan yang sudah menjadi komitmen kita. Se-urgent apapun kondisi kita. Setidaknya kita harus mempunyai respon yang baik. Tidak bersikap acuh. Aku harus bisa dan mampu mengatasinya.

Karena aku pernah menulis “keep writing about anything” disini dan disini aku tidak ingin mengingkarinya. Dan juga, aku telah berkomitmen kepada Allah, bukan. Bukan untuk meluangkan waktu untukNya. Tapi sengaja memberikan waktu untukNya.

Seperti kata Sri Izzati:

“to be productive is to be consistent, to write productively is to write consistently, and we can always write about anything. So this is me writing about anything, and this one happens to be an excuse letter for my unproductive days.”

Dan ya, keep writing about anything. Termasuk menulis surat peringatan untuk diri kita sendiri.

Mari menguatkan niat untuk tetap berkomitmen dengan tulisan, tugas, dan kewajiban!

Doakan semoga dikuatkan setiap langkahnya :'')


0 komentar:

Posting Komentar

 
;