Senin, 25 Agustus 2014

Mengapa Aku Memilih Pesantren dan Mesir Untuk Melanjutkan Mimpiku?

Bumi Mesir Impianku

Sebagian teman-teman SMP ku menganggap aneh. Setelah hijab ini melekat di kepala, bukan hanya penampilanku yang berubah. Tapi mimpiku pun ikut berubah.
Siapa sangka, aku yang setiap tahun dianggap terlalu ambisius meraih juara pertama di kelas lebih memilih pesantren sebagai pendidikanku selanjutnya.
Tapi aku tidak terlalu mengambil pusing.
Hati dan otakku sudah benar-benar dipukul oleh kenyataan bahwa anak-anak pesantren bukan hanya mementingkan IQ, tapi EQ dan SQ mereka juga perlu dibina sehingga stabil. Aku tidak mengatakan SMA buruk. Bukan seperti itu.
Perkenalan dengan Kak Greeny De Amora betul-betul membuka cakrawala dunia baru. Dunia pesantren yang sejak dulu tak ingin kulirik apalagi masuk kesana.
Semangat hidupku kembali menyala ketika aku ingin kesana. Bahkan ada guruku yang berbeda keyakinan yang betul-betul mendukung 100%. Aku begitu terharu. Aku semakin yakin untuk melanjutkan mimpi-mimpiku disana. Di lingkungan pesantre yang lebih kondusif dengan diriku yang sekarang sedang meniti jalanNya setelah berjilbab.
Aku merasa akan mendapatkan teman-teman yang banyak dan memiliki satu visi dan misi denganku. Aku begitu bahagia ketika aku sadar, sholat tahajud dan sholat dhuhaku tak sendiri lagi.
Melalui pesantren pula, aku tidak hanya bermimpi di Indonesia.
Lebih tertantangnya aku untuk berkuliah di Universitas Al-Azhar Mesir. Universitas tertua di dunia itu. Aku merasa ketika aku memutuskan untuk masuk pesantren. Bumi mesir itu semakin mudah kugapai.
Negeri Kinanah yang telah menghasilkan ilmuan-ilmuan Mesir laksana panah yang siap menjadi pendakwah di negaranya masing-masing sepulang dari Al-Azhar sana.
Aku membayangkan bisa bersekolah di Kuliyyat Bannat, bisa naik bus 80 coret, bisa menikmati liburan dengan suasana romantis Alexandria. Semua telah melekat bahkan ketika aku masih duduk di kelas 9 ini.
Literatur-literatur yang kubaca semakin menambah kecintaanku dan menaikkan motivasi untuk sekolah disana, di mother of the world.
Semoga saja Tuhan senantiasa mengabulkan dan memberiku kesempatan untuk menggapai semua mimpi-mimpiku.
Selain karena alasan di atas, keputusanku untuk memilih pesantren dan Mesir karena aku ingin menjadi qurrata ‘ayun untuk ibu dan ayah. Yang bukan hanya cerdas dalam pengetahuan dunia, tetapi mampu menjadi cahaya agama di zaman yang semakin gila, mampu menjadi cahaya ketika kegelapan kembali memeluk erat jiwa. Insyaa Allah…

Depok, 18 September 2011

0 komentar:

Posting Komentar

 
;