Kamis, 28 Agustus 2014

Artikel Bahasa Indonesia: Orang Tua Masa Kini



Ibuku. Dia adalah cinta. Dia adalah dunia.

Seorang remaja dengan bebasnya menenggak minuman keras di sisi jalan yang telah gelap. Tidak peduli berapa banyak jenis minuman yang sengaja dioplos oleh pengedarnya. Sesekali, dia mengepulkan asap rokok yang dibuat berbentuk bulat sempurna. Seperti berkata bahwa dengan seperti itulah dia bisa mencapai nirwana. Ketidak pedulian orang tua yang membuat dada semakin terisi sesak. Tidak peduli! Dia ingin lupa! Hanya itu yang dapat mengerti perasaan hati meski berpuluh-puluh nikotin menyerbu paru-paru dan memaksa organ tubuh menerimanya.
Bukan karena dia tidak paham akan dampak yang ditimbulkan. Bahkan, dunia seakan tidak mau memeluknya. Dalam hati terdalam si remaja, dia berkata “Mengapa dia harus terlahir dari seorang yang lebih tua tapi tak bermaksud merawatnya?” bukankah Tuhan pernah berkata, anak itu amanah yang harus dijaga dan dididik dengan penuh cinta?
Apakah ini kesalahan orang tua? Tentu tidak sepenuhnya! Belajar menjadikan anak dengan mental dan karakter baik yang tertanam sejak dini bisa mencegah hal-hal buruk terjadi kepada remaja, yang seperti John Green katakan, “We love stories about teenagers..”
Mungkin bagi orang tua yang mau berusaha, mereka pasti akan bertanya “Adakah salon khusus untuk mengubah diri menjadi orang tua yang baik? Orang tua yang menyenangkan bagi setiap anak terutama ketika mulai beranjak dewasa? Orang tua yang mampu menggaulkan diri mereka dengan anak remajanya?
Masalahnya, orang tua bukan hanya sering tidak ada waktu, tetapi selalu menganggap bahwa anak remaja mereka “baik-baik saja”. Padahal bisa saja terjadi, mungkin sebelum orang tua pulang ke rumah, si anak sedang menangis sendirian karena merasa homesick? Atau pagi-pagi menjelang berangkat ke sekolah, ketika seragamnya belum disetrika sedangkan dia sendiri kebetulan terlambat dan tidak menemukan orang tua yang membantu menyetrika bajunya?
Si anak pasti akan merasa asing dan tidak diperdulikan oleh orang tuanya. Dia akan beranggapan bahwa dia menjadi anak tiri dan kesibukan orang tua sebagai anak kandung orang tuanya yang selalu orang tua prioritaskan lebih dari manusia yang menjadi darah dagingnya sendiri.
Menurut fenomena disekitar, ketika seorang  remaja tumbuh normal, kebiasaan “ngintil” kemana-mana alias menggandeng tangan si ibu atau ayah tidak lagi dilakukan. Kenapa? Karena ego remaja yang tinggi dan ingin dilihat keren dan “inilah gue” oleh teman-temannya. Tidak ingin dipanggil manja dan anak mami sehingga kebiasaan-kebiasaan masa kecilnya sedikit demi sedikit terkikis habis di masa remajanya ini.
Bagaimana dengan orang tua yang peka? Orang tua yang peka, pasti akan sedih melihat anak yang dilahirkan, disusui, bahkan dibesarkan seakan melupakan dirinya. Padahal sebenarnya itu wajar. Lalu bagaimana kalau orang tua yang memang tidak peduli dengan anak-anaknya? Bukankah itu semakin menggambar jarak antara anak dan orang tua?
Lalu, bagaimana kriteria orang tua yang (berusaha) untuk menjadi orang tua yang menyenangkan untuk anak remajanya?
1. Menjadi orang tua yang responsif
Respon orang tua sangat dibutuhkan supaya anak tidak merasa asing atau asyik dengan dunia sendiri.
2. Menjadi sahabat atau teman
Orang tuanya harusnya paham ketika anaknya sedang kesepian. Sehingga anak-anak tidak cepat mencari pelarian yang buruk karena mereka masih berpikir bahwa orang tuanya mampu menerimanya sebagai anak remaja.
3. Tidak menggurui
Umumnya anak tidak suka dengan orang tua yang selalu merasa benar. Tidak boleh menyampaikan pendapat akan membuat anak merasa segan untuk mengekspresikan seperti apa dirinya.
4. Dapat menjadi idola terbaik
Kasih sayang yang diberikan secara tulus dan terus menerus dapat membuat anak berpikir bahwa orang tuanyalah sosok yang mampu menjadi idola.

Demikian beberapa kriteria yang dibutuhkan oleh orang tua untuk menjadi orang tua yang menyenangkan. Bukan hanya sebagai orang tua, tetapi peran orang tua yang mampu menjadi sahabat sekaligus motivator terhebat dalam diri anak. Sehingga anak akan semakin bisa mengembangkan potensi dan bakatnya, merasa sangsi apabila melakukan sesuatu yang salah, dll. Selamat menjadi orang tua terbaik untuk anak anda!

0 komentar:

Posting Komentar

 
;