Minggu, 14 Juni 2015

I know, it’s the long journey.

Beberapa hari yang lalu, sebelum pelaksanaan test SBMPTN, mamaku iseng menelpon penerbit yang menjanjikan kedua novelku untuk segera diterbitkan. Bukan masalah royalti, tapi masalah kepastian yang sesungguhnya aku sendiri sudah menunggu (cukup) lama. Dari mulai aku mengirimkan naskah novel, sampai hari dimana mamaku minta kepastian kapan diterbitkan, bisa dibilang it’s almost 2 years. Wah, cukup lama ya?

Dan, kalian tau, apa tanggapan yang didapat mamaku?
“Paling cepat, satu tahun lagi, bu”
Dezingggg….
Aku yakin pasti mamaku merasakan sedikit kecewa dalam hatinya. Aku sih sebenarnya hanya bisa tersenyum di dalam hati. Bukankah aku sudah biasa menunggu? ((eh, kenapa?)) hehehehe…

Aku bilang sama ibu, kalau masalah seperti ini sih sudah biasa di dunia penerbitan. Kenapa? Karena memang untuk editing, pembuatan cover, sampai cetak itu harus mengantri. Apalagi, novelku masuk ke penerbitan besar sekelas Mizan. Dijanjikan mau terbit saja, sudah girang bukan kepalang.

Aku sebenarnya gak terlalu kecewa. Aku tau kalau menulis adalah membumikan kebaikan. Sejatinya kebaikan memang harus terus dibumikan, kan? Menulis bagiku adalah menyikap jalan terjal penuh liku. Bagaimana tidak? Kisah hidup yang sebenarnya pahit pun ditulis oleh penulis.

Bagiku uang dan bayaran hanya sebatas bonus. Aku sudah sangat senang dan merasa hidup dalamnya. Menulis adalah dunia. Pasti kita semua telah tau, jika penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula. So, indeed. Menulis secara tidak langsung memang pekerjaan yang mencerdaskan dan meng “up to date” kan diri kita sendiri. Bagiku sebuah pembelajaran dalam hidup, menulis selalu menuntutku untuk peka dengan lingkungan sekitar. Mewarnai hidup dari berbagai jenis sudut pandang dan literatur, membuatku menilai sesuatu menjadi lebih bijak.

Menulis juga membuatku menjadi orang yang lebih tangguh dan sabar. Lebih tangguh dalam mewujudkan semua impian membutuhkan kesabaran yang luar biasa, merangkai ide dari pagi hingga malam hari, editing sana sini, cari penerbit sana sini. Bagiku, mimpi terbesar harus diwujudkan dengan usaha yang besar pula.

Terpenting bagiku, menulis adalah sebuah perekaman sejarah. Tujuan utamanya tentu bukan untuk membuat orang lain terkesan, tapi lebih ke bagaimana cara kita membukukan sejarah dengan cara terbaik yang kita bisa.

Menulisku tak akan pernah berhenti, dengan alasan apapun;
Because I know, it’s the long journey of the life :)


0 komentar:

Posting Komentar

 
;